20. Trying to Break

1.3K 171 26
                                    

CHAPTER 20

"Kamu beneran udah yakin mau nikah sama  Ferrish?"

Kanatya sedang bersama Sabrina, adik tirinya. Dia diundang makan siang bersama oleh Mama Sonya di rumah. Karena ajakan ini agak ganjil, Kanatya datang dengan perasaan penuh antisipasi.

Sesampainya di rumah orangtuanya tersebut, Mama Sonya ternyata sedang sibuk mengurus beberapa pekerjaan mendadak, jadi sementara, hanya ada Sabrina dan Kanatya di meja makan, menikmati teh.

"Yakin."

"Ini bukan cuma impulsif aja kan, Mbak? Gara-gara Mbak denger papa sakit?"

"Enggak, sih, Sab." Ya, agak berbohong sih. Ini tindakan impulsif, tapi sampai saat ini Kanatya belum menyesalinya.

"Ferrish baik? Papa bilang kemarin, Ferrish menantu idamannya. Apa bener bakal sesuai ekspektasi papa?"

Kanatya menyesap tehnya lalu tersenyum. "Sejauh ini, dia nggak mengecewakan sih, Sab."

"Persiapan nikahnya gimana, Mbak?"

"Aman kok, mama Ferrish banyak bantu. Lusa mungkin kebaya kamu dan mama yang udah di-fitting kemarin jadi. Nanti dicobain ya dan kasih tau aja kalau masih belum pas."

"Siap. Kalau butuh apa-apa kasih tau, ya, Mbak."

Kanatya mengangguk.

Satu hal yang dia syukuri, hubungannya dengan Sabrina baik-baik saja. Walaupun mereka tidak begitu dekat seperti selalu bersama dan berbagi cerita, tapi untuk beberapa hal, mereka saling percaya dan saling bisa diandalkan.

Kedatangan Mama Sonya menghentikan percakapan mereka. Mama Sonya bergabung di meja makan dan mempersilakan untuk menyantap hidangan di atas meja.

Berbeda dengan hubungan Kanatya dan Sabrina, hubungan Kanatya dan Mama Sonya sedikit lebih dingin. Mereka biasa bicara seperlunya. Kanatya juga biasanya hanya berbasa-basi sekadarnya. Seperti saat ini.

"Sadena bisa pulang bulan depan pas acara aku nanti, Ma?" tanya Kanatya memecah keheningan di tengah kegiatan menyantap makanan.

"Nggak bisa," jawab Mama Sonya. "Dia ada ujian. Salah sendiri kenapa kamu nentuin tanggal sesuai keinginan kamu."

"Bukan begitu, Ma. Aku ngerasa lebih cepat lebih baik aja. Ferrish juga nggak mau nunda."

"Kamu nggak hamil, kan?"

Kanatya memelotot, Sabrina sampai terbatuk. "Enggak lah, Ma."

"Kamu harus buat perjanjian pra-nikah dengan Ferrish."

"Hm?" Kanatya agak terkejut.

"Pernikahan bukan cuma antara kamu dan dia. Tapi antara dua keluarga. Dan keluarga Ferrish juga bukan orang sembarangan. Pastiin kita nggak merugi secara materi kalau suatu hari nanti kalian pisah."

Kali ini Kanatya betul-betul terkejut. "Maksudnya aku harus buat perjanjian yang bahas harta? Aku nggak punya harta sih, Ma, meskipun pisah, seharusnya Ferrish nggak bisa menuntut apa-apa."

"Tapi kamu bisa menuntut apa-apa dari dia. Pastiin kamu nggak ditelantarinnya begitu aja jika kalian pisah."

Itu terdengar kejam. Kanatya jadi tidak nafsu makan.

"Udah, Ma, biarin itu jadi urusan mereka. Kita doain aja mereka baik-baik aja. Aku yakin Mbak Kanatya juga menikah bukan buat berpisah." Sabrina mencoba bijaksana.

"Ya, mama cuma mengingatkan. Mama agak skeptis dengan laki-laki yang mengaku akan bertanggung jawab penuh pada hidup kamu, padahal kalian baru kenal."

"Aku udah kenal lama sama dia."

Spicy RomanceWhere stories live. Discover now