Rencana Jahat

19 1 0
                                    

Setelah palu hakim resmi diketuk dan perceraian antara Gilang dan Bunga dinyatakan sah, maka atas saran dari sang ibu, Bunga pun menggugurkan janin dalam perutnya.

Alasan Narsih kala itu cukup sederhana, "Daripada menanggung malu ketahuan hamil, tapi bapaknya udah nggak ada. Nanti tetangga yang nggak suka sama keluarga kita malah bergosip macam-macam. Menuduhmu diceraikan karena kau hamil anak hasil selingkuh. Makin malu lah kita. Gugurkan saja mumpung usia kandunganmu masih muda!" 

Bunga yang masih memendam amarah kepada Gilang akhirnya sependapat. 

Usai meminum ramuan yang dibuatkan oleh Narsih yang didapat dari teman dukunnya, calon jabang bayi itu pun gugur sebelum sempat melihat dunia. 

Tanpa diketahui oleh siapa pun selain mereka berdua. 

Bakal manusia yang masih merah dan berukuran sebesar bayi kelinci itu lantas dikuburkan di belakang rumah mereka, tanpa proses pemulasaraan layak.

Hanya ditimbun tanah serupa bangkai binatang yang dikubur tanpa kafan ketika mati. Kemudian dilupakan.

*

"Kau harus bisa balas perlakuan Gilang, Bunga!" 

Pulang dari pasar, Narsih membanting murka belanjaannya di meja dapur.

"Belum juga genap dua bulan kalian bercerai, masa Ibu dengar, dia sudah menyebar kabar akan menikahi si Nindi. Janda g4tel pemilik warung kopi itu!"

"Jadi mereka beneran akan menikah, Bu?" Bunga meletakkan pisau yang sedang digunakannya untuk mengupas kentang dan fokus menatap sang ibu. "Ibu dengar kabar itu dari mana?"

"Kok nanya denger dari mana, ya jelas dari pasar lah!" Narsih berjalan mengambil gelas di rak penyimpanan dan mengisinya dengan air dari kendi lalu menegaknya sampai habis. 

Emosinya belum stabil. 

Hari ke pasar yang harusnya menyenangkan karena biasanya dia bisa mendengar gosip tentang kesusahan orang lain, kini malah berubah jadi kejengkelan karena berita yang didengar hari ini justru terkait kabar soal rencana pernikahan mantan menantunya yang durjana. Dengan janda yang menjadi alasan anaknya diceraikan pula.  

Gilang, laki-laki b3rengsek yang sudah membuat anaknya sempat jadi bahan gunjingan selama beberapa waktu belakangan karena diceraikan di depan umum dengan amat memalukan.

Bisa-bisanya kini menaburkan abu ke muka Narsih dengan berita soal rencana pernikahannya. 

Wanita awal kepala lima itu sudah tentu tak terima. 

Setelah emosinya perlahan surut, Narsih kembali menyambung bicara, "Semua orang sudah tahu soal berita itu. Orang Nindi sendiri yang tanpa tahu malu menyebar undangan ke beberapa pedagang langganannya supaya mereka datang ke nikahan mereka. Dan Gilang membenarkan itu sambil tersenyum jemawa tanpa rasa bersalah sama sekali sudah mengkhianati pernikahan kalian."

"Jadi bener rupanya. Mereka memang ada main di belakang Bunga selama ini." Bunga sontak ikutan jadi geram. "Bunga nggak pernah asal tuduh. Bang Gilang memang sudah mengkhianati Bunga. Tega sekali dia setelah Bunga habis-habisan menemani dia jatuh bangun selama sepuluh tahun."

"Karena itulah, sekarang kau nggak boleh diam dan mengalah lagi." Narsih mengompori. "Kau harus balas mereka berdua."

Sebagai ibu, Narsih bukannya bersikap bijaksana. Selama ini, Narsih justru selalu sengaja menghasut anaknya itu agar terus melakukan tindakan melampaui batas. 

Dari mulai ide agar Bunga melabrak Gilang di warung untuk mempermalukannya tapi malah berujung Bunga yang diceraikan. Lantas ide menggugurkan bakal cucunya sendiri dan sekarang ketika mantan menantunya itu hendak menikah lagi, Narsih lagi-lagi bertindak serupa iblis yang mendorong putrinya sendiri untuk semakin jauh dalam berbuat hal-hal buruk. 

"Ibu akan pasangkan susuk pemikat untuk kau. Ibu akan bantu peletkan laki-laki yang jauh lebih mapan daripada mantan suamimu itu. Agar Gilang sadar bahwa tidak seharusnya dia meninggalkanmu."

"Susuk dan pelet, Bu?" Bunga membeo. "Emang Ibu bisa?"

"Ibu memang baru bisa sedikit-sedikit soal ilmu pemikat ini. Tapi kan Ibu punya teman yang jadi dukun lintrik tokcer. Gampanglah soal itu. Kau nggak perlu khawatirkan apa pun."

"Memang caranya bagaimana, Bu?"

"Pertama-tama, coba kau cari kerja dulu." Narsih menyarankan. "Nanti Ibu peletkan bosmu atau atau siapa pun lah di tempat kerjamu. Yang penting dia lebih unggul dibandingkan Gilang yang nggak tahu diri itu!"

Tanpa mendebat, Bunga menurut saja apa kata ibunya. 

Memang, Bunga tumbuh dengan menjadikan Narsih sebagai satu-satunya kompas untuk dianut apa pun pendapatnya. Tak peduli apakah itu benar atau salah. 

Dahulu, Bunga mau dinikahi Gilang juga atas dukungan Narsih. Lantaran Gilang seorang pegawai bank yang dikira akan membuat nasib anaknya mujur setelah mereka menikah di usia Bunga yang masih cukup muda. 

Tidak tahunya, Gilang malah ketahuan korupsi sehingga dipecat. Bahkan kesulitan mendapatkan pekerjaan setelahnya, sehingga harus menyogok salah seorang petinggi di sebuah perusahaan minyak dan gas demi bisa memperoleh pekerjaan tetap dengan gaji besar, di mana ia kemudian diterima sebagai sopir truk yang mengangkut minyak ke agen-agen besar hingga ke luar kota. 

Narsih yang merasa ikut andil membantu Gilang agar bisa mendapatkan pekerjaan itu dengan jalur mistis dan tak segan menggelontorkan tabungan pribadinya, merasa dirugikan sekali. Karena sekarang seharusnya dia bisa ikut menikmati gaji Gilang setelah utang-utangnya lunas. 

Tidak tahunya, malah begini ujungnya. Dibuang setelah habis-habisan berkorban.

"Kau akan menyesali semua ini, Gilang. Lihat saja nanti." Geram Narsih sembari mengepal tangan. 



 

TERSESAT DALAM PALUNG DENDAM Where stories live. Discover now