2. Ingin Dipeluk Juga

23 7 3
                                    

"Sipemeluk juga butuh dipeluk"

Happy reading

***

"Kamu mau beneran pulang?" tanya Neysa dengan mata sendu. 

Ia duduk di brankar rumah sakit sambil menatap Nerham yang juga menatap nya. "Udah sore, soalnya aku mau bantuin selametan rumah Om Ridwan sama Pjk, 'kan ngga enak kalo aku ngga bantuin."

"Tapi setelah itu, kamu harus main sama aku, ya?" 

Nerham tersenyum lalu mengangguk, ia mengusap kepala Neysa. "Kamu nya sembuh dulu aja, Ney. Mau main keliling dunia sama kamu pun, aku jabanin."

Neysa tertawa, Nerham pun ikut tertawa sambil mencubit gemas hidung mancung Neysa.

Dilain sisi, enam makhluk yang tercipta memiliki kesabaran setipis tissue terkena air pun sedang menggerutuki Nerham. Mereka sudah kumpul kembali di rumah Ayah Ridwan, dikarenakan pada ba'da Isya akan diadakan pengajian untuk mendoakan rumah baru Ayah Ridwan dan Bunda Zahra. "Et lama banget sih bocah," kata Kemal.

"Iya anjir, ama pacar bukan atuh, fakuy," kata Jefni.

"HTS rasa pacar," kata Ari.

"Ngobrol ajalah, sama," ucapan Rayen terjeda. "Navy," panggil Rayen sambil menepuk pundak Jefni.

"Langsung horor gitu ya vibes nya," kata Afif.

"Selamat malam semua," sapa Navy yang sudah berada di dalam tubuh Jefni.

"Pagi," balas Pjk

"Dasar manusia bodoh."

"Emang lu pinter jadi setan? Udah tau sore, lu bilang malam," ujar Kemal.

"Terserah saya."

"Navy, kamu tau tentang masa depan ga?" tanya Ilal.

"Saya mana tahu bodoh."

"Kasar amat sih setan," kata Afif.

Jefni membuka mata nya, ia melepas Navy begitu saja. "Udah ah, anjir. Lagi badmood anak nya."

"Tf lima ratus juta coba," kata Ari. Rayen melempar bantal sofa kearah Ari. "Sial," umpatnya.

"Galau bocah nya, abis liat ayang jalan sama setan lain," kata Kemal.

"Kocak banget asu," kata Ilal sambil tertawa.

"Abang, Nerham belum dateng juga bukan?" tanya Bunda Zahra yang baru saja datang dari lantai dua.

"Iya Bun, sebel banget," jawab Kemal.

"Yaudah sok atuh, geura rapihin, gelar tiker nya, sama beresin air mineral nya," titah Bunda Zahra.

"Bubur sumsum dikunyah-kunyah, assalamualaikum semuanyahh," salam trio TAI dan juga Syaqila. Mereka sudah siap mengenakan pakaian baju muslim muslimah.

"Waalaikumus'salam."

Trio TAI dan Syaqila berjalan menghampiri Bunda Zahra. Mereka mencium punggung tangan Bunda Zahra dengan takjim. "Udah mau di beresin Bun?" tanya Syaqila.

"Bun ngapain ngundang Syaqila?" tanya Kemal.

Syaqila menatap Kemal dengan tatapan tajam. "Kenapa sih emang nya? Riweh amat maneh, da urang ge didieu ngabantuan, lain hicing wae, shibal amat."

Artinya: ribet amat lu, gua juga disini ngebantuin, bukan diam aja.

"Ganggu mata gua," kata Kemal.

"Bun atuhlah, anak nya Bun," adu Syaqila.

Sebuah PeranWhere stories live. Discover now