Lamunannya terhenti ketika tepukan di bahunya menyadarkannya.
"Hai kakak Ipar, sedang memikirkan apa? "

Lize menatap Karin, 'setidaknya adik ipar Lize ini tau bukan? 'Batinya. Zea benar-benar butuh informasi agar ia dapat menjalankan perannya sebagai Lize disini.

"Adik Ipar, apa dulu aku seseorang yang jahat? "

"Tidak juga, kenapa?! "
Karin duduk sebelah Lize.

"Jawaban mu sangat tidak kompeten"

"Aku tidak bisa mengatakan Ya atau pun tidak, ditambah lagi Kakak Ipar tidak ingat sedikit pun setelah bangun dari koma'

'Heii.. Bukan tidak ingat memang jiwa Lize nya saja yang sudah tidak berada didalam tubuhnya ini, '
Lize menatap Karin.

" Kenapa kakak Ipar menanyakan itu? "

"Aku rasa, aku melewatkan sesuatu"

Karin ternyum penuh arti.

"Aku rasa kakak ipar harus menanyakannya langsung pada Kak Haizen"

"Kenapa Harus dia"

"Karena awalnya dimulai saat itu"

"Awal"?? Lize menarik satu alisnya.

" Jangan memasang wajah begitu. Biar ku beri sedikit informasi tapi tidak gratis"

"Astaga.. Kau ini pelit sekali, kakak mu sekaya itu saja kau masih perhitungan begini"
Lize mengkerucurkan bibirnya. Kesal.

Karin tertawa melihat respon kakak iparnya. Ia sangat suka membuat kakak iparnya kesal.

"Mau tidak"?

" Baiklah.. Setuju"

"Sebenarnya.... Kakak ku itu dulunya benar akan menerima kehadiran kakak ipar sebagai Istrinya ketika ibu mengatakan akan mengenalkan kakak pada kakak ipar, namun pandangannya pada kakak ipar berubah saat ia melihat itu"

"Itu..?? Itu apa"

"Hem.. Aku tak bisa mengatakannya karena aku pun sangat kesal, aku berada disana dengannya"

"Katakan saja... "
Zea benar-benar penasaran sekarang dengan apa yang Karin ucapkan. Lize ini sebenarnya orang yang bagaimana terdahulunya.

"No.. No.. Cukup. Jadi bayar sekarang "
Karin menatap Lize .

"Pelit sekali, jadi apa bayaran untuk informasi tipis mu itu"?

" Beri tahu aku siapa nama lekaki yang sering bersama kakak ipar dikampus? "

Lize tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar, apa adik ipar lize ini menyukai Joe?

"Kenapa? Kau suka? "

"Katakan saja namanya siapa"

"Kau bisa memanggilnya Joe"

"Hanya itu ? Tidak ada nama keluarga??"

"Ada informasi lebih maka akan ku beritahu nama lengkapnya "

"Wah.. Apa kakak ipar balas dendam"

"Tidak, ini yang dinamakan timbal balik"

"Ahh sudahlah aku akan keluar saja"

Karin beridiri dan berjalan meninggalkan Lize.

Lize. Lize. Lize.
Nama itu Zea ucapkan dalam hatinya berulang-ulang.

"Bisakah kau memberiku ingatan samar tentang mu? Sedikit saja, aku benar-benar ingin tau"
Zea mengangkat tangannya ke atas, layaknya menggenggam langit, berharap Lize datang ke mimpinya lagi seperti hari itu.

Tanpa ia sadari sepasang mata mengamatinya dari jendela kaca rumah.
Haizen, ia sudah tiba dirumah sejak 30 menit yang lalu. Pandangannya tak sengaja menemukan Lize disana. Ia menyaksikan apa yang Lize lakukan.
"Dia benar-benar aneh sejak terbangun dari komanya, lihat .. Apa dia berfikir dapat menyentuh langit"
Haizen menggelengkan kepalanya.

.
.
.

Pagi ini Haizen berangkat bersama Lize dan Karin. Ia memiliki cukup waktu. Sebenarnya Karin dan Lize tidak menyetujui tindakan Haizen yang mendadak ingin mengantarkan mereka ke kampus. Terutama Karin. Ia merasa seperti anak TK yang diantarkan ke sekolah oleh kedua orangtuanya. Dia bahkan duduk sendiri dibelakang.

"Kalian belajar lah dengan baik, jangan menyia-nyiakan uang ku"

Karin memutas malas bola matanya. Perkataan kakaknya itu benar-benar sepertj orangtua.

"Yasudah.. Terimakasih tumpangannya"
Lize keluar begitu saja diikuti Karin.

"Dasar wanita"

Haizen mengedarkan pandangannya, ia tak menemukan teman-teman Lize , terutama lelaki yang kemarin selalu menempel itu.

"Kemana dia"

Haizen memutar mobilnya dan segera menuju kantor.

Sampai dikantor ia dibuat terjut oleh kehadiran seseorang yang sangat ia tak suka. Pandangannya begitu dingin.
'Kenapa dia ada disini'

Menyadari itu Peter dengan cepat memecahkan suasana.
"Haizen kenalkan ini Tuan Caliz Syth, salah satu inventor yang ku ceritakan padamu yang akan bergabung bersama kita"

"Halo Tuan Haizen, kita bertemu kembali"
Ia tersenyum

"Kenapa ? "

Tua Caliz hanya tersenyum.

"Apa kalian sudah saling mengenal"
Peter menimpali.

"Peter tolong keluarlah, aku akan berbicara empat mata dengannya"

"Baiklah" Peter keluar dari ruangan dengan penasaran. Apa dia melewatkan sesuatu?

Haizen menatap dingin Caliz Syth.

"Kau mau apa"

"Bagaimana kabarnya? "

"Apa yang sedang kau rencanakan"

"Ku dengar hubungan kalian tidak baik"

"Apa dia yang mengatakannya? "

"Tidak"

"Lalu"?

" Kau tidak perlu tau aku tau darimana Haizen Amerd"Caliz mentapnya remeh.

"Jangan membuatku marah"

"Haizen, jangan sampai kau kehilangan kesempatan. Ku dengar ia sempat koma, anggap saja ini kesempatan kedua mu, jadi manfaatkanlah dengan baik

" Aku tidak butuh nasehat mu"

"Ingat karma itu nyata, dan kita tidak tau kapan datangnya ,semoga kita dapat bekerja sama dengan baik kedepannya,aku permisi. "
Caliz keluar begitu saja. Meninggalkan Haizen yang tampak menahan emosinya.

.
.
.
Tbc

Transmigrasi Zea Keylardजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें