Seven

279 40 10
                                    

Happy reading!!

First adalah pria dewasa yang tidak lagi memiliki batas dalam hal berpacaran, dan Khaotung adalah remaja yang sedang penasaran akan banyak hal.
Berbagai aturan yang Force berikan selama ini dipatuhi First, atas nama cinta dia rela merubah gayanya dalam berpacaran.
Orang-orang bilang First adalah pria matang yang dipercaya bisa menjaga Khaotung, ya memang.
Namun, ada jiwa liarnya yang tertahan selama setengah tahun ini.

Jika diingatkan lagi, First ini adalah pria dewasa berumur 30 tahun, dimana saat dia belum memiliki kekasih, berhubungan badan dengan seseorang yang ia temui di club atau aplikasi kencan satu hari bukanlah sesuatu yang sulit. Berhubungan badan menurutnya pun menurut Force bukanlah sesuatu yang serius, itu hanya kenikmatan satu malam.
Tapi jelas, itu berbeda jika Khaotung yang menjadi kekasihnya, Force membernya banyak aturan untuk tidak menyentuhnya secara sembarang.

Di tengah malam dan suasana sepi seperti ini, dibawah pengaruh alkohol, pun wajah Khaotung sendiri menjadi alasan utama kenapa First malam ini merasa sedikit gerah.
Istilahnya, mencari kesempatan dalam kesempitan, tak ada yang tahu bahwa First berada di kamar Khaotung saat ini. Begitulah sisi jahatnya berkomentar, First bisa melakukan apa yang selama ini dia tahan.

Khaotung memiliki bibir tipis kecil yang terlihat lucu jika sedang cerewet, rambut panjang yang hampir menutupi mata itu terkadang menjadi lembab dan menjadi berantakan, bahkan beberapa helai rambut itu menempel pada keningnya.
Diam diam, First menyukai tampilan Khaotung setiap kali pulang sekolah.
Seragam yang tidak rapi, rambut yang penuh keringat, lalu meneguk minuman dingin pemberiannya dengan buru-buru hingga terkadang membasahi leher jenjangnya.

Suara jam dinding di kamar itu menjadi suara pengiring dimana akhirnya, jari First berani menyentuh sisi wajah Khaotung yang terkena cahaya lampu tidur.
Itu lembut, First baru merasakannya. Jelas, dia sudah menduga selama ini, bahwa kulit itu akan terasa seperti kulit bayi dari hanya menatapnya saja.

"Bagaimana jika kakakmu tahu bahwa saya disini?" Tanya First, suaranya menjadi rendah, efek sesuatu yang menjadi panas.

Khaotung yang tiba-tiba terbawa suasana pun menatap bibir merah First, dia ingin mencobanya jadi semua hal yang akan terjadi di masa depan, biarlah nanti urusannya.
Karena saat ini, Khaotung ingin merasakan bibir itu.

"Dia tidak akan tahu, jika kita diam."

First tersenyum kecil, kemudian ia segera bangkit dari jongkoknya di pinggir nakas. Khaotung tidak bergerak, dia diam di atas kasurnya kemudian merinding melihat tubuh besar itu setengah badannya mengunci tubuhnya yang terlentang.
Harum aroma parfum yang terasa aneh karena sudah bercampur dengan bau alkohol itu membuat Khaotung benar-benar merasa seperti anak kecil saat ini.

"Jadi, kau akan membuat rahasia dengan saya?"

"Hanya ciuman, bukan kejahatan besar, kan?"

First tersenyum, kemudian memindahkan telapak tangannya dari  sisi pinggang si kecil itu ke samping kepala, dengan tubuh semakin membungkuk akhrinya First menempelkan bibir dinginnya ke bibir kering Khaotung.
Bibir kering yang ingin First basahi.
Suara detik jarum jam dinding masih menjadi saksi bisu dimana saat ini First mulai menggunakan lidahnya untuk mengeksplor mulut Khaotung.
.
.
.
.
Selama dua Minggu ini, Khaotung yang sibuk dengan ujian persiapan pun Minggu ujiannya tidak bisa bertemu dengan First yang juga disibukkan dengan pekerjaanya di kantor.
Keduanya hanya bertukar pesan dan melakukan video call sesekali, Walaupun First tidak bisa pergi menemui kekasih kecilnya, dia tetap mengirimkan makanan favorit dan uang jajan untuknya. Katanya sih, biar Khaotung tidak terlalu suntuk jadi First memberinya banyak uang dan makanan, Khaotung menjadikan dua hal itu sebagai bagian healing.

"Nanti kan malam Minggu, ke club yuk?"

Saat ini, Aline, Force dan First sedang berada di kantin.
Semenjak ada Aline, dia selalu makan bersama dengan kedua pria kita ini.

He is 30 years old.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang