Duapuluhempat

15.6K 2.5K 264
                                    

"Aku mau ajak kamu pacaran

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Aku mau ajak kamu pacaran."

Masih belum ada penjelasan pasti dari Arsenal tentang ucapannya itu. Di samping Arsenal yang tidak lagi menjelaskan, Mili kepalang malu untuk bertanya lebih jelas. Lebih dari itu, dia bahkan sangsi mulutnya berani bersuara lagi.

Namun ... masa hanya berakhir seperti ini?

Arsenal memulangkannya, Mili menghabiskan malamnya dengan rasa penasaran sampai besok pagi? Begitu juga dengan keesokan harinya jika dia masih penasaran bagaimana? Tapi, tidak bisa juga Mili memberanikan diri untuk bertanya. Arsenal sudah membawanya pulang bukankah artinya Mili harus segera turun dari mobil?

Akhirnya, gadis itu pun melepaskan sabuknya. Terpaksa menoleh pada Arsenal untuk berpamitan. Namun, tatap mereka tidak berpapasan lama-lama. Sebab setelah dua detik saling bertemu pandang, Mili langsung mengalihkan perhatian.

"Em ... Mili masuk dulu, ya, Mas?" Suaranya yang sedikit tercekat itu akhirnya keluar juga.

Memberanikan diri sekali lagi, Mili menatap Arsenal. Hendak melihat respons lelaki itu yang belum menjawab pamitannya.

"Ternyata jalan kaki dari sini ke pasar malam tadi nggak begitu jauh, ya?" Alih-alih menanggapi pamitan Mili, Arsenal justru mengangkat topik lain.

Kening Mili sedikit mengernyit mendengarnya. Namun begitu, dia tetap menanggapi. "Iya dekat, Mas. Mili lewatin juga kalau mau ke stasiun."

Arsenal mengangguk-angguk. Lelaki itu menatap jam tangannya sebelum menoleh lagi pada Mili. "Jajan ke sana dulu mau? Aku kayaknya masih lapar. Kamu masih lapar nggak?"

Meski sebenarnya tidak merasa lapar, Mili tetap menangguk pelan. Membuat senyum tipis Arsenal muncul dan lelaki itu pun melepaskan sabuknya, siap turun dari kursinya. Alhasil, Mili pun melakukan hal yang sama.

Mereka berjalan bersisian di tepi jalan di bawah langit malam yang tampak terang. Pandangan Mili lurus ke depan, dengan sesekali mencuri pandang ke samping. Juga meresapi bagaimana sesekali lengan mereka yang saling bersentuhan seiring dengan kaki yang melangkah beriringan.

Hanya butuh kurang dari lima menit untuk sampai pada tempat tujuan. Pasar malam yang hendak mereka datangi sudah berada di depan mata. Mili mengambil posisi, bersiap menyeberang jalan. Hingga tangan Arsenal yang menggandengnya tiba-tiba sangat menarik perhatian. Mili sempat membeku beberapa saat, sebelum kakinya lanjut melangkah lagi saat Arsenal lebih dulu melakukannya. Tatap gadis itu tidak lagi ke depan melainkan pada tautan tangan mereka yang mulai terasa begitu nyaman.

Dia tidak lagi merasa asing saat kulit mereka bersentuhan seperti ini.

Namun ... masa secepat ini?

Secepat ini Mili luluh pada Arsenal? Hanya dengan waktu satu bulan? Bukankah hatinya sangat murahan? Sebelum ini Mili bahkan tidak mampu menatap lelaki itu lama-lama dan kini gadis itu selalu menginginkannya.

Dikejar JodohWhere stories live. Discover now