9

236 38 7
                                    


Jakarta, berkacalah engkau sejenak

Adakah cinta di jalan sepi yang tersisa

Jakarta gemerlap rindu yang menggebu

Tersimpan semua cerita kita di Jakarta

Suara Glenn Fredly mengalun melalui speaker multimedia mobil yang aku kendarai. Aku bersenandung meskipun tak hafal sepenggal lirik pun, hanya saja suara penyanyi laki-laki itu selalu bisa membawaku seolah tahu lagu tersebut. Padahal rasanya ini pertama kalinya aku mendengar lagu Glenn yang satu ini.

Aku memilih stasiun radio yang memutar lagu-lagu Indonesia. Sejak memulai perjalanan dari jam 7 pagi tadi dari rumah, sampai aku tiba di jalanan Sudirman 20 menit setelahnya, sudah banyak sekali lagu-lagu Indonesia yang rindu aku dengarkan. Seperti aku tahu lagu-lagu itu, terngiang di dalam kepala. Hanya saja aku lupa beberapa liriknya, jadilah aku hanya bisa bersenandung.

Mengarungi jalanan pusat ibu kota yang sibuk, ditambah lagu yang rasanya mendukung sekali. Sesekali aku tersenyum mengingat banyaknya yang aku tinggalkan di kota riuh ramai ini. Wajah-wajah Jakarta banyak perubahannya. Kurasa pembangunan besar-besaran memang sedang dilakukan secara jor-joran. Kini Jakarta sudah memiliki Mass Rapid Transit yang aku lihat di sekitar Bundaran HI tadi. Aku tak ingin membanding-bandingkan kota ini dengan kota lain di negara lain yang pernah aku tinggali, di mana mereka punya moda transportasi yang baik di sana. Tapi bertambahnya moda transportasi publik adalah sebuah kemajuan yang baik untuk sebuah kota, apalagi penyediaan sarana tersebut dijadikan sebuah solusi. Solusi mengurangi kemacetan lalu lintas misalnya, atau mengurangi angka tingat polusi udara yang membuat warna langit Jakarta tidak begitu menarik. 

Tapi aku sedang tidak ingin banyak mengomentari perihal itu. Saat ini suasana hatiku sedang baik. Hari ini adalah hari pertama aku mengunjungi kantor baruku di Jakarta. Tepatnya di Thamrin. Hanya saja kini aku harus berjalan berlawanan arah dengan tujuanku karena suatu hal yang tak kalah membuatku bersemangat hari ini.

Roda-roda mobilku berputar memasuki kawasan salah satu gedung tertinggi yang dimiliki Jakarta. Memilih untuk parkir di area parkir tanpa harus ke basement, aku segera meluncur ke luar setelah menempatkan mobil putihku itu pada salah satu line parkir di belakang lexus hitam. Gedung perkantoran ini memiliki kedai kopi terkenal yang bagiku cukup menyenangkan untuk bisa didatangi di pagi hari. Dan tujuanku adalah kedai kopi itu sekarang.

Baru aku membuka pintu kacanya dengan senyum semringah, kakiku langsung mendekati meja pengambilan pesanan dan tanganku segera meraih satu gelas Chai Tea Latte yang baru saja diletakkan oleh seorang barista di depan seorang lelaki. Lelaki berkacamata dengan setelan super rapi, kemeja biru muda berpadukan celana abu-abu gelap membuat wajah seriusnya itu terlihat semakin menawan.

"Good morning, Beb!" Aku membuat cengiran gemas sebelum meminum minuman yang aku ambil tadi darinya. "Thanks, for this!" Aku mengangkat gelas minumanku masih sambil menyengir.

Lelaki di depanku hanya menatap dengan datar. Tak ada raut kesal ataupun marah. Tak lama seorang barista wanita kembali meletakkan satu gelas minuman yang warnanya perpaduan hijau gelap dan cokelat.

"Thanks!" ucap lelaki berkacamata itu ke arah barista wanita yang tersenyum dengan tersipu.

Aku berdecis sembari mengikuti pergerakan tubuh lelaki itu yang hendak meninggalkan posisinya.

"Banyak berubah, ya, Man?" tanyaku dengan jahil. Tanganku yang bebas merangkul lengan lelaki itu dengan mesra sebelum menoleh kembali ke arah barista di belakang yang tertangkap basah olehku memiliki raut kecewa.

FairwayWhere stories live. Discover now