chapter 4

6 1 0
                                    

Sekarang Amber berjalan beriringan bersama Jovan, Sarah dan Ghaviel untuk menuju ke kantin.

Jarak kelas mereka ke kantin lumayan jauh, harus melewati gedung olahraga dulu. Sekolah ini terbilang sangat lengkap dari segi bangunan, selain gedung kelas-kelas, ada juga gedung seni, laboratorium, gedung olahraga dan fasilitas lainnya. Letak kantin sendiri diapit oleh gedung olahraga dan gedung seni.

"Oh iya, Moe kemana?" Tanya Amber. Awal yang baik, Amber sudah mendapatkan teman baru.

Yang pertama tadi... Jovandra Arbian, cowok yang murah senyum, ramah dan terkenal dikalangan organisasi sekolah... Ansarah Pramoedya, cewek manis dengan seribu tingkahnya yang membuat geleng-geleng kepala... Ghaviella Arunita, jika Jovan terkenal disekolah nya maka Ghaviel lebih terkenal bahkan disekolah tetangga, relasi nya lebih banyak disana... Dan yang terakhir adalah Azalea Maureen, cewek yang terlahir dengan wajah antagonis dan mulut roasting'er dia juga disebut Intel nya teman-temannya.

Kembali kepada mereka, kini Amber dan Sarah tengah berdiri memilih makanan. Sebenarnya Amber sempat ditawari untuk duduk dan menunggu makanan, tapi dia lebih memilih untuk ikut memesan.

Karena jika memilih opsi menunggu ... Ia harus menunggu sendiri dimeja kantin, Jovan dipanggil oleh ketua OSIS sedangkan Moe belum datang dari kamar mandi, pasti nya yang memesan dan membawa makanan harus dua orang.

"Lo mau apa mber?" Tanya Sarah, Amber kebingungan melihat makanan disana. Apalagi melihat kerumunan para siswa yang mengantri.

"Batagor aja deh, samain kaya Ghaviel" jawab Amber, Ghaviel mengangguk lalu menarik tangan Amber, mereka berhenti didepan pintu kantin, Amber menatap Ghaviel bingung.

"Lo tunggu disini bentar!" Ucap Ghaviel lalu dia mengetuk pintu kantin.

"Emang lo mau kemana?"

"Mau beli makanan lah, yakali berak" jawab Ghaviel, pintu kantin terbuka menampilkan wanita berumur tiga puluhan.

"Eh neng Ela" sapa nya, Ghaviel yang mendengar itu merotasikan matanya.

"Ih si bibi, Ghaviel BI bukan Ela" ucap nya dengan nada tertahan kesal, bibi itu sontak tertawa.

"Ghaviel mau beli makan"

"Hayu atuh masuk neng, ambil sendiri aja" ucap bibi itu mempersilahkan Ghaviel masuk kedalam.

"Amber, Lo tunggu sini bentar ya gue kaga bakal lama" Amber mengangguk dengan wajah cukup heran. Siswa lain diluar berdesakan untuk membeli makanan, sedangkan disini Ghaviel dengan mudahnya masuk kedalam kantin.

Pintu kantin tertutup kembali, Amber menghela nafas lalu bersandar ke tembok sambil memperhatikan ujung sepatunya.

Tiba-tiba terlintas dikepala nya tentang siswa dilapangan basket tadi, mengapa saat menatap matanya Amber tidak melihat riwayat kematian nya? Pupil hitam seperti kopi itu malah membuatnya tenang dan membawa Amber tenggelam untuk menelusuri nya.

Amber akan bertanya kepada Tante Helen nanti.

Lelah memikirkan nya, Amber mengangkat kepalanya dan menelusuri sekitar. Tiba-tiba mata nya terpaku pada sosok yang berdiri diantara meja makan kantin, tubuh Amber menegak dan tatapannya terpaku disana.

Laki-laki yang baru saja terlintas difikirannya, badannya tinggi tegap menatap ke arahnya. Mata itu, lagi-lagi Amber terpaku karena tatapannya, jantung nya berdegup namun nafasnya kian tenang. Laki-laki itu tersenyum seolah tersirat suatu pesan, Amber semakin penasaran.

Ditengah itu, Amber tersentak kaget ketika mendapat panggilan dari pintu kantin, Ghaviel.

"Nih tolong bawa ini aja, gue bawa minuman nya lebih berat minumannya soalnya" ucap Ghaviel sambil menyerahkan nampan berisi empat piring makanan.

"Gue mau ambil nampan minumnya dulu"

Amber mengambil nampan itu dari Ghaviel, saat Ghaviel kembali masuk untuk mengambil minuman... Amber kembali melihat kearah laki-laki tadi berdiri, namun nihil, dia sudah pergi yang membuat Amber kecewa.

"Udah, Ayok!" Ucap Ghaviel kembali

"Makasih ya bi"

"Iya neng sama-sama" bibi tadi kemudian menutup kembali pintu kantin.

Tak menunggu lama, Amber dan Ghaviel berjalan menuju meja yang sudah diduduki oleh Sarah.

"Emang bisa gitu, pil?" Tanya Amber

"Bisa apaan?"

"Ya itu, masuk ke dalem kantin"

Ghaviel tertawa menanggapi pertanyaan Amber.

"Udah biasa buat gue, mber"

"Yang lain juga boleh?" Tanya Amber kembali, kini mereka sudah berada di salah satu meja makan kantin.

"Engga lah, yang ada tuh isian kantin acak-acakan... Lo kaga liat tadi? Mereka kaya zombie gitu" jawab Ghaviel.

"Punya gue yang mana?" Tanya Sarah

"Sama aja"

"Kok Ghaviel boleh?" Tanya Amber, Ghaviel tersenyum sabar lalu memberikan batagor milik Amber kehadapan Amber.

"Itu guna nya relasi mber, udah jangan nanya-nanya lagi" bukan Ghaviel yang menjawab tapi Sarah.

Amber menerima batagor itu lalu mengaduk nya.

"Moe kemana?" Tanya Ghaviel

"Ga tau anjay" jawab Sarah

"Dia kalo udah cepirit lama nya minta ampun" ucap Ghaviel, Amber dan Sarah tertawa mendengar nya. Kemudian mereka menikmati makanannya.

Ditengah itu, tiba-tiba meja mereka di gebrak oleh seseorang. Tentu mereka kaget, apalagi Sarah sampai tersedak bumbu kacang. Menoleh kearah pelaku, ternyata dia adalah Moe.

"Moe anjing maksud lo apaan?" Tanya Ghaviel emosi.

"Woi anying anying kasih gua minum" ucap Sarah, Amber langsung menyodorkan minuman milik Sarah.... Mata Sarah berkaca-kaca, hidung nya memerah karena tersedak.

Moe tertawa terbahak-bahak lalu duduk disamping Amber.

"Mana siomay kesayangan gue?" Tanya nya dengan nada mendayu lalu mengambil piring berisi siomay pesanannya.

"Alah tai Lo, mau bikin gue mati?" Ucap Sarah.

"Elah, bercanda doang maaf maaf"

"Gue doain tuh siomay langsung keluar lagi" ucap Sarah sedangkan Moe hanya memasang wajah mengejek.

Mereka kembali memakan makanan nya sambil mengobrol, entah itu membahas pelajaran, meroasting orang dan lain-lain.

"Eh gua denger tadi pagi Juan sama Lian adu jotos" ucap Ghaviel.

"Iya, itu tuh cewek nya si Juan ngedeketin si Lian" timbal Moe. Ghaviel dan Sarah terlihat terkejut.

"Yang bener Lo Moe?"

"Selama ini ada yang melenceng dari info gue ga?" Ucap Moe dengan nada tenang, Amber hanya diam mendengar kan.

"Ya kata gua si, emang si Rahas nya aja yang bermasalah" sahut Ghaviel, Sarah mengangguk.

"Terus?" Tanya Amber, dia juga penasaran apalagi menyangkut laki-laki tadi.

"Si Rahas nya tuh gatel, sasimo lagi, si Juan nya aja yang terlalu cinta" ucap Moe yang diangguki oleh Ghaviel dan Sarah. Moe ini memang bicaranya apa adanya tanpa sensor.

"Ditanggepin kaga sama si Lian?"

"Engga lah, malah yang ada di bully tuh si Rahas" sahut Moe.

"Di bully?" Tanya Amber, ia cukup terkejut mendengar istilah itu.

Mereka bertiga mengangguk.

"Lian itu pembuli, ya meskipun dia ngebully orang-orang yang ngusik dia doang sih" ucap Sarah.

"Tuh liat!" Ucap Moe, Amber melihat kedepan sana. Segerombolan siswa laki-laki berjalan memasuki area kantin.







* * *

Sayaaaang, aduh aku baru bisa update setelah graduation. Hope you like it cintaaa😘

Jangan lupa vote dan komen sengkuuu(⁠*⁠_⁠*⁠)

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 19 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

The Amber [On Going]Where stories live. Discover now