05. Him

2.3K 188 16
                                    

CHAPTER 5

Saya Ferrish. Mari bertemu.

Pagi buta, sekitar jam lima subuh, Kanatya menerima pesan itu di ponselnya. Singkat, padat, namun sukses membuatnya ketar-ketir tidak karuan.

Ferrish mengirimkan sebuah alamat restoran di tengah ibukota. Lengkap dengan permintaan untuk datang pukul sebelas siang.

Mata Kanatya mendadak jadi melek sempurna. Pertemuannya dengan Ferrish entah kenapa menjadi sesuatu yang menakutkan tapi juga membuat penasaran secara bersamaan.

Apakah yang terjadi semalam sungguh menimbulkan masalah? Apa Papa Ferrish jadi berpikiran yang macam-macam? Dan bagaimana cara Ferrish menjelaskan ke orang tuanya tersebut?

Kanatya cemas. Bagaimana jika Ferrish mengamukinya karena sudah merusak imagenya? Tapi kan, apa yang ditanyakan Kanatya memang berasal dari hatinya. Itu bukan fitnah. Mereka memang terbangun di kamar hotel yang sama dengan keadaan Kanatya yang hampir naked.

Dan juga... Kanatya hampir lupa. Taruhannya dengan Olivia. Saat pulang kemarin, Kanatya langsung mengacak rambutnya frustasi. Bisa-bisanya dia bertindak impulsif dengan mengiyakan permainan konyol Olivia. Kalau dipikir-pikir Olivia benar, David-nya itu mana mungkin tertarik padanya. Hm, ralat. Tertarik mungkin saja bisa terjadi jika Kanatya berusaha menggodanya, tapi untuk membuat sesosok Ferrish David Atmajaya jatuh cinta dengannya dan bersedia menikahinya dalam kurun waktu kurang dari enam bulan ini, Kanatya sungguh skeptis.

Ferrish David Atmajaya bukan orang sembarangan. Olivia Maharani yang sudah mengenal lama cowok itu saja tidak mampu mendapatkannya, apalagi Kanatya yang baru berurusan secara langsung baru-baru ini.

PR terbesar Kanatya adalah menyelamatkan harga dirinya di depan Olivia, entah dengan betul-betul mengajak Ferrish menikah atau mencari jodoh lain yang bisa membungkam mulut Olivia.

Baik, daripada kepikiran, Kanatya harus memenuhi ajakan pertemuan ini. Kalau dipikir-pikir memang banyak yang harus dibicarakannya dengan cowok itu.

Pukul setengah sebelas, Kanatya berangkat dari rumah. Jalanan cukup macet, jam sebelas lewat lima menit, dia baru sampai ke lokasi dan rupanya Ferrish sudah datang dan menungguinya.

Kanatya tampak casual dengan mini shirt dress berwarna hitam polos dengan belt di pinggangnya, sedangkan Ferrish duduk dengan jas yang masih membungkus di badan tegapnya. Cowok itu terlihat formal dan rapi.

Menyadari kehadiran Kanatya, Ferrish menoleh. Tak ada senyum menyapa, cowok itu cuma menatapnya dari atas sampai bawah dengan tidak sopan, lalu menyuruhnya duduk.

Duduk di depan Ferrish di  siang bolong ini membuat netra Kanatya jadi bisa menangkap dengan jelas orang seperti apa Ferrish. Dia tampan. Rahangnya sungguh sempurna. Matanya juga indah tapi menakutkan. Dia punya tatapan elang yang tidak ramah tapi mampu menghipnotis perempuan.

Ferrish tampak familiar karena seingat Kanatya, dulu dia sering melihat foto Ferrish yang ditunjukan oleh Olivia kepadanya. Untuk pertemuan secara langsung, mungkin mereka hanya bertemu satu kali. Atau mungkin dua kali. Dan itu pun mungkin cuma berpapasan alias mereka tidak pernah mengobrol. Oleh sebab itu, Ferrish yang bernama lain David ini dulunya tidak begitu berkesan bagi Kanatya.

"Mau pesan apa?" tanya Ferrish, suaranya dalam dan terdengar berat. Khas laki-laki sekali.

"Hm," Kanatya menimang sebentar setelah menerima buku menu di atas meja. "Grilled salmon."

"Minumnya? Kamu nggak berencana mabuk di siang bolong begini, kan?"

Kanatya mendelik mendengar nada sarkas itu. "Sepertinya image saya pemabuk ya di mata Bapak."

Spicy RomanceWhere stories live. Discover now