Part 5

17 11 2
                                        

Sepanjang perjalanan menuju sekolahnya, Michi duduk sambil mendengarkan musik dari ponselnya dengan menggunakan earphone. Dengan mendengarkan lagu, mood-nya dapat membaik di saat tidak bagus. Bisa-bisanya Ryota berpikir kamarnya memiliki hantu. Memikirkannya membuat Michi jadi teringat dengan Rei buat beberapa saat. Kenapa Rei memakai nama lain sebagai nama di akun WhatsApp-nya?

Setelah tiba di dekat sekolahnya, Michi pun bergegas turun dari bus dan melangkah masuk ke area sekolahnya. Tanpa menyadari ada yang berjalan mendekat, Michi dibuat kaget dengan kehadiran seseorang yang memegang kepalanya.

Ohayo, Botol Yakult!” sapanya kemudian.

“Hentikan memegang kepalaku,” jengkel Michi.

“Oh, kalau begini?” tanya Rei seraya mengacak-ngacak rambut Michi yang tergerai bebas.

“Ishhh! Rambutku jadi berantakan tahu!” sebal Michi sambil merapikan rambutnya dengan jari-jarinya.

“Mana sini? Aku lihat.” Rei membungkukkan badannya, mencoba menciptakan jarak yang dekat dengan wajah Michi. Michi yang melihat Rei mendekatkan wajahnya refleks langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain.

“Udah cantik, kok.” Entah hanya godaan atau bukan, Rei melempar senyum kepada Michi, membuat Michi semakin salah tingkah. Sebab, tipe ideal laki-laki yang disukainya seperti Rei, yang tinggi dan jago main basket.

“Jangan samakan aku dengan perempuan lain yang bisa digoda seperti itu. Aku nggak akan akan baper.” Setelah mengucapkan itu, Michi mempercepat langkah kakinya meninggalkan Rei yang tersenyum simpul, “Lucu juga.”

“Tungguin dong!” ucap Rei sembari menyusul langkah mungil Michi.

“Ngapain?” sewot Michi.

“Karena kita teman sekelas, dan lagi kamu duduk di depanku, jadi nggak ada salahnya kan kalau kita masuk kelas bareng? Ah, tentu saja kalau mau lebih dari teman juga boleh. Teman hidup, mungkin.” Lagi, karena melihat reaksi Michi yang lucu, Rei jadi berpikir untuk mengisenginya lagi.

“Kenapa namamu Marco di WhatsApp?” alih Michi.

“Harus ada alasannya?”

“Hanya ingin tahu aja. Apa nama itu ada artinya?”

“Hm, itu nama karakter One Piece sih.”

“Oh, kamu suka karakter dia?”

“Mau dibilang suka sih enggak, tapi aku suka nonton animenya. Kamu suka nonton anime?”

“Suka, tapi genre romance, drama, school life atau fantasy gitu.”

Tanpa disadari, Rei dan Michi jadi mengobrol hingga masuk kelas. Hingga beberapa murid diantaranya merasa aneh dengan kedekatan mereka, salah satunya adalah Hana yang telah datang. Ia menyapa Rei dan Michi sambil tersenyum tipis.

Ohayo, Hana!” sapa balik Michi sambil duduk di tempatnya.

“Kalian datang bersama?” kepo Hana.

“Ha? Kami hanya bertemu di depan.” Michi menjawab setelah menggelengkan kepalanya sebentar.

Sou ka.” Hana merespon singkat, kemudian mengalihkan pembicaraan. “Hari ini ada pelajaran olahraga, kamu nggak lupa bawa baju olahraga, kan?”

“Hehh? Ada? Aku lupa,” panik Michi. “Tapi kan masih awal masuk, bukannya pelajaran olahraga cukup dilakukan di kelas?”

“Maksudmu seperti memberi materi saja?”

“Iya.”

“Aku nggak tahu hari ini pelajaran olahraganya bakal di outdoor atau indoor. Tapi sebaiknya sebelum pelajaran olahraga berlangsung, kamu cari pinjaman baju dari kelas sebelah yang ada pelajaran olahraganya juga.”

Minimum Height Maximum LoveWhere stories live. Discover now