Chapter 1

24 4 0
                                        

Damai, itulah suasana yang aku rasakan. Hidup bahagia bersama keluarga yang kumiliki di negeri yang sangat jauh dari peradaban manusia. Benar, kami bukanlah manusia, melainkan yōkai (siluman) lebih tepatnya inu yōkai (siluman anjing). Bagi manusia kami mungkin adalah sebuah gangguan dan ancaman, maka dari itu kami memilih untuk menjauh dari mereka (manusia).

Aku menikmati masa-masa yang kuhabiskan disini hingga waktu yang tidak akan kuketahui.

Tanpa sadar bahwa hari ini adalah hari dimana masa-masa indah yang kubangun sedari kecil akan hancur bagaikan api yang membakar habis rumah serta orang-orang yang kini kulihat dengan kedua mataku yang berwarna emas, dengan pupil mata yang bergetar. Melihat secara langsung keadaan sekitarku yang sangat kacau akibat ulah dari sang iblis naga, Ryūkotsusei.

☆☆☆☆☆

Seperti biasa aku sedang menikmati indahnya suasana di sekitar rumah. Duduk bersantai di teras, melihat adikku yang tampan dan imut sedang berlatih mengayunkan sebuah katana asli secara berulang-ulang. Melihatnya yang berlatih dengan serius membuat diriku merasa gemas sekaligus ingin menjahilinya.

"Lihatlah dia! Begitu imut berlatih mengayunkan pedang dengan kedua tangan mungilnya itu. Oh, jangan lupakan ekspresi wajahnya yang biasanya ceria begitu menjadi serius. Memang benar dia adik kecilku yang paling aku sayangi dan aku banggakan." Aku hanya bisa mengatakan hal itu didalam hati karena aku tidak ingin membuatnya malu. "Tapi wajah kecilnya yang memerah dan gerak-geriknya yang selalu menghindar, itu sangatlah lucu!" Tanpa sadar tubuhku seperti terkoneksi dengan ucapanku sehingga tanpa sadar aku senyum-senyum sendiri dan menggeleng-gelengkan kepalaku kekanan dan kekiri.

Tidak menyadari tingkah konyolku dan terus saja terbawa suasana hingga sebuah suara membuatku terkejut. "Apa yang sedang kamu lakukan, putriku." Mendengar suara yang tak asing, aku segera menoleh dan menemukan Ibu yang ikut duduk disebelahku. "Ah, Ibunda!" ucapku terkejut dengan kemunculannya itu.

Sedangkan Ibu hanya menelengkan kepalanya saja saat melihat diriku yang terkejut melihat dirinya. "Apa yang sedang kau pikirkan, sampai-sampai tidak menyadari kehadiran Ibu?" Merasa jika Ibu curiga kepadaku, aku pun langsung mengalihkan topik ke hal yang lain. "Ibunda, coba lihatlah adikku itu yang dengan serius berlatih dengan katananya." Aku mengarahkan pandanganku ke depan tepat dimana adikku yang sedari tadi tidak terganggu dengan kehadiran keduanya.

Merasa curiga dengan putrinya ini, tetapi ia memilih abai. "Iya, kamu benar. Adikmu itu sangat senang saat mendapatkan hadiah berupa katana yang kau berikan hingga dirinya terus saja berlatih menggunakannya." Memang katana yang berada di tangan adiknya itu adalah katana yang dihadiahkan pada saat adiknya berulang tahun beberapa hari yang lalu. "He, padahal hadiah yang aku berikan tidak hanya itu saja. Apakah hadiah yang kuberikan tidak ia sukai?" Tanyaku entah kepada siapa.

"Tentu saja aku suka!" Aku melihat ke arah suara itu berasal dan menemukan kalau adikku telah selesai berlatih. "Kalau begitu kenapa tidak kamu pakai? Aku kan jadi kepikiran bahwa kamu mungkin saja tidak menyukainya dan seharusnya kamu mengatakannya padaku, sehingga ku berikan hadiah yang lain." Aku merasa bahwa adikku mungkin saja tidak menyukai hadiah yang kukasih dan berusaha menerima barang yang ku berikan padanya.

"Sudah kubilang kalau aku menyukainya, onee-chan!" Ia terkejut ternyata dugaannya salah. "Lalu kenapa tidak kamu gunakan, padahal sudah susah payah ku berikan masa tidak kau gunakan. Bulu itu kuberikan kepadamu supaya kamu gunakan bukan sebagai pajangan saja!" Saat itu aku melihat bahwa wajahnya menunduk dan kulihat telinganya memerah, itu tandanya adikku ini sedang malu.

Pada saat diriku akan berbicara lagi terdengar suara raungan naga yang mengarah ke sini. Instingku mengatakan bahwa akan ada bahaya yang mengarah kesini. Cepat-cepat ku berlari menarik adikku untuk masuk kedalam rumah untuk berlindung dari naga yang sekarang meraung-raung di atas langit. Saat kami masuk kedalam terlihat seseorang dengan tubuh tinggi, rambut putihnya yang terikat satu, dan mengenakan zirah perang bergegas keluar rumah.

I'm Inu Yokai HimeDonde viven las historias. Descúbrelo ahora