Palindrome ^Angka Satu^

Mulai dari awal
                                        

"Tenang aja, Anand nggak akan ngeh uangnya ada berapa. Di sana banyak jajanan Do!" Jawab Vino sambil memperbaiki penampilannya.

"Okelah, tapi jangan banyak-banyak jajannya, takutnya nanti kamu salah makan." Ucap Dodo.

Tak lupa Dodo menutupi cctv kamarnya dengan kain. Mereka berjalan beriringan. Dodo bernafas lega saat sudah sampai di depan gerbang rumah sakit.

Mereka tak mengira semudah itu bisa keluar dari rumah sakit padahal mereka terlihat masih memakai celana biru pasien rumah sakit.

Vino langsung menyetop taksi yang melintas dan menarik Dodo untuk masuk ke dalam mobil taksi
"Jalan, pak. Alun-alun ya." Ucap Vino setelah menutup rapat pintu mobil.

Supir taksi itu mengangguk, kemudian menoleh ke belakang.
"Kakak berdua ini pasien yang kabur dari rumah sakit ini ya?" Tanya pak supir taksi.

Dodo dan Vino menelan salivanya. Mereka berhasil lolos dari keamanan rumah sakit tapi mengapa supir taksi ini bisa mengenali mereka yang berstatus pasien.

"Kok bapak tahu?" Tanya Vino ragu.

"Wah kalau gitu, maaf kak, saya tidak bisa mengantar kakak berdua. Nanti saya akan dikira membawa kabur pasien rumah sakit kak." Jawab supir taksi dengan keheranan.

"Tolong antar kami sebentar aja pak. Kami bayar kok. Kami hanya mau ke alun-alun. Dan kami janji tidak akan pernah melibatkan Bapak. Nanti kami juga akan balik lagi ke sini." Dodo berusaha memohon belas kasihan supir taksi.

"Tolong banget pak, saudara saya ini pingin banget ke alun-alun sebentar. Dia pingin refreshing habis kemo dia pak." Vino juga berusaha mengiba.

Dodo mencubit paha Vino, dirinya tidak terima dijadikan alasan utama penyebab mereka kabur.

"Oh kakak ini habis kemo? Kerabat saya juga kena kanker dan sedang menjalani pengobatan kemoterapi di rumah sakit. Nggak enak banget memang rasanya habis kemo ya Kak, saya aja nggak tega lihat saudara saya kalau habis kemo.

Berharap ada orang yang cocok agar saudara saya bisa melakukan transplantasi sumsum tulang belakang." Supir taksi itu terlihat sedih saat menceritakannya.

"Kembaran saya ini baru saja transplantasi sumsum tulang belakang pak. Semoga saudara bapak segera juga ya." Vino berusaha menghibur bapak supir.

"Wah selama ya, Kakak beruntung sekali. Semoga kakak bisa benar-benar sembuh dari penyakitnya."

"Makasih pak, saya nggak bisa hidup tanpa kembaran saya ini." Ucap Vino sambil merangkul Dodo. "Semoga saudara bapak juga bisa segera sembuh."

"Makasih kak. Jadi mau ke alun-alun ya? Baik saya antarkan tapi janji habis itu langsung balik lagi ke rumah sakit." Ucap pak Supir.

Vino dan Dodo langsung menganggukkan kepala dan tersenyum lega. Pak supir pun melajukan taksinya ke tempat tujuan si kembar.

***

Di lain tempat, Anand sedang dalam kepanikannya karena menemukan ruang rawat inap adik kembarnya kosong saat dirinya tiba. Ditambah lagi dia melihat infusan Dodo yang sepertinya dilepas paksa karena terlihat ada bercak darah. Anand balik lagi ke rumah sakit karena ingin mengambil jaketnya yang ketinggalan.

Anand sudah meminta pihak keamanan rumah sakit untuk mencari di semua sudut rumah sakit agar menemukan si kembar. Seandainya mereka membawa ponselnya, mungkin tak akan sesulit ini mencari keberadaan si kembar.

Namun sepertinya si kembar sengaja meninggalkan ponsel agar tak bisa di lacak. Anand sudah menelepon Abin berkali-kali namun tidak diangkat. Sepertinya Abin masih diruang praktikum.

Sementara Anand dalam puncak kepanikan, si kembar asyik menikmati atraksi puluhan balon diterbangkan dan membentuk formasi empat dimensi yang dapat dilihat dari berbagai sisi.
Vino sangat antusias melihat festival itu.

Ditambah lagi ada pentas seni dan kulineran.
Vino kegirangan menikmati hari itu. Orang-orang ramai datang ke festival tersebut. Dodo kelihatan lelah, dirinya meminta isirahat dulu di salah satu kedai kulineran sedangkan Vino tetap berkeliling festival.

Dodo merasa adiknya sudah cukup lama pergi namun belum juga kembali. Akhirnya dia memutuskan berkeliling untuk mencari Vino.

Hari semakin senja tapi Dodo belum juga menemukan Vino.
Dodo jadi sangat khawatir. Menyesal tadi tidak membawa ponsel. Semakin lama semakin gelisah, takut terjadi sesuatu pada Vino.

♡♡♥︎♡♡♥︎♡♡♥︎

Vino kira-kira kemana ya kak??
Kita temukan di bab selanjutnya ya :)

Terimakasih sudah membaca cerita ini kakak😊
Jangan lupa follow dan Vote-nya ya😉

Math Prince [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang