Part 12: Old Friend

3.7K 790 112
                                    

🌿🌿🌿

Note: Kalau di part kemarin ketemu Karnaka, tebak, bakal nongol siapa di part ini?

🌿🌿🌿

Rasanya baru beberapa menit Dipta duduk di belakang mejanya ketika dia mendengar Seruni sedang berceloteh dengan dua orang teman dekatnya. Mereka tertawa-tawa entah kenapa. Cewek-cewek di mana-mana sama saja. Mereka ribut saat bersama-sama. Sepertinya banyak hal seru yang terjadi dalam keseharian mereka.

Hm ... sudah berapa lama ya, Rhena tidak lagi tertawa seperti itu bersama teman-temannya? Apakah dia akan baik-baik saja andai diajak ke sini? Apakah kalau dikenalkan dengan Seruni mereka berdua akan cocok? Mungkin kapan-kapan bisa dia coba. Karena kalau dia memutuskan mengakhiri pekerjaan di sini akhir bulan nanti, artinya dia akan sering lembur. Rhena perlu diberi pemahaman tentang di mana ayahnya berada dan bagaimana dia bisa menemuinya.

Dipta mulai menekuni layar iPad-nya sambil mencatat beberapa hal yang akan dia susun ketika terdengar Seruni meminta untuk masuk.

"Ya?"

Pintu terbuka dan gadis itu muncul.

"Jiah, ternyata partner kerja gue nongol," ledeknya Dipta iseng.

"Partner kerja? Siapa?" tanya Seruni bingung.

"Gue dari kemarin survey sama siapa, Run?"

"Sama saya, Pak."

"Di ruangan ini, selain gue, ada siapa?"

"Saya, Pak."

"Dan lo masih bingung siapa partner kerja gue?" cibirnya.

"Ya, nggak juga sih. Tapi saya asisten—"

"Suka-suka elo deh, sebut apa," potongnya mulai gusar sendiri. "Ada apa?"

Kali ini Seruni tersipu. "Saya mau izin ke kantin atas sebentar, Pak. Cari kopi."

"Wah, kebetulan. Enak nih sore-sore ngopi," sambuntnya bersemangat. "Yuk, sama gue." Dipta meletakkan iPad di meja.

"Oh, bukan, Pak!" Seruni buru-buru menggoyang-goyangkan telapak tangannya. "Maksudnya, saya mau pergi sama Yessy dan Amel. Bukan sama Pak Dipta."

What? Gue ditolak? "Gue nggak boleh ikut Run?"

Seruni menggeleng dengan grogi, "Ntar nggak enak sama temen, Pak."

Lah, lo juga aneh Dip.

"Saya beliin juga deh, Pak Dipta maunya apa."

Tuh, Dip. Lo tuh nggak diajak!

"Lagian Pak Dipta pasti bosen kalau sama saya terus."

Kabalik! Lo kali yang bosen sama gue melulu, Run. "Oke, deh. Beliin gue juga." Sialan. Tengsin juga sih.

"Oh ya, Pak. Ntar lembur lagi kan?" tanya Seruni lagi.

Heran, kayaknya nih bocah seneng banget pulang telat. "Boleh kalau lo mau. Kenapa sih? Lo seneng banget lembur. Kualat, pulang telat terus tahu rasa lo!"

Seruni cengengesan. "Soalnya, untuk pertama kali dalam karier saya, saya bisa pulang lebih lambat dari Mama dan Dahlia."

"Itu penting ya?" cibir Dipta.

"Saya yang merasa jadi orang penting, Pak," katanya dengan mata berbinar. "Biasanya saya doang yang nungguin mereka. Kemarin enggak. Mama bahkan mulai cemas kenapa saya pulang lama banget dan japri Mama nggak saya balas."

"Kenapa?" Dipta mengernyit.

"Sengaja," Seruni tertawa lebar.

"Hei! Nggak baik permainin orangtua!"

Broken FlowerWhere stories live. Discover now