Malang, 18 Januari 2023
Saat itu, dalam sebuah kamar kos di salah satu kota kecil di pulau jawa dengan langit berwarna jingga cerah, tiga orang gadis sedang bersiap untuk hangout bersama. Mereka adalah gadis-gadis yang saat itu sedang menjalankan pendidikan kuliah semester tujuh di Kota Malang, gadis itu bernama Amalia, Loren, dan Arum. Mereka sudah berteman semenjak di Sekolah Menengah Atas dan hingga kini mereka masih berteman sangat akrab.
"Eh, ada info nih, tapi negatif, mau ga?" Ujar seorang gadis kepada salah satu temannya.
"Dih, ga ah, mau balik ke rumah, udah di cariin sama orang rumah, ga dulu deh, Ren." Sahut Amalia sambil memakai riasan di wajahnya.
"Info apaan emang?" Tanya Arum pada Loren.
"Umm ini sih, temenku mau kesini, aku udah bilang ke mereka kalo aku bawa temen kalian, jadi, pleaseee ikut yaa? ikut yaa?" Mohon Loren kepada dua temannya.
Amalia menghela nafasnya pelan, mengingat bahwa dia sudah menjanjikan ibunya kalau dia akan pulang ke rumah minggu ini serta sudah terlanjur membeli tiket kereta api, tetapi di satu sisi ia sedikit tergiur dengan ajakan temannya, Loren.
"Hah? "mereka", mereka tuh siapa aja, Ren?" Tanya Arum kebingungan karena Loren menyebutkan lebih dari satu orang.
"Dua orang aja sih sebenernya, tapi aku yakin, kalian bakal akrab deh sama mereka, cuma ke "tempat malem" doang, masa gamau sih? kan kita udah lama juga ngga, masa ga kangen?" Ujar Loren masih berusaha membujuk dua kawannya ini agar ikut ajakannya—mengingat bahwa tiga orang gadis ini juga senang ke tempat malam seperti yang orang tau.
"Mal, aku gantiin deh tiketmu balik, aku bantuin alesan ke ibumu, ya?" Lanjut Loren melihat kebingungan di raut wajah Amalia.
"Ish berisik, yaudah deh ku batalin tiketnya, kalau alesan ke mamaku nanti gampang deh, gimana Rum? Aku dah ngikut nih." Ujar Amalia akhirnya mengambil keputusan dan mengajak temannya–Arum, untuk mengikuti ajakan Loren.
"Iya deh, liat nanti ya." Sahut Arum masih belum memberi kepastian pada ajakan Loren.
Akhirnya, tiga orang gadis ini selesai menyelesaikan riasan mereka, dan bersiap menuju coffeshop di salah satu Kota Malang yang akan dituju. Hingga akhirnya, mereka bertiga pun tiba coffeeshop dan segera memesan minuman mereka di kasir lalu mengambil tempat duduk yang nyaman untuk berbincang, tak lama mereka duduk salah seorang teman mereka menyusul ke coffeeshop, seorang gadis yang juga seumuran dengan mereka, berteman sangat akrab dengan tiga orang gadis ini, dan dengan santai gadis ini memarkirkan kendaraan motornya lalu berjalan masuk ke coffeshop.
"Eh, sebelah sini, Ta!" Ujar Arum melambaikan tangannya saat melihat temannya yang baru saja menyusul masuk ke dalam coffeshop–Ita.
Ita adalah mahasiswi semester 7 di sebuah kampus di Kota Malang, yang sedang bekerja sambil kuliah, ia adalah satu-satunya gadis diantara mereka berempat yang bekerja.
"Wait, pesen dulu." Kata Ita memberikan tanda ke teman-temannya sambil berjalan menuju kasir dan memesan minumannya. Setelah memesan minumannya, Ita pun menyusul ke meja teman-temannya.
"Udah lama kalian?" Tanya Ita
"Belum sih, baru pesen juga, nih meja belum ada minuman dateng kan." Sahut Amalia pada Ita sambil menunjuk meja yang masih kosong, menandakan minuman pesanan mereka juga belum datang.
Ita mengangguk dan mengambil kursi kosong di samping Loren dan Amalia.
"Ta, diajakin Loren tuh" Tiba-tiba Arum menyahut perihal ajakan Loren sore tadi.
"Hah? Kemana?" Tanya Ita dengan raut kebingungan sambil menatap Loren.
"Biasa ta, info jahat, masih lusa kok, ikut yuk?" Ujar Loren sambil menaik-turunkan alisnya mengajak Ita.
ŞİMDİ OKUDUĞUN
The Red String
RomantizmTeori benang merah - teori yang mengatakan bahwa setiap dua insan terhubung dengan benang merah di setiap jarinya menuju ke cinta sejatinya, benang yang bisa kusut dan renggang, namun tidak bisa terputus, meskipun sejauh dua manusia ini melangkah...
