— [ REQUIRE ] —
Badannya remuk.
Itu yang dirasakan Jake ketika ia membuka matanya. Tubuhnya yang tidak dilapisi sehelai benang, ditutupi selimut oleh Heeseung.
Sementara lelaki itu sudah rapih dengan tampilan kasualnya.
"Lo demam. Di sini aja dulu sampai sembuh. Masalah sekolah, nanti gue izinin ke Lee Ssaem." kata si dominan. Sambil membereskan beberapa kekacauan yang terjadi di kamarnya.
Sementara Jake, masih di posisi berbaring membelakangi Heeseung, ia tidak mau menatap lelaki itu. Dirinya masih ingat jika si brengsek itu tetap memakai tubuhnya, padahal Jake sudah tidak diliputi rasa panas lagi. Lelaki itu bahkan menghiraukan jeritan kesakitannya.
Heeseung tadi malam seperti binatang buas. Jake membencinya. Tapi, ia lebih membenci dirinya sendiri yang tidak kuat melawan dan malah menikmatinya.
"Mau mandi dulu?."
Ditambah perlakuan lelaki itu begitu manis setelahnya. Membuat kadar kebencian Jake semakin membesar.
Setelah puas merusaknya, lelaki itu malah memperlakukannya seperti benda rapuh.
Jake ingin mengeluarkan sumpah serapahnya, ketika badannya digendong pelan memasuki kamar mandi. Ia masih lemas, tenggorokannya benar-benar kering dan suaranya habis.
Heeseung benar-benar tidak bermain lembut sama sekali. Padahal, itu adalah pengalaman pertama Jake. Selama ini, meski hidup di dunia malam. Jake masih bisa menjaga dirinya. Ia tidak pernah disentuh oleh siapapun.
Sebenarnya ia tidak punya satupun tenaga untuk mandi. Tapi, lelaki itu malah membawanya ke kamar mandi.
Siapa sangka, jika Heeseung kini membantu memandikan Jake. Dirinya tahu jika Jake tidak nyaman dengan badannya yang lengket. Lengket karena keringat dan cairan mereka berdua yang telah bercampur. Jadi, dengan kebaikan hatinya, ia memandikan Jake terlebih dahulu sebelum berangkat ke sekolah.
"Akh!."
Jake tersentak. Matanya melirik ke bawah. Pada jari Heeseung yang tengah membersihkan lubangnya.
Sakit.
Lubangnya sobek dan lecet di beberapa area akibat ulah si dominan semalam.
"Tahan sebentar."
"Lo gila." lirih Jake, menenggelamkan kepalanya pada bahu Heeseung, tangannya meremat rambut lelaki itu untuk melampiaskan rasa sakit.
Sementara Heeseung hanya tertawa kecil.
— [ REQUIRE ] —
"Sunghoon biar gue yang anter-jemput." kata Heeseung.
Jake melayangkan tatapan tajamnya. Ia lupa jika dirinya punya tanggung jawab. Sunghoon. Lelaki itu pasti tengah marah karena dirinya tidak memberi kabar. Dan sepertinya Jongseong akan membunuhnya karena membuat Sunghoon semakin dekat dengan Heeseung.
"Berani lo sentuh dia, gue bakalan bunuh lo Lee Heeseung!." meski dengan suara serak, Jake mengancam lelaki itu.
Heeseung tidak bisa untuk menahan tawanya. Menggemaskan sekali. Bahkan dikondisinya yang lemah, Jake masih sempat mengancam untuk membunuhnya. "Kayaknya badan dia lebih bagus dari pada punya lo."
Ketika mengatakan itu, tangan Heeseung kembali mendarat di pinggul Jake yang kini sudah terlapisi kaus milik Heeseung.
"Lo!-- Akh!."
Alis Jake menyatu, merasakan kembali sakit lebam di bagian pinggulnya. Lelaki di depannya itu menekan kembali lukanya.
Melihat Jake yang menahan rasa sakitnya membuat Heeseung kembali terpancing. Dengan cepat, ia langsung menyambar bibir Jake yang sedang terbuka. Kembali melumat, dan membawanya pada ciuman panas.
YOU ARE READING
Require. • Jayhoon (END)
FanfictionSegala kerumitan Park Sunghoon dalam memahami perasaan Park Jongseong. Kisah semasa Senior High School yang tidak pernah Park Sunghoon lupakan. Sosok Park Jongseong yang membuat Sunghoon menjadi dirinya sendiri. Sosok laki-laki yang menuntun Sungh...
