Chpt 6: The beginning of disaster

1 0 0
                                    


🚫TRIGER WARNING🚫
_________________________

"Luna, Luna bangun." Sachi menggoncang-goncangkan tubuh luna. "Cepat bangun!"

"Ada apa?" Ucap Luna dengan suara parau.

"Aku ingin buang air kecil, apa kau mau menemaniku pergi ke toilet?" Ucap Sachi.

"Baiklah." Luna menyingkirkan selimut dan menurunkan kakinya hingga menyentuh lantai.

Luna menunggu Sachi dengan rasa kantuk yang kuat, kepalanya terantuk-antuk, matanya ditahan agar tak tertutup rapat, sesekali mulutnya terbuka lebar mengeluarkan nafas akibat rasa kantuk, dan tubuhnya di sandarkan pada dinding agar tak jatuh.

Luna mengetuk pintu toilet, "Sachi, aku akan mengambil air sebentar."

"Tunggu."

"Sebentar saja Sachi, sebentar ... setelah aku mengambil air aku akan kembali, aku berjanji." Luna membujuk.

"Kau berjanji?" Ucap Sachi dari dalam toilet.

"Ya aku berjanji."

"Baiklah." Mendengar respon Sachi, Luna pergi kedapur untuk mengambil segelas air.

Luna menuangkan air kedalam gelas, segera ia meneguknya hingga habis.

"Luna?" Ucap seseorang yang berada di belakangnya. Luna membalikkan tubuhnya.

"Ya tuan?" Balas Luna. Dorian berjalan mendekat, terlihat jelas jika ia sedang dalam kondisi mabuk.

"Ya tuan?" Ucap Luna sekali lagi.

Sampai dihadapan Luna, Dorian menyingkirkan anak rambut Luna dari wajahnya. "Luna, aku tidak sadar kalau kau itu cantik sekali." Dorian tersenyum, matanya menatap luna lekat-lekat, dan tangannya mengelus pipi Luna. Luna berusaha mengingkirkan dirinya dari Dorian, ia pun berusaha menepis tangan Dorian dari wajahnya.


"T-tuan apa kau baik-baik saja?" tanya Luna.

"Tentu tidak Luna." Dorian menatap Luna. "Luna, kau mau 'bermain' bersamaku?"

"M-maksud tuan?" Tanya Luna. Jantung Luna berdebar kencang karena rasa takut yang menjalar.

"Hari ini kita 'Bermain' lalu jika kau mengandung kita akan Menikah dan pergi dari tempat ini." Dorian, pria berusia 48 tahun itu membelai wajah Luna dengan lembut.

Luna terkejut bukan main mendengar penuturan Dorian, Luna tak bisa menggerakka tubuhnya, mata Luna membelalak, tubuhnya bergetar karena ketakutan.

"Aku lelah dengan semua ini Luna."

"A-aku sudah menganggapmu sebagai ayahku tuan Dorian." Luna memberanikan diri untuk berbicara. Dorian tak menjawab.

"Lepaskan aku tuan!" ucap Luna, ia mulai memberontak.

"Kau tidak mau bersamaku?"

"Tidak!" Ucap Luna.

Akibat rasa tak terima, Dorian berusaha mencium Luna, Luna memberomtak dan menepis wajah Doriam, lalu Luna menatap Dorian dengan mata menyalang, entah dari mana ia mendapatkan keberanian secepat itu.

The 7 BallerinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang