Dia mengambil beberapa langkah mundur untuk membuat jarak padaku, aku mengernyit tak menyukai tindakannya itu.

"Ashley?" aku berujar dengan lirih tapi kata-kataku segera terhenti ketika aku melihatnya mengangkat telapak tangan kanannya dimana jemarinya itu dihiasi oleh cincin, kemudian akku melihat jemari kirinya meraih cincin di jar manis tangan kanannya, dia melepaskannya. Aku bersumpah demi apapun didunia ini saat aku melihat dia melepas cincin pertunangan dadaku terasa sangat sesak, seolah aku tidak memiliki lagi udara untuk kuhirup. Dia berjalan mendekat kearahku lalu mengulurkan cincin itu padaku.

"Aku pernah menyakitimu dan sekarang aku menerima balasannya karena kau telah menghancurkanku, kita hanya saling menyakiti, dan aku tidak bisa melakukannya lagi, aku tidak menginginkanmu lagi" dia berkata tanpa sedikitpun keraguan di matanya. Dia menatapku seolah-olah dia mengatakan hal ini kepada orang lain, bukan kepadaku, dan kata-katanya itu benar-benar racun untukku, apakah dia berpikir bahwa kata-katanya itu juga menghancurkanku.

"Apa yang kau pikir kau katakan?!" aku membentaknya dan merampas cincin itu dari tangannya lalu meraih tangan kanannya dan kembali memasangkan cincin itu di jari manisnya.

"Kau tidak akan meninggalkanku!" aku menegaskan kata-kata itu padanya dan dia hanya menggelangkan kepalanya sambil mencoba melepas cincin itu lagi, dengan sigap aku meriah kedua tangannya dan menahannya tetap didadaku.

"Hentikan!" aku membentaknya kembali.

"Aku tidak menginginkanmu lagi, temukan kebahagiaanmu sendiri!" dia membentakku sambil berusaha membebaskan tangannya dariku, aku tidak membiarkannya terlepas dari peganganku sedikitpun.

"Kau adalah kebahagiaanku Ashley!, kau adalah seluruh duniaku!, kapan kau akan mengerti hal itu!" aku membetaknya untuk kesekian kalinya

"Tapi kau bukan kebahagiaanku Sean, dan tidak akan pernah menjadi kebahagiaanku" kata-katanya kembali menghantam dadaku, aku tidak percaya dia mengatakan hal itu padaku dan dia juga terlihat kaget ketika dia mengatakan hal itu padaku, aku tahu dia berbohong padaku, tapi tetap saja rasanya sangat menyakitkan mendengarnya mengatakan hal itu padaku.

"Kau berbohong"

"Silahkan menyimpulkannya sesuka hatimu Sean"

"Apa kau bilang?!" aku berkata sambil menyentak lengannya.

"Pergilah dari hadapanku!, kau hanyalah laki-lakii berengsek!!!" dia memberontak dan meronta-ronta membebaskan diri dariku, tapi aku tidak membiarkannya, aku melihat air matanya yang semakn menderas. Aku mengambil benda itu dari dalam saku celanaku dan menyuntikkan cairan itu ke dalam tubuh Ashley, dia menjerit kecil saat merasakan rasa sakitnya tapi kemudian tubuhnya semakin lemas dan lemas, tangannya berhenti memukuliku, dia berhenti memberontak dan semakin bersandar padaku, aku sendiri memejamkan mataku merasa sangat bersalah, tapi aku harus membuatnya lebih tenang agar aku bisa membawanya kembali bersamaku.

Aku mengangkat tubuh Ashley yang tidak sadarkan diri dengan lenganku, dengan sigap aku membawanya ke mobil Richard telah berada disana dengan pintu mobil yang sudah terbuka untukku. Aku membawa diriku dan Ashley masuk kedalam mobil lalu mobilpun melaju meninggalkan tempat itu. Aku telah berada di Mansion keluarga Blackstone yang kosong, hanya ada beberapa pelayan setia keluargaku yang menyambut kami saat mobil telah sampai di depan Mansion. Tanpa memperdulikan sapaan mereka aku langsung membawa Ashley yang masih memejamkan matanya, udara dingin yang berhembus membuat pipinya merona, aku mengerutkan dahiku tidak senang lalu semakin merapatkan tubuhnya ke dadaku, aku tidak ingin dia kedinginan.

Setelah membaringkan tubuh Ashley ke dalam ranjang, aku mengunci pintunya dari dalam dan menyimpan kuncinya di tempat tersembunyi, hanya berjaga-jaga jika dia tersadar dan kembali mengamuk lagi. aku membelai rambut indahnya sekali lagi sebelum membuka pakaianku dan menuju ke kamar mandi. Aku mandi dengan cepat dan segera memakai pakaian santai aku tidak ingin meninggalkannya terlalu lama dan saat ini aku benar-benar iingin memeluknya dan tertidur bersamanya. Aku naik ke tempat tidur dan membelai rambutnya dengan gerakan pelan lalu mengecup seluruh wajahnya dengan lembut, astaga aku sangat mencintainya, aku tidak mungkin bisa hidup setelah dia meninggalkanku, itu tidak akan terjadi karena aku tidak akan pernah membiarkannya meninggalkanku. Dia tertidur dengan sangat pulas, nafasnya teratur dan raut wajahnya terlihat tenang, aku mengeratkan lenganku yang melingkari pinggangnya lalu menenggelamkan wajahnya ke dadaku, oh tuhan... ini terasa sangat benar dan sangat nyaman,bagaimana lagi aku bisa menjaganya tetap disisiku. Aku terus bergelut dengan pikiranku selama beberapa lama hingga akhirnya mataku terasa semakin berat dan akhirnya aku tertidur dengan wanitaku di pelukanku.

Forever MineWhere stories live. Discover now