25. Balita yang cerdik

Mulai dari awal
                                    

"Baiklah." Para penjagapun mau tidak mau menuruti permintaan tuan muda kecilnya dan mulai mencari sesuatu yang diinginkan Bonnie.

Balita itu mulai menggali tanah dan menaruh sesuatu yang ia temukan dalam wadah kecil. Para penjagapun menenggelamkan diri diantara semak-semak mencari sesuatu yang dimaksud tuan muda kecilnya.

Mereka terus mencari sampai tak terasa matahari telah bergulir dan mereka telah menemukan banyak sekali. Bonnie seketika berbinar melihat banyaknya buruan yang ia dapatkan hari ini wajah dan bajunya pun penuh lumpur namun ia tak peduli.

"Waktuna pulang uncle! lec goo!" lantangnya sambil memimpin jalan.
.
.
.
.
.
Makan malam yang ditunggu telah tiba, mereka semua makan dengan tenang tanpa gangguan hanya ada dentingan garpu dan sendok, sebelum sebuah teriakan dari satu-satunya gadis diruangan itu menghancurkan suasana hening itu.

"Akkkkhhh!" Isabel berteriak sambil menjauhkan piringnya. Ia memuntahkan semua makanan yang baru ia makan. Mereka semua memandang tajam ke arah gadis itu, minus Bonnie yang sepertinya tidak peduli dengan situasi itu, balita itu menahan kantuk sambil memakan buah melon yang ia pegang tampak tidak terganggu sama sekali.

"Kenapa kau jika makan selalu berisik sekali dan membuat keributan!" sentak Ace waktu makan malamnya jadi terganggu!

"Itu-itu ada cacing dalam bubur labuku!" Isabel menunjuk mangkuk pencuci mulutnya.

"Cacing?" Abel merespon.

"Omong kosong macam apa itu! aku memakan makananku sedari tadi, namun tak ada apapun di dalam makananku," Ace berkata dengan malas tanpa memeriksa makanan Isabel. Ia terlalu malas meladeni gadis itu. Mungkin itu hanya akal-akalannya saja untuk mencari perhatian.

"Ak-aku tidak ber-berbohong." Isabel menjauhkan bubur labunya kemudian meminum susu dinginnya, namun ia terkejut karena merasakan sesuatu menggeliat dalam mulutnya.

Byurr!. Isabel menyemburkan susu dinginnya lalu nampaklah 3 cacing yang menggeliat di atas bekas muntahan susu gadis kecil itu. Isabel sangat terkejut dan nampak ketakutan kenapa ada cacing di semua makananya?!

"Kenapa bisa ada cacing disini? Ace bertanya dengan raut heran ia tidak menyangka bahwa kediaman Alexander yang terkenal bersih bisa ada cacing di dalam makanannya.

Abel diam tanpa berkata apapun ia berdiri, tak melanjutkan makan karena jijik terhadap bekas muntahan makanan gadis kecil itu. Ia melangkah ke arah daddynya untuk menggendong Bonnie yang nampaknya sudah tertidur. Balita itu bahkan menaruh setengah wajah bulatnya diatas meja nampak pulas sekali. Sebenarnya apa yang dilakukan balita bulat itu hingga tertidur dulu sebelum jam waktu tidurnya?

Devan juga cukup terkejut sebagai dokter ia tau betapa tidak higienisnya makanan yang baru gadis kecil itu makan. Devan dengan cepat menyuruh pelayan membersikan bekas muntahan dan membuang semua makanan di atas meja lalu menggantinya dengan yang baru.

Devan heran kenapa makanan Isabel yang hanya ada cacingnya?

Dominic menghela nafas ia tahu masalah cacing itu ulah siapa. Ia menyeringai menahan tawa. 'Cukup menarik.'
.
.
.
.
.
(flashback)

Tok..tok. Bonnie mengetuk pintu ruang kerja Dominic. "Bonbon macuk yah..." Kepalanya menyebul dari balik pintu. Tumben sekali si gembul itu bertingkah sopan biasanya ia menyelonong saja masuk keruangan sang ayah.

Dominic yang memang menandatangani document berhenti sebentar kemudian menganggukkan kepala, akhir-akhir ini memang ia lebih suka mengerjakan apapun dari rumah kecuali ada rapat penting. Putra kedua dan pertamanya saja yang paling sibuk diantara mereka.

Daddy tampan itu hanya ingin sejenak menghabiskan banyak waktu bersama si bungsu!

"Daddy Bonbon menemukan cecuatu." Balita itu dengan susah payah menaiki kursi yang terletak dekat dengan meja sang ayah untuk menunjukan sesuatu yang ia temukan.

"Oh yah, apa itu?" Dominic menggeser documentnya supaya putranya lebih leluasa menunjukan sesuatu yang ia temukan.

"Bonbon menemukan ni," balita itu menunjukan jepit rambut dengan manik-manik pita pada sang ayah.

"Kau ingin memakai jepit rambut?" Dominic berkata dengan raut bingung, tidak mengerti arti dari ungkapan sang putra.

"Uhh, nooo ni acecolic pelempuan tauu!" Bonnie menggeleng brutal, dia itu balita laki-laki yang macho seperti petinju yang kak Abel sering tonton, dia tidak pakai jepit rambut! itu bukan gayanya sama sekali.

"Lalu?" Dominic bertanya ayah tampan itu berpikir Bonnie mengiginkan jepit rambut seperti itu makanya dengan antusias balita itu menunjukannya padanya

"Cini-cini Bonbon mau bicikin daddy." Balita itu menyuruh Dominic untuk mendekat.

"..."

Raut Dominic sedikit terkejut, dia menghela nafas sejenak. " Kau ingin daddy menghukumnya?"

"Noo, bial Bonbon celecaikan cendili!" Balita itu memikirkan berbagai rencana dalam otaknya. Muehehehe. " Daddy jangan ikut campul oke!"

"Baiklah.." Dominic pasrah saja dan ingin melihat apa yang dilakukan mahluk gembul itu.
.
.
.
.
.
Isabel memasuki kamarnya ia masih takut perihal masalah cacing tadi, berkali-kali Isabel menggosok gigi untuk menghilangkan rasa menjijikan dari cacing-cacing itu.

Walaupun menggosok gigi berkali-kalipun rasa geli akibat cacing-cacing yang menggeliat di mulutnya Isabel masih mengingatnya dengan jelas! Sepertinya gadis kecil itu cukup trauma.

Isabel pun merebahkan diri setelah bolak-balik ke kamar mandi hanya untuk menyikat gigi.

Gadis kecil itupun tertidur, selang beberapa jam badanya terasa amat gatal dan panas. Isabel merasakan sesuatu menggeliat di area sekitar wajahnya. ia pun terbangun dalam tidurnya dan mengambil sesuatu yang merayap di area sekitar wajahnya. "Ulat bulu!" kagetnya sambil melempar larva menjijikan itu ke lantai.

Gadis itupun mulai berteriak ke arah pelayan sambil terus menggosok kulitnya hingga memerah rasanya gatal dan panas. Ternyata hewan berbulu itu juga terletak banyak di tempat tidurnya!

"Ahhhkkkkh gatal panasss!" jeritnya.
.
.
.
.
Keesokan paginya.

Bonnie bermain diruang tv ia melihat Isabel lewat dan balita itu mulai tertawa karena melihat wajah dan badan Isabel yang penuh bentol-bentol merah disekujur tubuh.

"Cepeltina kakak kena kalma kalena kacih katak Bonbon ke pilanha," ejek si gembul.

Isabel ingin menjawab ejekan itu namun saat ingin menggerakkan mulut, bibir Isabel malah terasa sakit karena bengkak akibat ulat bulu yang merayap di sekitar wajahnya tadi malam.

Gadis kecil itupun berlalu pergi tanpa bisa membalas ejekan Bonbon. Ia hanya bisa memandang tajam ke arah Bonnie

Namun Bonnie acuh tak acuh sambil terus bermain dengan rubik warna- warninya.

'Ciapa culuh ucik Bonbon! kena kan cekalang humph!'
.
.
.
.
.
TBC.

Penulis: Bonbon nakal juga yah haha!

Bonnie : "No! Bonbon tidak nakal onty, Bonbon cuma celalu ingat kata kak Ace, jika ada yang pukul Bonbon maka haluc Bonbon pukul balik!" ( Note : jika ada yang menganggumu jangan diam saja jika tidak ingin terus ditindas!)

Penulis : Iya Bonbon bayi yang pintar!

Bonnie : Bonbon mau pelmen tidak mau pujian humph!

Penulis : Bicara huruf R dan S dulu secara benar, baru onty bagi permen...

Bonnie : Dacal pelit!

Tinggalkan komental onty uncle!
⸜(。˃ ᵕ ˂ )⸝♡

BONNIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang