Part 19 - Acceptance

4K 970 102
                                    

Mereka berempat menggelar makan siang di kamar Seruni. Yang kata Mama semacam syukuran sederhana karena menempati kamar baru. Menjelang sore, Dahlia dan Arnold pamit pergi duluan. Sementara Mama memilih tinggal lebih lama.

"Kalau kamu mau, Mama bisa temenin nginep malam ini, Run," kata Mama menawarkan.

Seruni menggeleng. "Lalu, kapan Runi bisa mandiri dong, Ma."

"Oh iya," Mama tersenyum tapi dengan wajah murung. "Run—"

Seruni yang duduk di lantai mendongak menatap Mama yang duduk di belakangnya, di tepi ranjangnya. "Iya, Ma?"

"Runi percaya kan, kalau Mama benar-benar sayang Runi?" tanya wanita itu lembut.

Seruni mengangguk. "Percaya banget, Ma."

Tepatnya, Seruni masih berusaha memahami cara Mama dalam mencintainya. Karena kadang dia merasa sangat kesepian dan sendirian. Merasa tidak memiliki siapa pun sebagai penopang. Padahal jauh di dalam hati Seruni tahu kalau Mama dan Dahlia sangat bisa diandalkan. Namun entah kenapa Seruni seakan memiliki batas tak kasat mata yang membuatnya sulit menerima hal itu.

"Bahkan sekarang pun, kalau misal Runi meminta ikut Mama, Mama nggak akan nolak, Run." Suara Mama terdengar bergetar.

"Mama—"

"Mama serius, Run. Andai tidak mikir kalau Mama belum sukses didik kamu sebelum kamu jadi jiwa yang mandiri, Mama sangat pengin bawa kamu pergi ikut Mama—"

"Mama—"

"Mama serius. Sekarang pun, Mama siap berubah pikiran. Mama akan bawa kamu ikut ke luar negeri. Kita tinggal berdua—"

Seruni menggeleng keras-keras. Saat mendongak dia melihat wajah mamanya bersimbah air mata. Membuat hatinya yang keras pelan-pelan tersentuh. Seruni bangkit untuk duduk di sebelah Mama di tepi tempat tidur.

"Runi akan baik-baik aja, Ma. Dahlia bakal jagain Runi, kan?" katanya, membiarkan Mama menggenggam tangannya.

Genggaman Mama terasa semakin erat. Mama bahkan terisak pelan. "Perpisahan ini berat banget, Run."

Seruni mengangguk. Akhirnya Mama mengakui kalau ini berat, batinnya lega. Dulu saat dia ditinggal sendirian, semua orang terlihat penuh semangat. Mama yang seperti tak sabar untuk pergi ke negara baru untuk kuliah lagi, dan Dahlia yang tak henti-henti berceloteh tentang calon sekolah barunya. Saat itu Seruni bertanya-tanya sendiri, kenapa hanya dia yang sedih karena harus pisah, sedangkan Mama dan Dahlia kayak udah nggak sabar pengin segera pergi?

"Mama harus percaya bahwa ini yang terbaik buat kita," kata Seruni pelan. "Kan Mama sendiri yang bilang kalau Runi harus melewati tahap ini."

"Tapi, Run—"

"Runi janji bakal baik-baik aja, Ma—"

"Kamu mau jamin itu?" tanya Mama ragu.

Seruni mengangguk.

"Tolong, Run. Apa pun nanti yang kamu pikirkan, kasih tahu Mama. Mama akan sangat mengerti kalau kamu merasa takut tinggal sendirian dan berubah pikiran. Mama akan jemput kamu saat itu juga dan kita pindah berdua—"

"Mama—"

"Mama nggak mau kejadian dulu terulang, Run."

Seruni tersentak. "Mama, Runi udah gede—"

"Tapi bukan berarti Mama bisa lepasin kamu begitu saja, Run. Mama benar-benar nggak mau kehilangan kamu lagi—"

"Ma, ini udah kita sepakati sama-sama. Mama udah merencanakan ini. Mama udah nunggu kesempatan ini sejak lama. Mama harus dapetin itu. Mau kapan lagi, kan? Sebelum Mama pensiun juga."

Broken FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang