Mangsa Yang Tergoda

16 0 0
                                    

Hari pertama Bunga bekerja, dirinya sudah menjadi pusat perhatian banyak pemuda.

Bermula dari para karyawan bagian produksi yang membicarakan kecantikannya dengan kesan kagum seusai kembali dari makan siang di warung Pak Sastro, akhirnya gosip itu sampai juga ke telinga mandor, yang berujung pada meja Ruli si manajer pabrik.

Sudah sangat lama pria akhir tiga puluhan itu tak pernah lagi makan di warung Pak Sastro. Namun karena sangat penasaran akan keberadaan sosok janda kembang yang kabarnya secantik bidadari itu, dia pun meluangkan waktu datang pada suatu siang, tepat tiga hari saja semenjak Bunga mulai bekerja.

"Wah, tumben Pak Ruli mampir ke sini?" sapa Pak Sastro yang kebetulan melihat kedatangan manajer itu ke warungnya. 

Ingatan Pak Sastro masih cukup baik, sekalipun sudah hampir dua tahun pelanggan lamanya itu tak pernah menampakkan hidung lagi di warungnya, dia bisa langsung tahu jika itu memang Ruli, karena Ruli memiliki bentuk fisik proporsional yang cukup menarik perhatian dan mencolok. 

"Iya, nih, Pak. Kangen saya sama masakan Bapak. Soto satu porsi ya!" jawab Ruli beralasan sembari menyeret kursi kosong untuk diduduki.

Sementara Pak Sastro mengiyakan dan mengurus pesanan, sepasang netra Ruli mulai sibuk menginvasi setiap sudut. Mencari-cari di mana keberadaan karyawan baru yang kabarnya cantik itu. 

Mujur, Bunga saat itu bertugas mengantarkan pesanan makan siang Ruli ke mejanya. 

Dan memang tak salah apa yang dikatakan oleh para bawahannya itu, bahwa Bunga memang secantik namanya. Memiliki kulit putih, hidung mancung, bibir penuh serta bertubuh molek dan sintal ala gitar spanyol dan rambutnya yang lurus dikuncir tinggi.  

Tak pelak, Ruli si pria dengan tipe hidung belang dan mata keranjang itu seketika dibuat terpikat pada pandangan pertama.

"Silakan dinikmati sotonya, Bang." Bunga mempersilakan dengan suara merdu nun mendayu. 

Tak lupa ia pun memamerkan senyuman malu-malu ala gadis polos demi bisa memikat hati Ruli yang ia dengar dari Pak Sastro, jika dirinya seorang manajer dengan upah yang besar dan juga mapan. 

Datang bekerja dengan misi mendapatkan mangsa untuk menggantikan Gilang, Ruli tentu bisa dijadikan pilihan yang bagus karena dia juga memiliki penampilan yang lebih unggul dibandingkan Gilang. 

"Kau pegawai baru ya? Tampaknya aku belum pernah lihat kau sebelumnya di sekitar sini?"

"Iya, Bang. Baru tiga hari kerja."

"Sudah married?"

Bunga menggeleng dengan wajah terluka. "Saya janda yang harus jadi tulang punggung untuk menghidupi diri sendiri dan ibu saya yang juga janda."

"Wah, janda? Kok bisa wanita secantik kau ini dijandakan? Apa mantan suamimu nggak waras?"

"Biasalah, Bang. Laki-laki semua saja saja. Mudah digoda. Jadi dia digondol garong betina. Permisi...."

"Eh, tunggu! Kita belum kenalan." Ruli menahan langkah Bunga yang hendak berlalu meninggalkannya. 

"Panggil saja Bunga, Bang. Permisi, saya harus lanjut kerja biar nggak dipecat." Bunga langsung berlalu setelahnya. 

Sementara Ruli terpaksa mengangguk sambil senyum menahan kecewa. 

Pria itu melanjutkan makan dengan hati yang mendadak jadi resah.

Secara tiba-tiba saja, ia tak bisa berhenti memikirkan Bunga sampai lupa kalau di rumah dirinya sudah memiliki istri dan juga dua orang anak gadia yang masih SD dan SMP. 

"Duh, harus kumiliki itu Bunga sebelum keduluan sama grandong lainnya."


TERSESAT DALAM PALUNG DENDAM Where stories live. Discover now