Chapter 72 - Dunia Nyata

118 32 11
                                    


Setelah Bai Liu selesai berbicara, dia menundukkan kepala untuk melanjutkan mengikat dasinya. Sementara itu, Mu Sicheng terkejut.

Selama percakapan keduanya, Mu Ke menangis sambil berbaring di tempat tidur. Dia terbangun dengan tangan berkeringat dan kaki bergerak gelisah. Dia duduk dan gemetar hebat. Dia tanpa sadar memeluk kemeja putih Bai Liu di pelukannya. Dia tersentak dengan mata kosong sambil masih menitikkan air mata, seolah-olah dia belum bangun dari mimpi buruk.

Bai Liu berbisik padanya, “Mu Ke, kamu masih hidup. Tenanglah."

Fokus perlahan kembali ke mata kosong Mu Ke. Dia menatap Bai Liu di depannya, air mata mengalir sedikit demi sedikit di mata merahnya. Kemeja putih yang dipegang erat di tangannya pun dilepaskan olehnya. Bai Liu memperhatikan bahwa orang ini ingin menerkamnya dan mundur sedikit, menepuk bahu Mu Ke dengan nyaman. “Sekarang kamu sudah kembali ke dunia nyata.”

“Bai Liu, wooooo, Bai Liu.” Mu Ke melolong seperti pipa air yang terkoyak karena rasa takut yang berlebihan. Hanya melihat Bai Liu yang bisa membuatnya lebih tenang. Tangannya dengan kuat menggenggam sudut pakaian Bai Liu sambil menatap Bai Liu, air mata terus mengalir deras.

Suara Mu Ke serak. “Aku pikir aku akan mati di sekolah itu! Mereka ingin mencekikku!”

Bai Liu menunduk dan berbicara dengan lembut, “Namun, kamu tidak mati jadi kamu melakukan pekerjaan dengan baik. Kamu selamat. Ini sudah berakhir, Mu Ke.”

Mu Ke menangis tanpa henti, dadanya bergerak naik turun dengan keras. Di tengah tangisannya, dia cegukan. Lalu dia mengangkat bulu matanya yang basah untuk melihat ke arah Bai Liu, bertanya dengan sangat ringan dan hati-hati. “Aku menyelesaikan instansi sesuai dengan apa yang kamu katakan. Aku memenuhi syarat, bukan? Kamu akan mencoba membantuku bertahan dalam game sebanyak mungkin, bukan?

“Aku akan melakukan yang terbaik untuk melatihmu sehingga kamu bisa tumbuh lebih kuat dan bertahan hidup sendiri,” jawab Bai Liu dengan sigap. Kemudian nada suaranya berubah dan menjadi lebih kejam. “Namun, jika kamu hanya ingin mengandalkanku maka kamu akan menjadi lebih tidak berharga. Aku berjanji bahwa aku akan segera melepaskan investasiku padamu. Apa kamu mengerti, Mu Ke? Aku tidak suka membuang-buang energi untuk hal-hal yang tidak membuahkan hasil.”

Mu Ke yang menangis mengangguk dengan panik. Dia tercekat, matanya yang indah berkaca-kaca seperti anak tidak berguna yang akhirnya diakui. "Aku akan melakukannya! Aku berjanji akan melakukannya, Bai Liu!”

“Aku ingin mengatur agar kamu mengikutiku di instansi berikutnya.” Bai Liu menyerahkan selembar tisu toilet pada Mu Ke yang masih menangis. Dia memicingkan mata ke arah Mu Ke. “Jika kamu bersedia mengikutiku maka kita akan menyelesaikan 50 instansi dalam 60 hari. Aku ingin membawamu ke liga tapi pada saat yang sama, aku ingin kamu tumbuh dengan cepat.”

Mu Ke mengambil tisu toilet yang diserahkan Bai Liu dan mengangkat kepalanya dengan takjub. Bai Liu menatapnya tanpa fluktuasi apapun. "Apa kamu bisa? Jika kamu tidak bisa, aku akan mengatur rute lain untuk melatihmu. Kamu tidak perlu mengikutiku.”

Sebelum kata-kata Bai Liu selesai, Mu Ke menggigit bibir bawahnya. Cengkeramannya semakin erat pada tisu toilet yang diserahkan Bai Liu padanya dan bahunya gemetar saat dia bicara. “Kamu membutuhkanku untuk melakukan ini? Lalu aku bisa melakukannya.”

“Mu Ke, apa kamu benar-benar sudah memikirkannya?” Bai Liu bertanya dengan nada datar. “Mu Ke, aku sudah terbiasa dengan orang yang melihat langsung ke arahku saat berdiskusi. Angkat kepalamu.”

Mu Ke perlahan mengangkat kepalanya dengan sedikit gemetar. Bai Liu dengan jelas melihat ekspresi yang ingin disembunyikan Mu Ke.

Pemuda penderita penyakit jantung berlutut di tempat tidur Bai Liu dengan mata merah. Tangannya terkepal di lutut dan tubuhnya gemetar tak terkendali saat dia menatap Bai Liu dengan sikap menyedihkan. Mu Ke jelas takut dengan perkataan Bai Liu mengenai 50 instansi dalam 60 hari. Ketakutannya yang tidak terkendali membuat matanya berkaca-kaca dan dia nyaris tidak bisa menahan tangisnya.

(BL) Aku Jadi Dewa Dalam Game Horor (Bagian 1)Where stories live. Discover now