Five.

297 45 15
                                    

Happy reading!

Semuanya sudah membaik, Khaotung kembali ceria membuat First tidak lagi pusing oleh tingkah diamnya.
Tapi, kini Mood Khaotung lebih sering berubah menjadi marah-marah tidak jelas mengingat ujian akhir tahun akan segera dimulai.
Khaotung mulai mudah kesal karena harus menghapal dan bermain, keduanya adalah penting untuk Khaotung.
Nilainya tidak buruk, tapi juga tidak terlalu bagus karena dia tak begitu mengejar nilai.
Lengah sedikit dia akan terancam tidak lulus, ditakuti seperti itu oleh guru walinya jelas Khaotung semakin panik.

"Kenapa pertanyaan hia seperti itu?"

"Seperti apa?"

"Mau pulang tidak?" Khaotung menirukan suara dan kalimat First dengan sempurna.

Kini, Khaotung sudah berada di dalam mobil First, wajahnya mengkerut dengan keringat membasahi pelipisnya, tangannya menggenggam Boba dan bibir terus berceloteh memarahi First yang ia rasa melakukan kesalahan.

"Harus bagaimana memangnya?" Tanya First, masih sabar.

"Khaotung, mau pulang sekarang atau tidak? Seperti itu. Jika Hia bertanya seperti tadi itu lain lagi artinya!"

First menghela napas, kemudian menggaruk hidungnya yang tidak gatal.
Mungkin Khaotung benar, pertanyaannya agak aneh diutarakan saat Khaotung sedang asyik bermain dengan Phuwin tadi.

"Kau merasa saya memarahimu?" Tanya First, memastikan.

"Iya, sudah jelas aku mau pulang tapi diberi pertanyaan seperti itu, aku jadi kesal tau."

First menganggukan kepalanya. "Baiklah, saya minta maaf ya? Nanti akan diperbaiki."

Walaupun masih sedikit kesal, Khaotung kemudian menganggukan kepalanya. Oh, dia benar-benar mendengarkan First dengan baik, Khaotung menjelaskan alasan tidak sukanya setiap kali First melakukan kesalahan (menurutnya.)
Itu sebuah kemajuan, jadi pertengkaran mereka sudah tidak serumit dulu, karena mereka (First) lebih dimudahkan untuk mencari jalan damai.

"Lapar tidak? Mampir beli ikan bakar, yuk?"

First tersenyum, kemudian menganggukan kepalanya, Khaotung lapar pasti.

"Yuk, apalagi ya? Kita pesan banyak?"

First ikut terlibat bersemangat membahas makanan sembari menjalankan mobilnya, dia tak begitu lapar sih tapi Khaotung akan kesal lagi jika dia bilang seperti itu, mending makan lagi sampai muntah daripada menghadapi celotehan Khaotung hari ini.
Kasihan juga, sudah lelah di sekolah masa First tidak membuat suasana hatinya menjadi lebih baik.

-----

Force dan First saat ini sedang merokok di halaman rumah, Khaotung baru saja tidur setelah makan banyak di kedai makanan tadi.
Khaotung sebenarnya memaksakan diri untuk tidak tidur, dia ingin menemani First, tapi First jelas menyuruh Khaotung untuk tidur saja, kasihan sekali soalnya.

"Sudah seminggu sejak orangtuamu ke rumah ini, mereka sudah di kampung lagi, kan?" Tanya Force.

"Sudah, akan aku suruh kesini lagi untuk merayakan kelulusan Khaotung," balas First.

Keduanya sama sama memiliki banyak waktu senggang Minggu ini, First sering kali bermain di rumah ini sejak hari cuti itu, sebelum ia akan kembali sibuk Senin nanti.

"Hei, apa aku boleh menyentuh adikmu?"

"Uhuk-uhuk.." Pertanyaan tanpa aba-aba itu membuat Force menelan asap rokoknya.

"Seperti menggandeng dan memeluknya," sambung First.

"Memang kau tak melakukannya selama ini?" tanya Force.

He is 30 years old.Where stories live. Discover now