Bab 7

154 32 9
                                    

LATAR WAKTU, MASA KINI.

Hinata sudah hidup sejak lama. Ia adalah perempuan yang mengikuti perkembangan zaman dari masa ke masa. Meski cukup tertutup dan misterius, tapi Hinata tahu caranya menikmati hidup.

Menyambangi sebuah kelab malam bukanlah hal baru bagi Hinata. Dulu ketika Kurenai masih muda, wanita itu sering mengajak Hinata ke tempat tersebut. Namun sekarang Hinata hanya bisa datang sendirian, karena ia tidak memiliki teman lagi.

Tubuhnya mungil namun berisi di beberapa tempat kesukaan para pria. Dan ketika dirinya mengenakan gaun super ketat yang membentuk lekuk tubuhnya. Sontak saja ia langsung menjadi pusat perhatian.

Ia sudah terbiasa dengan tatapan mata nakal yang dilayangkan para pria terhadapnya. Selagi mereka tidak berbuat hal-hal menjijikan secara langsung, maka dirinya memilih abai.

“Astaga, Hanabi. Kau kemana saja?” seorang bartender bernama Kiba menyapa Hinata yang baru tiba di bar.

Wanita itu tersenyum tipis, lalu mendaratkan pantatnya pada salah satu kursi di sana. “Aku sibuk akhir-akhir ini.” jawabnya.

“Kiba, aku mau minuman yang seperti biasa.” pinta Hinata yang langsung saja disanggupi oleh Kiba.

Lelaki itu mulai meracik minuman Hinata yang bernama Blue Margarita. Minuman yang selalu Hinata pesan setiap kali wanita itu datang ke tempatnya bekerja.

Sambil menunggu, Hinata memilih melihat-lihat suasana kelab malam yang tidak pernah sepi pengunjung. Selalu saja ramai didatangi orang dari berbagai kalangan.

“Ini minumanmu, Hanabi.” Kiba membuyarkan pengamatan Hinata. Wanita itu lantas memusatkan perhatiannya pada gelas minuman dengan warna cairan yang cantik dan terlihat menyegarkan.

“Terima kasih.” ucap Hinata dengan seulas senyum tipisnya. Kemudian dirinya mulai menyesap minumannya secara perlahan demi menikmati rasa dari minuman tersebut.

Saat Hinata sedang menikmati minumannya, seorang pria datang menghampiri wanita itu dan kemudian duduk di samping Hinata.

Hinata meliriknya sekilas, lalu memilih mengabaikannya. Dirinya tidak mengenal pria di sampingnya.

“Bagaimana bisa seorang wanita cantik sepertimu duduk sendirian?” pria itu mulai mengeluarkan suara. Mencoba menarik atensi Hinata.

Hinata menolehkan wajahnya dan menatap pria itu dingin, “Kenapa tidak?” wanita itu merespon di mana hal tersebut sukses menarik sosok pria tersebut untuk tersenyum tipis.

“Kalau begitu, kau tidak keberatan jika aku duduk di sini menemanimu?” tanya pria itu sementara kedua matanya mulai melirik kedua bongkahan besar payudara Hinata yang menggoda.

“Terserah.” Hinata menjawab terkesan tidak peduli.

Wanita itu kembali sibuk dengan dirinya dan sesekali ia menjawab pertanyaan dari Kiba. Bartender yang satu itu memang banyak bicara, tapi Hinata tidak merasa keberatan untuk meladeni pertanyaan Kiba.

“Nona, bagaimana kalau kita menari di sana?” pria yang tadi berada di samping Hinata kembali berbicara. Kali ini dia mengajak Hinata untuk bergabung bersama orang-orang yang sedang menari di depan para DJ yang melakukan pertunjukan.

Hinata nampak berpikir, apakah dirinya perlu menerima ajakan pria itu atau tidak. Namun berhubung malam ini dirinya memang sedang ingin bersenang-senang, ia pun memutuskan untuk menerima ajakan orang itu.

Hinata dan pria bernama Grimmjow itu kemudian berjalan bersama ke tempat orang-orang menari. Keduanya mulai menggerakkan tubuhnya untuk mengikuti musik yang begitu keras dan membuat telinga pekak.

Je hebt het einde van de gepubliceerde delen bereikt.

⏰ Laatst bijgewerkt: May 18 ⏰

Voeg dit verhaal toe aan je bibliotheek om op de hoogte gebracht te worden van nieuwe delen!

Across The Sea Of TimeWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu