Waktu terus berjalan sampai tidak terasa mereka sudah memasuki jam makan siang. Keadaan Cafe mulai penuh. Beberapa meja mulai terisi dengan orang kantor yang lebih memilih nongkrong di Cafe daripada harus makan berat. Seperti Grace salah satunya.

"Gue ke apart lu tadi pagi, lupa kalo lu shift pagi," Kata Grace. Seperti biasa Grace akan mengambil tempat duduk berhadapan dengan barista yang bekerja menyiapkan kopi. Penampilan sahabat nya itu lebih berantakan dari hari biasanya dia datang. Grace masih memakai rol di poni nya, rambut nya di jedai asal seperti baru saja bertahan dari perang, bahkan biasanya perempuan itu memakai dress tapi hari ini hanya memakai kemeja dan celana jeans.

"You oke?"

Grace memutar mata nya malas, "Gue keliatan oke?" Tanya Grace, "Anak PKL kalo bisa gue bentak udah gue bentak."

Cora menyodorkan satu kopi yang biasa Grace pesan, "Tapi dia udah mau kerja kan?"

Grace mengangguk. Kemudian dia mengeluarkan amplop coklat dari tas nya, "Gue mau ambil paket yang gue pesen waktu itu, eh di box lu ada ini," Katanya.

Sejujurnya Cora bingung setengah mati melihat amplop coklat yang Grace berikan. Dia tidak ingat memesan apapun di toko online, di juga tidak habis melamar pekerjaan baru atau mengirim surat ke kedua orang tua nya yang berada di pulau lain. Namun pikirannya dia singkirkan dulu, dia simpan sampai nanti shift nya selesai.

Begitu jam menunjukan jam tiga sore bertepatan dengan jam kerja nya berakhir, Cora langsung berjalan ke loker tempat para karyawan melepaskan apron dan bersiap pulang. Dia memandangi amplop coklat nya kembali berkutat dengan apa isi di dalam amplop yang ditemukan Grace di box paket apartemen nya. Cora berjalan ke Andomart tempat dimana dia memarkirkan mobilnya. Seperti biasa, sebelum pulang pasti dia menyempatkan memesan Latte di Cafe milik Andomart tapi kali ini dia duduk di kursi yang disiapkan di luar Andomart daripada di mobilnya. Dia berniat membuka amplop itu disini.

Cora membuka dengan hati - hati amplop tersebut dan dia terkejut dengan isi nya. Undangan. Dia mendapatkan undangan pernikahan dari mantan nya. Bryson akan mengadakan pernikahan dengan perempuan yang menjadi selingkuhan nya dan mereka mengundang Cora. Walaupun Cora tau sebelum nya mereka adalah teman di kantor lama tapi Cora berpikir apa kejadian kaya gini harus menimpa nya? Bagaimana dengan rasa sakit yang dia rasa dan dia coba sembuhkan sendiri selama ini?

Tanpa sadar air mata Cora sudah jatuh berkali - kali membasahi undangan tersebut. Rasa sesak setahun lalu kembali terulang. Rasa yang Cora harap tidak pernah dia rasakan kembali itu datang menghampiri nya hari ini. Semua kejadian saat Cora pertama kali tau tentang Bryson dan perempuan lain itu kembali menghantam ingatannya. Dia tidak peduli dengan tatapan kasihan atau bingung dari orang - orang di sekitar nya yang melihat perempuan yang menangis tersedu - sedu sambil menggenggam erat undangan pernikahan.

...

KIAN POV

"Duluan aja, nanti gua jalan ke Cafe," Kata Kian ke Niko. Setelah pulang dari perjalanan bisnis nya, Kian dipaksa untuk mengunjungi Cafe milik nya. Dulu Kian membangun Cafe ini hanya sekedar pembuktian ke Papa nya kalau dia bisa berdiri sendiri tanpa bantuan dari sang ayah dan berhasil. Kian akhirnya lepas dari semua paksaan yang mengharuskan nya mengikuti semua omongan orang tua nya yang sangat berbeda dengan kemauan Kian. Dia bahkan tidak menyangka kalau Cafe yang dimulai dengan alasan coba - coba ini sukses besar. Bahkan sudah sampai di tahap ingin membuka cabang lain.

Kian berjalan menuju Andomart berniat ingin memberikan sedikit cemilan buat anak - anak yang sedang bekerja. Langkahnya terhenti begitu melihat perempuan yang sangat dia kenal perawakan nya. Perempuan yang melempar nya batu kecil saat terakhir bertemu dengannya. Biasanya perempuan yang Kian tau bernama Cora itu menunjukan wajah jutek dan judes nya ke Kian. Gaya nya yang tengil itu yang Kian terakhir kali temui. Namun Cora yang ada di hadapannya kali ini dengan menunduk menangis, bahu bergetar sambil terus berusaha mengatur nafas nya. Kian langsung mengeluarkan sapu tangan dari dalam jaket nya, meletakkannya pada telapak tangan Cora. Si perempuan tidak mendongak untuk melihat siapa yang memberikan sapu tangan, namun tetap dipakai untuk mengusap air matanya. Kian juga refleks melepas jaket yang dia pakai dan menaruh nya di atas kepala Cora. Dia sadar kalau beberapa orang, bahkan pegawai Andomart di dalam memperhatikan Cora. Mungkin sekarang beberapa orang berasumsi bahwa Kian lah yang membuat Cora menangis.

"Tunggu sini, biar gue ambil mobil," Kata Kian.

Cora mendongak untuk pertama kali nya dia melihat orang yang memberinya sapu tangan dan jaket untuk menutup wajah nya, "Gue bawa mobil," Katanya.

"Mana? sini kunci nya," Cora memberikan kunci mobilnya ke Kian. Lalu laki - laki itu menuntun Cora berjalan masuk ke dalam mobil sebab Cora masih menutup wajahnya dengan jaket milik Kian.

Kian masih diam memperhatikan Cora yang masih menangis dan bersusah payah membuat diri nya tenang. Lima menit berlalu sampai Cora benar - benar tenang dari tangisannya.

"Thank you," Kata Cora. Kian memperhatikan Cora yang melihat ke arah lain. Dia tau Cora malu untuk melihat ke arah nya.

"Kalo orang bilang makasih tuh liat ke orang di samping nya bukan liatin mobil."

Cora membuang nafasnya gusar, kemudian perempuan itu menatap Kian, "Thank you Kian, udah selamatkan gue dari tatapan orang sekitar yang mulai hari ini bakal anggep gue cewe gila."

"Lu gak gila cuma karena nangis."

Sesudahnya mereka kembali berhadapan dengan keheningan. Kian mau sekali rasanya menanyakan apa yang baru saja terjadi di kehidupan Cora. Tapi ada beribu kata jangan juga di otaknya.

"Mantan gue nikah," Kata Cora, memberikan undangan yang sejak tadi dia genggam, "Setahun lalu dia selingkuh sama perempuan itu, dan sekarang mereka nikah..."

Kian membuka undangan yang diberikan Cora untuk melihat nama dan tanggal acara nya, "Gila, ngapain mereka undang lu?"

Cora menyandarkan punggungnya pada kursi mobil, "Gue, mantan gue dan si cewek itu awal nya temen kantor. Lumayan dekat lah kita karena masuk nya juga gak terlalu jauh."

"Jadi si cewek ini temen lu dan dia jadi selingkuhan mantan lu?" Tanya Kian, Cora mengangguk, "Wah udah gila dunia ini."

Jauh dilubuk hati Kian dia bisa merasakan bagaimana sakit yang Cora alami. Dia jadi sedikit flashback masa dimana dia hampir jadi orang gila kata Kenji karena mengetahui kekasih nya bersama orang lain.

"Lu bakal dateng?"

Cora tersenyum pahit, "Yakali? gue bakal keliatan menyedihkan banget dateng kesana sendiri, salamin mereka semoga hidup bahagia sedangkan mereka bikin hidup gue hancur lebur gini?"

"Dateng sama gue," Kata Kian.

Sontak Cora langsung menengok ke arah Kian bingung, "Hah?"

Kian melipat kembali undangan nya dan memasukkannya ke dalam amplop coklat, "Ya biar lu gak keliatan menyedihkan, dateng sama gue. Gue lagi cari makan gratis juga."

"Lu mau ikut gue kesana karena makan gratis?"

Kian mengangguk, "Biar lu gak menyedihkan juga."

"Gak usah di ulang - ulang," Kata Cora sinis.

"Gue cuma nawarin sih. Lagian gue bukan orang asing banget buat lu," Kata Kian, "Kita ketemu dua kali btw, yang pertama lu jadi penipu, yang kedua lu tiba - tiba ada di speed dating dan lu nimpuk gue pake batu."

Cora memutar bola matanya malas mendengar ocehan Kian, "Gue baru tau lu orang nya dendaman."

.....

Invisible StringWhere stories live. Discover now