12. Betingkah ⚠

1.6K 37 2
                                    

Beberapa hari berlalu di mansion tua itu.

Terlihat Gabriel mengetuk-ngetukkan jari jemarinya di atas meja besar dan panjang. Di mana berlangsungnya rapatnya dengan para anggota dan anak buah. Sebelumnya Gabriel menyuruh mereka untuk melakukan presentasi mengunakan PowerPoint dan mereka akhirnya melakukan dengan itu sekarang.

Gabriel mendongakkan kepalanya sejenak, bersandar dengan pangkal kursi sembari berdiam diri sejenak. Rupanya, bisnis mereka sedikit tidak baik saat ini. Alasannya tidak lain adalah munculnya kelompok pesaing. Meskipun dunia kerja ini terdengar kotor atau lebih tepatnya black market, tetap saja akan ada kelompok yang akan menyaingi mereka, bahkan lebih parah daripada usaha resmi.

"Kita tidak akan pernah bisa bertahan kalau tidak mengambil strategi lain." Anak buah yang menjelaskan presentasi mereka di depan tiba-tiba berbicara lagi, menegaskan kembali apa yang akan dibahasnya.

"Rapat akan dibubarkan dulu, kita kembali lagi setelah mendapatkan strategi dan jalan baru." Gabriel mendadak berdiri dari kursinya dengan tangan kanan menopang pinggang sedangkan tangan lainnya menutup memegang kepala. Ia bersikap tegang sekarang. "Siapa yang berani menutup jalan bisnisku?"

Mereka tidak bisa melakukan prostitusi dan penjualan narkoba dengan baik lagi karena pesaing mereka menawarkan dengan harga yang lebih murah dari mereka. Tentu saja, banyak klien yang beralih kepada pesaingnya dibanding dengan Gabriel.

Untuk saat ini, mereka hanya bergantung pada peminjaman uang ilegal (lintah darat/rentenir) dan pencucian uang.

"Kalian tahu, bahwa ada penghutang lama yang melarikan diri? Cari dia sampai dapat. Kita banyak akan banyak merugi jika terus bersikap lembut." Sebuah perintah yang tegas mulai dikeluarkan dari mulut pemuda itu.

"Entah mengapa semua hal terjadi membuatku kesal!" Gabriel memukulkan kedua tangannya ke atas meja dengan kasar setelah semua orang yang berada di ruangan itu keluar.

.
.
.
.

"Mueheheehe!" Yuna terbaring di kasurnya dengan perasaan senang dan tertawa seperti orang gila. Bagaimana tidak, ia terlihat seperti seorang putri raja kala ini, dengan fasilitas yang benar-benar memadai.

Kamarnya yang dahulu pengap sekarang mempunyai tambahan AC dengan televisi sebagai media hiburannya. Apalagi ia sudah mendapatkan sebuah ponsel baru di tangan. Tidak ada yang bisa mengambarkan perasaan puasnya sekarang. "Jangan salahkan aku meminta sesuatu secara berlebihan, pergi jalan-jalan di sekitar gedung saja sudah di maki-maki."

Beberapa hari sebelumnya.

"Kamu bilang aku bisa meminta apapun?" tanya gadis bernama lengkap Yuna Amallia itu, perasaan mulai tergambar jelas di wajahnya.

Pelayan barunya mengangguk kecil sembari berusaha keras untuk mendengarkan permintaanku Yuna dengan antusias. "Tentu saja, Nona."

Rupanya, begitulah kejadiannya. Ia meminta semua hal dari AC sampai ponsel pintar untuknya harus tersedia. Hanya itu saja yang bisa membuat kebosanannya menghilang. "Dan nona berkata kalau semua benda yang ia inginkan itu, jangan dimasukan ke hutangnya karena hutangnya sudah terlalu banyak, Tuan!"

"A-APA?" Gabriel yang mendengarkan permintaanku Yuna dari pelayan mudanya hanya bisa membalas dengan ekspresi kesal.

Pelayan muda itu berucap lagi dengan sopan, tetapi tetap memberitahukan semua ucapan Yuna dengan detail. "Kata nona lagi, malam kemarin terlalu beruap dan panas, dia butuh refresing baik otak dan fisiknya."

*(malam beruap: anu)

Mengapa dia berbicara dengan anak di bawah umur seperti itu, tentu saja, ia tidak bisa menarik kembali perkataannya mengenai permintaan Yuna di sana. "Oh, astaga...."

Entah, pikiran apa yang memasuki otak Gabriel. Ia menuruti permintaan Yuna tanpa banyak berpikir. Asalkan, Yuna tidak memberontak dan menunjukkan wajahnya di segala arah mansion dan berpikir untuk keluar dari sana, Gabriel akan menuruti semua permintaan gadis itu.

Ia menyuruh kepala pelayannya untuk membeli itu semua dan memasangnya di kamar Yuna, tidak lupa juga dengan ponsel untuk wanita simpanannya itu. "Pastikan untuk mengecek isi ponselnya, aku takut dia akan merencanakan sesuatu untuk melarikan diri," perintahnya lagi.

Kembali ke waktu sekarang, Yuna sangat puas dengan apa yang didapatkannya. Dia menonton televisi sambil duduk di kasur, dengan pelayan baru yang sedang memijat kedua bahunya itu. "Jika ingin aku memuaskannya dengan lebih baik, bukannya akunya juga harus puas terlebih dahulu?" Yuna tak berhenti tertawa cekikikan.

"Sebenarnya malam beruap itu apa, Nona?" Pelayan muda itu mengaruk-garuk kepalanya sekilas sebelum melanjutkan memijt bahu Yuna yang masih terasa sakit, tentu saja dia tidak terlalu faham dengan kiasan yang diberikan oleh orang yang dilayaninya itu.

Kukira anak muda zaman sekarang sudah pandai-pandai mengenai hal itu. Yuna mengernyit dahi, ia merasa bersalah karena   berbicara tanpa menyaring dengan baik. "Malam tanpa AC, panas.., jadi tubuhku terasa menguap," ujarnya dengan wajah tanpa dosa.

.
.
.
.
.
.

Pendek, ya? Sorry, lagi kehabisan ide.
Gigi gua sakit, ngaruh ke kepala.
Mau buat outline pun gak bisa.
Gua update kalau dah 85k viewers, thanks

Jangan lupa vote jika menyukai cerita ini!!

DEBT LEGACY 21+Where stories live. Discover now