Bab 1

64.5K 2K 10
                                    

Gadis manis itu sekarang sudah berada di kamar opename rumah sakit menjaga seorang santri yang kejang kejang tadi. Sementara santri yang ikut dengannya tadi izin membeli makanan di sekitar rumah sakit mengingat seharian ini ia tak makan karena menjaga Nafisah, nama santri yang kejang kejang tadi.
Ia menatap layar ponselnya cemas, tak ada satupun pesan atau telepon masuk di ponselnya. Padahal pihak pesanteren sudah menghubungi orang tua Nafisah memberitahukan bahwa anak mereka di rawat di rumah sakit.
Setelah setengah jam menunggu, akhirnya santri yang menemani gadis tadi sudah datang dengan membawa dua bungkus nasi plus satu kotak susu cokelat berukuran besar.
"Assalamu'alaikum ustadzah,maaf nunggu lama"Kata santri yang baru datang tadi.

"Wa'alaikum salam, nggak papa kok bid, Saya nggak takut hantu kok!"Guraunya iseng.

Dia memang tak mau merepotkan atau membuat khawatir Abidah,,salah satu anak didiknya tersebut. Mengingat dia sudah dewasa, dan juga harus melindungi Abidah agar dia tidak takut dan sedikit rileks menghadapi Nafisah, salah satu anggota kamar Abidah
Yaaah,, Abidah adalah ketua kamar di hujroh Firdaus 7 sekamar dengan Nafisah, jadi ketika Nafisah sakit, dia harus tanggung jawab dan mau tak mau dia juga sangat khawatir pada salah satu anggota kamarnya.
Sementara ia??
Ia adalah seorang guru tugasan yang sudah dua tahun ini mengabdi di pesantren,, mengabdikan ilmunya dan apapun yang ia bisa untuk mengambil manfaat di pesantren tempat dahulu umminya nyantri.
Ia memang bukanlah jebolan pesantren itu, tapi pesantren itu memintanya untuk mengajar di sana. Ia tak bisa menolak, karena sebenarnya ia sangat suka mengajar. Baginya mengajar itu tempat kedua baginya untuk belajar.
Belajar mengasah kemampuan dirinya yang telah menempuh pendidikan pesantren selama delapan tahun. Dan belajar bersama dengan santri santri nya, karena ia sadar kalau ia masih manusia yang haus ilmu.
Dan selama dua tahun ini, Ia sangat betah berada di lingkungan pesantren yang damai, sejuk dan sangat kental pada ajaran agama. Selain itu, ia juga mengenal teman teman ustadzah yang lain, yang sama sepertinya mengabdi untuk pesantren ini.
Dan terpenting ia juga mengenal keluarga ndalem yang sangat ia hormati.
Ia sungguh bahagia..
Belum lagi Ia di kelilingi oleh santri santri yang bertujuan mulia.. Yakni mencari ilmu. Mencari ridla Allah!

*****
"Ustadzah, Saya di mana?"Tanya Nafisah bingung.

Wajar saja Ia bingung, Ia sudah dua hari pingsan dan baru siuman.

"Alhamdulillah..kamu sudah sadar fis..Kamu di rumah sakit, tenanglah, sebentar lagi orang tuamu akan datang ke sini."Jawabku sambil menggenggam tangannya, mencoba menghiburnya.

Kemudian Abidah datang dari kamar mandi dan menghampiri Nafisah yang tersenyum kepadanya menandakan bahwa dirinya sudah baik-baik saja.
"Oh ya bid,Saya ke apotek dulu ya.. mau beli obat Nafisah yang tinggal dikit,"Pamitku pada keduanya.

"Enggeh ustdzah"Jawab mereka bebarengan.

Aku mencari cari letak apotek, wajar saja aku tak tahu, karena selama ini Abidah yang selalu keluar dari kamar opname untuk ke apotek atau sekedar membeli makanan di luar untuk kami.
Tiba tiba, aku merasa geli, aah yaa.. ponselku bergetar.

"Assalamualaikum... halo..?"

"Waalaikum salam.. ini ustadzah nayla? Saya ibunya nafisah ustadzah"Jawab suara di seberang.

"Oh iyaa,, ini saya ibu, Alhamdulillah Nafisah sudah siuman, Dia sudah agak baikan bu,"

"Oh ya sudah, Ibu titip Nafisah yah Ustadzah,,maaf ibu nggak bisa kesana, nanti insyaallah ibu telfon lagi mau bicara langsung pada Nafisah"

"Iya bu, insyaallah akan Saya jaga sebaik mungkin. Maaf sudah merepotkan ibu."

"Merepotkan gimana ustadzah?? Saya harusnya yang bilang begitu, ya sudah nanti saya telfon lagi ustadzah... Assalamualaikum.."

"Waalaikum salam.."

Ku masukkan ponselku ke kantong jubah dengan hati hati, takut ponselku jatuh.
Aku baru ingat kalau Nafisah tinggal di Kota yang amat sangat jauh dari Malang. Wajar Orang tua nya tak bisa menengoknya.
Aku menghela nafas setelah hampir 10 menit berkeliling memutari rumah sakit besar ini. Akhirnya aku menemukan Apotek yang memang letaknya lumayan jauh dari kamar opname Nafisah.

*****

Hubban jammanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang