Tangan kanan Jake berusaha menahan lengan Heeseung yang masih menekan lukanya. Sungguh, itu sangat sakit. Tapi, lelaki itu malah asik menciumnya.

Bugh!

Heeseung terkekeh, merasakan tinju lemah dari si cantik pada pipinya. 

Jake menarik napas panjang. Ciuman barusan cukup membuatnya kehabisan napas. Ia kembali merebahkan badannya pada kasur. Sial, dirinya ingin cepat-cepat pergi dari sini.

Tapi, tidak bisa. Tenaganya habis. Demamnya juga membuat Jake tidak kuat berdiri. 

"Lo tenang aja. Gue masih sayang nyawa. Kalau gue macem-macem sama Sunghoon. Bisa-bisa gue dibunuh di tempat sama si Jongseong." ujar Heeseung. Ia bangkit dari kasur, menyambar tas sekolahnya lalu sebelum keluar, dirinya mengelus rambut Jake pelan. Namun Jake menepisnya. 

"Baguslah kalau lo sadar." 

Setelah mengatakan itu, Jake membelakangi Heeseung. Ia menutup matanya untuk tidur. Mungkin nanti ketika lelaki itu sekolah, Jake akan mencoba pergi.

— [ REQUIRE ] —

"Shit!."

Sudah ratusan umpatan Jake keluarkan untuk tuan rumah yang tengah ia tempati. Tebaknya, ini adalah sebuah apartement dan jika dilihat dari jendela kamar Heeseung, sepertinya kamar ini berada di antara lantai 7-10. 

Yang jelas, jaraknya begitu tinggi.

Dan satu-satunya akses pintu keluar hanyalah pintu depan. Yang tentu saja, dikunci oleh si empunya. 

"Bajingan! Dia mau apasih nahan gue disini?!."

Lagi, Jake kembali mengumpat. Kali ini diiringi dengan tendangan pada pintu depan. Satu-satunya cara, hanya turun lewat jendela. 

Dan di sini, Jake tengah memperkirakan sesuatu, seraya melihat ke bawah. Jika dirinya terjun, berapa persen peluang ia hidup?

Jake bawa badannya menjauh dari jendela, merasakan merinding di area tengkuknya. Ia masih takut mati. Banyak hal yang belum ia lakukan di kehidupannya sekarang. Terutama membunuh Heeseung yang telah menjebak dan mengurungnya disini.

"Shit, hape gue di mana lagi?!." 

Si cantik tidak peduli lagi dengan kamar Heeseung yang kembali berantakan lagi akibat ulahnya. Ia hanya butuh handphonenya untuk menghubungi Jongseong atau pun Joshua. Tapi tidak ketemu, dirinya bahkan lupa terakhir handphonenya berada di mana.

Kamar itu ia cek setiap sudutnya, mencari apapun yang bisa ia gunakan untuk membantunya keluar dari sini.

Ketika membuka lemari Heeseung, mata Jake membulat kecil karena mendapatkan ide yang bagus. Ternyata menonton film animasi tidak membuatnya bodoh. Buktinya, disaat-saat seperti ini Jake mengingat salah satu film yang pemeran utamanya melarikan diri dari sebuah menara tinggi dengan menggunakan kain.

Dengan telaten, Jake menalikan kain yang ada di lemari Heeseung. Setelah selesai, matanya berkeliling, mencari tempat untuk mengikat tali kain yang dadakan barusan ia buat. Apapun itu, agar dirinya bisa keluar lewat jendela tanpa harus melompat.

Matanya menangkap kaki kasur milik Heeseung. Kasur milik si dominan itu dipan bawahnya terbuat dari kayu. Entah kayu jenis apa, tapi yang jelas Jake tahu jika itu cukup kuat menahan dirinya. Jangan bertanya lagi. Itu sudah terbukti dengan kegiatan gila mereka semalam. Kegiatan yang berlangsung dari sore hari hingga dini hari itu, tidak cukup untuk membuat kasur milik sang dominan roboh.

Ya, kasurnya cukup kuat. Jadi, Jake mengikat ujung talinya di salah satu kaki kasur yang paling dekat dengan jendela. Setelah dirasa ikatannya kuat, Jake mendekat ke jendela, melempar kain itu ke bawah. Meski tidak menyentuh tanah, tapi cukup mengurangi ketinggian ketika Jake loncat nanti. 

Require. • Jayhoon (END)Where stories live. Discover now