12

155 31 4
                                    

"Enjoy playing a role here, huh?"

Malka membuka suara tepat setelah dirinya menarik kursi di balik meja besar ruangan yang kami masuki ini. Aku juga baru saja merapatkan pintu untuk tertutup, masih dengan menatap takjub ke arah Malka yang menatapku dengan tatapan tegas dan tak bersahabat sama sekali.

"Gimana lo bisa ada di sini, sih?" Kakiku melangkah perlahan mendekati mejanya sembari bertanya dengan nada yang akrab.

"Because, saya kerja di sini," balasnya cepat. Baru aku hendak mengeluarkan pertanyaan lain agar dirinya memperinci jawaban yang aku inginkan, Malka kembali melemparkan kalimatnya. "That's the answer. That's it."

Seolah tak ingin aku bertanya lebih mendetail, dirinya membuat penegasan di akhir kalimatnya barusan.

Ouch, Is this really Malkara that I knew?

"So, saya Malkara Tanata Gautomo, as Business Controller and Fraud Solution General Manager in Wangsacom."

Aku melongo mendengarnya sedang memperkenalkan diri selayaknya baru bertemu dengan pegawai baru sebagai rekan kerja.

"Should we be that formal?" tanyaku dengan takjub. Suara yang keluar aku buat lembut dan tak begitu besar.

Malka tak mengindahkan sama sekali ucapanku tadi.

"Saya dapat kabar semalam kalau Corporate Finance GM pengganti akan datang pagi ini dari CFO kita, Pak Yohanes. I feel reassured because I no longer need to monitor this position seriously because the previous one had to take on new duties at the central company, ARG, as you really know well."

Sepanjang kalimat panjangnya itu, semakin lama tatapan Malka semakin mengintimidasiku, serta nada suaranya terdengar sedikit kesal di akhir kalimatnya.

"But instead, I found that new person was having fun doing something else. Harusnya juga bukan saya yang welcoming kamu kayak gini. Kamu bisa langsung ketemu Pak Yohanes atau CEO kita, Pak Sulaiman. Toh, they are delighted to have you at Wangsacom, as far as I know, yesterday."

"Gue—" Aku tersentak untuk menghentikan kalimat yang ingin aku ucapkan ketika mendapati tatapan Malka bak tahu kalau aku salah dalam pemilihan kata. "Ehem, I mean, saya ... nggak bermaksud buat main-main tadi. I just want to help Seia, dia kesulitan tadi kayaknya. Is that really wrong buat saling bantu di sini?"

Malka terdiam setelah mendengarku, dia menarik napas panjang dan bersedekap sembari menyandarkan punggungnya di sandaran kursi.

"Take a sit," titahnya dengan gedikan dagu ke arah kursi di depanku, tepat di hadapan meja besar miliknya.

Aku segera menarik kursi beroda itu untuk aku duduki dan kembali menatap Malka untuk meneruskan perbincangan yang nampaknya akan serius. Matanya seolah ingin menelanku bulat-bulat, belum lagi setiap ucapan yang keluar dari mulutnya itu ... duh, aku tak percaya aku bahkan mengenal Malkara yang lebih baik dari ini. Masa, sih, hari pertamaku sudah tak sebaik itu karena dia?

"No, nggak salah buat saling bantu apapun di sini. Kamu mau bantu OB atau petugas keamanan gedung pun, itu jadi urusan kamu. Tapi satu yang harus kamu tahu, kalau kita semua sudah punya masing-masing tugas yang harus diselesaikan. Tugasnya nggak sedikit, dikejar waktu, ada pencapaian yang harus kita dapat, dan semua itu sudah dibagi-bagi per porsi. Kamu belum di briefing Papi Mami kamu sebelum datang ke sini pagi ini memang? Gimana Wangsacom, apa-apa saja yang lagi running di sini, apa-apa saja yang lagi work in progress, belum tahu?"

Nada pertanyaannya terdengar mencemooh sekali. Aku sampai mengernyitkan dahi seketika, merasa kesal. Tadi pagi bahkan aku ingat Iman megatakan hal yang hampir serupa. Ah! Iman pasti soal Malka yang berada di sini.

FairwayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang