Eight

239 44 9
                                    

Happy reading!!

Malam ini, keluarga Khaotung berkumpul tanpa First.
Setelah makan malam itu, ke empat anggota keluarga Thanawat langsung pergi ke ruang tengah untuk menonton televisi bersama.
Khaotung selalu saja berbaring setiap kali habis makan, jadi Force segera menarik lengannya ketika ia bersiap-siap untuk tiduran dengan paha ibunya sebagai bantal.

"Apa kartu identitas Khaotung sudah selesai? Kapan bisa di ambil?" Tanya Nyonya Thanawat.

"Nanti saja saat aku libur bekerja," jawab Force.

"Ah ibu, bolehkah aku membawa teman ke acara ulangtahun Khaotung?"

"Hei, kau harus bertanya padaku hia."

Force lalu menolehkan kepalanya pada Khaotung yang sedang bersender padanya, benar juga.

"Boleh tidak? Akan ku pastikan mereka membawa hadiah untukmu."

Khaotung menganggukkan kepalanya, toh yang membiayai ulangtahunnya First dan Force, jadi dia harus menerima semuanya.

"Siapa?" Tanya sang ayah.

"Aline, dan teman priakku."

Nyonya Thana langsung mengernyitkan alisnya. "Teman priamu? Sebegitu pentingnya dia sampai kau bawa ke acara keluarga kita?"

"Benar, aku bisa paham jika itu Phi Aline, dia atasan  kalian dan berteman sangat lama." Khaotung menjauhkan dirinya dari Force kemudian mendekati ibunya untuk menatap sang kakak dengan tatapan curiga.

"Memang dia saja yang boleh membawa seseorang ke rumah setiap hari?" Tanya Force dengan nada kesal.

"Bilang saja itu kekasihmu, dia akan kesal jika kau memperkenalkannya sebagai teman," saran tuan Thana.

"Itu karena kita belum benar-benar jadian, ayah."

Nyonya Thana hanya tersenyum, tidka menyangka jika kedua anaknya justru jatuh cinta pada pria, mau jadi apa rumah megah ini, kost-kostan khusus pria?

"Apa First sudah berbicara denganmu?"

"Soal apa?" Tanya Force sembari mengambil toples isi kacang di meja.

Melihat reaksi Force yang masih santai, sepertinya sang ibu tahu jika First belum mengajak Force untuk berbicara.
Nyonya Thana hanya tersenyum kemudian menyebutkan jika Khaotung sudah berusia 18 tahun beberapa waktu lagi.

"Lalu apa?" Tanya Force lagi, tidak mengerti.

"Dia sebentar lagi akan pergi sebagai mahasiswa, anak kuliahan."

"Em, lalu?"

"Kau tahu sendiri, nak. Jarak kampus yang dia pilih sangat jauh dari rumah kita. Ibu khawatir jika ada banyak kegiatan yang mengharuskannya seperti pulang malam atau sebagainya. Kau tidak mengizinkannya untuk belajar mengendarai motor atau mobil, bagaimana jika dia ibu suruh menginap nanti di apartemen First?"

Force menganggukkan kepalanya mengerti, belum ada emosi di wajahnya. "Tenang saja, aku akan berusaha untuk menjemputnya kapanpun itu."

Khaotung lalu menolehkan kepalanya pada sang ibu, seolah mengadu jika Force tetap pada pendiriannya dan dia tak suka.

"Kenapa begitu? First kekasihnya dan apartementmya memiliki kamar kosong, jadi Khaotung-"

"Tidak boleh. Kalian hanya terikat oleh pasangan kekasih, tidak ada acara menginap."

"Apa alasanmu?" Kali ini sang ayah yang bertanya. "Kau saja sering menginap di tempat temanmu, kenapa Khaotung tidak boleh?"

"Ayah."

He is 30 years old.Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin