Part 13

4.6K 943 71
                                    

Lagi-lagi Seruni pulang malam. Kegiatan yang sering dia lakukan selama bulan ini. Dan lagi-lagi Mama duduk di sofa ruang tengah sambil membaca jurnal.

"Lembur lagi, Run?" tanya beliau sambil melepas kacamatanya.

"Iya, Ma," sahut Seruni sambil menghampiri sang mama dan mencium punggung tangannya.

Lalu pintu kamar Dahlia terbuka dan adiknya itu muncul dari baliknya. Kalau Seruni pulang lebih lambat dari Dahlia, berarti memang sudah malam sekali.

"Kak!" sambut Dahlia sambil tersenyum. "Sekarang sibuk banget kayaknya, ya?"

Seruni mengangguk malu-malu. Melihat senyum tulus Dahlia membuatnya merasa tidak enak karena apa yang dibilang sibuk bagi Seruni pasti belum seujung kuku kesibukan adiknya yang sering sekali membawa pekerjaannya pulang. "Begitulah. Ada beberapa kerjaan yang harus dilembur."

"Tapi Kakak nggak kesulitan kan?"

Seruni menggeleng sambil berusaha keras meyakinkan diri bahwa niat Dahlia baik. "Enggak kok. Karena seberat-beratnya kerjaan korporasi kan tetep nggak ada apa-apanya dibanding startup."

"Kak, gue nggak maksud—"

"Santai aja, Ya. Emang begitu kondisinya. Makanya gue lebih cocok di korporasi aja, karena lebih sesuai sama gaya gue yang susah diajak jalan cepet." Untuk meyakinkan Dahlia, Seruni menambahinya dengan senyum lebar. "Kata temen kuliah gue yang pernah shifting dari startup ke korporat, juga sama dengan apa yang gue alami. Di korporat, meski kerjaan kita jelek, perusahaan profit-profit aja. Biasa subsidi silang dari berbagai lini bisnis yang lain. Kayak di perusahaan gue."

"Perusahaan lo bonafide sih, Kak."

"Iya, induk perusahaannya oke. Tapi nggak berlaku dengan unit usaha tempat kerja gue. Makanya selama ini gue santai-santai aja," Seruni lagi-lagi tersenyum lebar.

"Sekarang kondisinya gimana, Run?" Mama menimpali.

"Lebih oke sih, Ma. Karena bosnya udah ganti."

Baik Mama maupun Dahlia mengerjap dan takjub.

"Oh ya? Sejak kapan, Kak?" tanya Dahlia serius. "Bos baru ini yang bikin Kakak telat hampir setiap hari?"

Seruni mengangguk.

"Bagus dong, Kak!"

Seruni tersenyum puas. Akhirnya dia menarik perhatian Mama dan Dahlia untuk sesuatu yang bagus. Dan membuatnya sedikit bangga karena untuk pertama kalinya dia membuat mereka khawatir juga untuk sesuatu yang bagus. Bukan kekhawatiran karena mereka menduga Seruni akan melakukan hal-hal berbahaya lagi. Peristiwa bertahun-tahun lalu terbukti tidak hanya meninggalkan trauma buat dirinya saja. Namun juga trauma bagi Mama juga Dahlia.

Dari mana Seruni tahu? Karena Mama pernah meminta maaf kepadanya, berkali-kali. Karena telah lalai menjaganya. Dahlia juga sama. Mengatakan betapa mereka merasa berdosa karena meninggalkannya sendiri. Kini, dia telah cukup dewasa. Dan sepertinya perlahan namun pasti dia akan berhasil menyamai kedewasaan Mama juga Dahlia. Setidaknya dalam pola pikir serta kemandiriannya.

"Tapi kamu enjoy dengan pekerjaan ini kan, Run? Bos kamu baik?" tanya Mama masih sedikit khawatir.

"Iya, Ma. Aman itu," Seruni meyakinkan sang mama. "Pak Dipta bos yang baik."

"Baik yang gimana, Run?" Mama seolah sedang mengetes Seruni.

Kebiasaan ini sepertinya dilakukan oleh Mama tanpa sadar. Namun sangat disadari oleh Seruni. Kadang apa yang dilakukan Mama membuatnya jengkel karena seolah Mama tidak percaya dengan dirinya. Namun seringkali Seruni tidak bisa berbuat apa-apa selain menerimanya. Dia pernah melakukan kesalahan sekali. Kesalahan yang membekas dalam benak orang-orang terdekatnya.

Broken FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang