Chapter 09| Tidak Terikat Janji

38 11 16
                                    

HAPPY READING 📖 and ONLY FUN MY BAE🤍

SORRY FOR TYPO

Jangan lupa jejaknya, ya, sayang!

•••


9 pemuda duduk berjejer di sofa panjang yang berada di dalam ruang bimbingan konseling SMK swasta Orlan.

Mereka tidak menunduk, tidak sedikitpun menunjukkan rasa bersalah lewat gerak-gerik atau ekspresi wajah mereka. Ini malah membuat Dewi selaku guru bimbingan konseling merasa geram atas apa yang diperbuat oleh murid-murid itu.

"Siapa yang memancing keributan?" Tanya Dewi pelan.

Mereka semua diam, hanya menatap tajam lurus ke arah Dewi. Sangat tidak sopan sekali mereka. Sudah tidak mau bicara, tidak merasa bersalah, dan berani menatap guru seperti itu.

"Kalian tuli atau bisu? Jawab!" Sentak guru wanita itu. Suara nyaring dari pulpen di lempar ke meja yang berada di hadapan Arvin dan kawan-kawan, langsung membuat mereka bersembilan terkesiap kaget.

"Saya!" Jawab mereka. Berbarengan dan serempak menunjuk ke dada masing-masing, menyerahkan diri sebagai biang keroknya.

Bingung bukan kepalang, Dewi langsung menatap mereka satu-persatu secara bergantian. "Kalian masih saling melindungi, ya?" Dia terkekeh kecil.

"Kesalahan tetap kesalahan. Akui saja," ujar Dewi penuh penekanan pada kalimatnya.

Suasana sangat tegang, sembilan remaja berseragam putih abu itu hanya bisa diam. Mereka tidak ingin saling menunjuk.

Pada akhirnya Dery berdiri. "Bu izinkan saya menjelaskan," ucapnya, tanpa ragu dia selalu menjadi penengah di 9'Lintang, Dery siap menjadi garda terdepan jika ada masalah diantara mereka.

Arvin menengadah, melirik ke arah temannya. Dia tidak mau Dery terbebani lagi. Ini semua karenanya, karenanya yang terlalu berlebihan dan karenanya yang tidak mampu menahan hawa nafsu amarah.

"Baik, silahkan jelaskan hal yang berbobot, Dery." Dewi duduk di kursinya dengan tenang. Semula otot-otot lehernya seperti akan menyembul keluar karena terlalu geram.

"Sebenarnya yang terjadi tadi hanya karena satu orang, yaitu saya." Pertama-tama Dery mengaku sambil menundukkan kepalanya. Menunjukan rasa bersalah yang teramat dalam di dadanya.

Terdengar suara tawa remeh dari Arvin. Semua mata kini tertuju padanya, menatapnya bingung. "Gue nggak nyangka ternyata ketua sembilan lintang isi omongannya sekosong ini," tuturnya dengan nada bicara yang sangat jelas terdengar meremehkan Dery

"Arvin lo nggak usah mulai lagi," bisik Niel di dekat telinga Arvin. Niel duduk tepat di sebelah Arvin.

Mengganggap bisikan itu tidak ada adalah hal yang dilakukan Arvin saat ini. Sekarang Arvin berdiri, tangannya melonggarkan dasi yang terasa mencekik lehernya.

"Arvin mau apa kamu?" Tanya Dewi yang langsung berdiri, siap siaga entah-entah Arvin menghajar Dery secara tiba-tiba karena omong kosong yang Arvin bicarakan tadi.

"Mau kasih paham ke Bu Dewi kalau semisal anda ingin memanggil seorang murid yang bermasalah hendaknya dilakukan secara diam-diam. Panggil saja lewat perantara seseorang, jangan lewat speaker seperti mengumumkan orang meninggal dunia," jawab Arvin teramat berani.

Dewi mundur mendengar kata-kata 'kasih faham Bu Dewi' dari mulut Arvin. Niatnya hendak keluar untuk mencari teman sesama guru agar menemaninya mengurus sembilan anak ini. Akan tetapi dirinya terhenti kala Elard angkat bicara. Suara beratnya mencuri perhatian Dewi.

9'Lintang; ArvinDonde viven las historias. Descúbrelo ahora