Three.

239 38 16
                                    

Happy reading!!!

Khaotung terlihat berantakan saat pulang ke rumah. Kembali menaiki bus bersama Phuwin dan Marc membuatnya berkeringat seperti itu.
Tadi, dia dan dua bocah itu berlomba lari untuk siapa yang lebih dulu sampai ke halte, dan pemenang bisa mendapatkan kursi dekat jendela.
Khaotung mati-matian untuk memenangkannya. Ya begitulah, usaha tidak akan mengkhianati hasil, Khaotung mendapat kursi dekat jendela dan mengirimkan foto pada First tentang apa yang dia lakukan hari ini.

"Ibu!"

Nyonya Thanawat tampak terkejut dengan kedatangan Khaotung, tanpa mengetuk pintu dan langsung berteriak.

"Loh, ayah tidak bekerja?"

Khaotung hanya tertawa saat ibunya mengomel tentang Khaotung yang hrus mengetuk pintu tidak perduli jika pintu rumahnya selalu terbuka lebar, tapi kemudian dia terkejut melihat ayahnya yang tumbenan sekali jam segini ada di rumah.

"Ayah sakit pinggang, jadi cuti dulu."

Khaotung kemudian mengikuti ibunya masuk ke dapur.
Terlihat dapur berantakan karena ibu memasak begitu banyak, sambil terheran-heran, Khaotung pergi ke kulkas untuk mendapatkan air minum dinginnya.
Setelah menghilangkan dahaganya, Khaotung lalu bertanya kenapa ibu memasak begitu banyak.

"Ada tamu, jadi ibu ingin menjamu."

"Siapa? Nenek ya?" Tanya Khaotung, terlihat bersemangat karena nenek yang tak lain adalah ibunya ayah itu jarang sekali datang, perbedaan kota membuat beliau jarang mampir, dan Khaotung senang bila beliau mampir, dia selalu mendapatkan uang jajan dalam jumlah fantastis secara diam-diam.

"Bukan, nanti kau juga akan tahu."

"Siapa sih?" Tanya Khaotung lagi dengan diiringi suara rengekan.

Nyonya Thanawat pun menyuruh Khaotung untuk pergi mandi, dia berbau sangat tidak sedap.

----

Setelah mandi, Khaotung mengirim pesan pada First bahwa sepertinya malam ini dia tidak akan bisa keluar.
Biasanya malam Minggu begini Khaotung dan First memang akan sering kali jalan-jalan, menyenangkan si bocah yang begitu haus akan romantis sebuah hubungan dalam remaja.
Padahal, menurut First semua malam bisa dibuat menyenangkan, tidak perlu menunggu malam Minggu.

Khaotung: Sepertinya ibu akan kedatangan tamu, jadi aku tidak akan pergi kemana-mana.

First yang mendapatkan pesan itu ditengah meeting jadi khawatir sendiri.
Dia merasa bersalah juga, sudah jelas First tahu bahwa Khaotung besok akan marah besar, mengetahui Khaotung yang polos seperti ini dibohongi oleh orang-orang kepercayaannya jelas First merasa kasihan.

"Kenapa? Sesuatu yang penting?"

Bosnya pun menegur, secara tak sadar rupanya First menatap layar ponselnya cukup lama di pinggir meja kantor.

"Ah, tidak apa-apa. Orangtua saya baru mengabari jika mereka sudah sampai di apartemen," ujar First.

Force kebetulan hari ini ikut meeting, ia sesekali melihat jam yang sudah melewati jam pulang mereka.
Force juga jadi ikutan gugup, pasalnya Khaotung pasti akan marah padanya juga jika nanti malam dia melihat First dan kedua orangtuanya datang ke rumah tanpa persetujuan darinya.
.
.
.
.
Khaotung sebenarnya sedikit heran, namun banyaknya juga merasa senang. Karena tak biasanya ibu tak menyuruhnya ini itu padahal dia sedang kerepotan di dapur.
Malah, ayahnya yang kini ikut berjibaku di dapur bersama ibu.
Tanpa mau repot-repot membantu, Khaotung dengan santai tiduran di sofa sembari memakan Snack coklatnya, sesekali juga bertukar pesan dengan First yang katanya sedang dalam perjalanan pulang.

Tak lama kemudian, terdengar suara mobil parkir di halaman rumah, itu sudah jelas Force.

"Sudah mandi?" Tanya Force pada Khaotung sembari menghalangi televisi.

He is 30 years old.Where stories live. Discover now