Seketika duniaku hancur saat itu juga. "Se...selama ini, A...ayahanda." Kedua tanganku terangkat, aku berusaha untuk menutup bibirku yang terus mengeluarkan suara isakan. "A...apa yang sebenarnya terjadi. A...aku ti...tidak siap untuk mengetahui kenyataan ini." Kecewa, marah, benci, cinta semua bercampur menjadi satu. Ayah yang menjadi cinta pertamaku ternyata adalah orang pertama yang juga menorehkan luka yang sangat dalam di hatiku.

Setelah menangis meratapi wanita yang sangat dicintainya meninggal, aku melihat Ayah menggendongnya ke sebuah tempat yang cukup jauh dari lokasi tadi. Aku melihat Ayah membaringkan wanita itu di atas sebuah batu yang rata dan setelah itu, ia mengeluarkan Tenseiga. Melihat katana itu membuatku yakin bahwa dugaanku ternyata benar.

Pada saat Ayah mengayunkan katana, Tenseiga, disertai dengan nama jurus, Ressurection, yang artinya kebangkitan. Membuatku tersenyum miris. "Ternyata Ayah sangatlah mencintai wanita manusia ini." Hatiku sakit melihatnya. Namun, aku coba menahannya dan memendam jauh perasaan ini jauh didalam lubuk hatiku.

Setelah beberapa saat ku lihat Ayah kembali memasukkan pedang itu ke dalam sebuah ruang dimensi. Ayah menggenggam tangan wanita manusia itu dengan penuh kasih sayang. "Istriku, Izayoi, bangunlah. Aku sangat merindukanmu." Lagi kata-kata yang ayah ucapkan semakin menggores hati kecilku. Sungguh aku tidak sanggup untuk melihatnya lebih jauh lagi.

Pada saat diriku akan pergi menjauh, tak sengaja aku mendengarkan suara ayah kembali terdengar di pendengaranku yang semakin menyakiti diriku. "Izayoi, kamu harus bangun demi putra kita yang berada di kandunganmu. Aku mohon Izayoi, bangunlah."

Deg

Deg

Deg

Tōga terus saja membisikkan kata-kata sayang untuk Izayoi demi membuat Izayoi bangun. Namun, Tōga tidak sadar bahwa dirinya telah membuat putri tercintanya merasakan sakit yang luar biasa di setiap kata-katanya. "Hah, hancur sudah hatiku." Kini air mataku sudah mengering siring dengan ucapan-ucapan cinta yang Ayahnya berikan untuk istri manusianya itu.

Dengan perlahan aku memilih untuk meninggalkan Ayah dan istri manusianya itu. Namun, pada saat diriku membalikkan badan ku mendengar suara batuk Ayah. Aku tetap tidak berbalik dan memilih untuk pergi sampai ku mendengar kembali suara Ayah batuk terus menerus.

Walaupun Ayah sudah menorehkan luka yang cukup dalam di hatiku, tetapi tidak bisa kupungkiri bahwa beliau adalah Ayah yang sangat kusayangi, kucintai, dan pahlawan terhebat di hidupku. Aku pun berbalik dan melihat Ayah yang menutup mulutnya dengan tangan dan tangan lainnya ia gunakan untuk menopang tubuhnya.

Diriku pun teringat dengan kejadian beberapa waktu yang lalu, bahwa Ayah sebelum ini telah terluka parah melawan naga iblis, Ryūkotsusei. "Aku tidak bisa mengabaikan hal ini." Dengan langkah cepat aku menghampiri Ayah yang terkejut melihat diriku.

Cough

Pada saat Ayah akan berbicara, aku sudah terlebih dahulu membawa Ayah menuju batu yang berada di dekat situ. Kini aku fokus untuk menyembuhkan Ayah, melihat kondisi Ayah yang tidak berdaya seperti ini membuat hatiku sakit walau tidak sesakit tadi. Namun, tentu saja aku juga ikut merasakan sakitnya. Putri mana yang tidak merasa sakit saat Ayahnya, pahlawannya, cintanya menderita seperti ini.

Pada saat aku sedang menyembuhkan Ayah, wanita manusia yang bernama, Izayoi, terbangun. Dengan segera Ayah melupakan rasa sakitnya dan berusaha bangkit untuk mendekat ke wanita manusia itu. Sakit, tentu. Namun, tidak ada yang bisa kulakukan untuk menghentikan rasa sakit ini.

Melihat sang pujaan hati membuka matanya, Tōga menggenggam tangan Izayoi dan memberikan kata-kata penenang untuknya. "Su...suamiku, a...anak kita." Dengan tenaganya yang masih lemah Izayoi memilih untuk menanyakan kondisi bayi yang berada di dalam kandungannya. "Baik, dia dalam kondisi yang sangat baik. Yang terpenting sekarang kamu beristirahatlah."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 02, 2024 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

I'm Inu Yokai HimeWhere stories live. Discover now