CH 7

10 7 1
                                    

Tinggalkan vote dan komen yaaah
...... 

Happy Reading

Langit biru memancarkan keindahan setelah menyatu dengan awan putih, menambah kadar cantiknya sendiri,  hingga mampu membuat kuas itu tak berhenti bergerak, angin yang berhembus normal membuat gadis dengan rambut terurai masih tetap terfokus.

“Zer?”

“Hmm,” hanya bergumam ia membalas panggilan sahabatnya.

“Lo kalau lagi lukis, susah banget yah di ajak ngobrol?”

Dia Aurel, mereka adalah teman dekat, siapa sangka, saking dekatnya, gadis itu bahkan tau semua tentang diri Zera. Walau terkadang ia cukup kesal Zera selalu mendiamkannya berceloteh tak henti, karena Aurel orang yang tak bisa diam.

“Apa sih yang indah dari langit di halaman belakang? Sampai lo mau ngelukis? Mendingan lo lukis gue aja, ya kan?, langit kan setiap hari ada.”

Terdiam beberapa detik Aurel kembali tersadar.

“Eh, tapi  gue juga setiap hari ada sih,” gumamnya membernarkan fakta yang tak bisa di hindari.

Gadis itu masih dengan semangat mengobrol sendiri, sedangkan Zera?. Sentuhan lembut di atas kanvas seakan membawa jiwanya terhempas jauh, hingga keadaan sekitar bukan dunia baginya sekarang.

“Hufff, capek juga bicara sama orang yang ngomong aja ngirit, jangankan ngirit, keluarin satu huruf pun susah banget.” 

Zera yang sejak tadi menggerakkan kuasnya di atas , berusaha menciptakan gambaran langit yang cerah, kini jari-jemari itu berhenti.

“A, b, c, d, e, f, g, tu itu udah tujuh huruf.”

“Ngapain hafal abjad?”

“Tadi lo bilang gue gak bisa ngeluarin satu huruf kan? Itu udah tujuh huruf gue keluarin.”

“Oww udah ada peningkatan tu,” ucapnya tak mendapat respon dari Zera, karena gadis itu kembali fokus dengan tatapannya pada kuas yang ia gerakkan, di atas kanvas.

Aurel yang sadar, beralih menatap sahabatnya dengan tatapan bingung. “Kenapa?,” tanya gadis itu masih dengan kebingungannya.

Tak memedulikan pertanyaan itu, Zera menyimpan alat lukisnya, tiba-tiba Aurel ikut membantunya walau tidak rau tujuan Zera menyimpan kembali alat lukisnya, hingga semuanya tersimpan rapi ke dalam tas Zera yang di khususkan untuk peralatan lukisnya.

“Heh!, lo marah sama gue karena gue ngomong terus? anjir lah masa gitu doang ngambek kayak bukan Lo aja”

Zera yang sejak tadi menunduk, menutup resleting tas, kini kembali berdiri tegak, mendesah kasar, bukan karena capek, tapi kalimat Aurel benar-benar membuat kepalanya sakit.

“Apaan sih Rel, gak lah, ini udah jam mata pelajaran terakhir, kita harus masuk kelas!”

“Tapi kan,belum bunyi bel masuk.”

Krinnnng

Krinnnng

Krinnngg

Bunyi bel masuk yang tiba-tiba, sedikit membuat Aurel terkejut, mengingat gadis itu belum sampe semenit bicara soal bel.

“Zer?”

Panggil Aurel sambil menatap Zera yang hendak pergi dari halaman belakang, merasa belum ada pergerakan dari sahabatnya, Zera menoleh ke belakang mengajaknya kembali ke kelas. “Yuk,” ajak Zera kembali berjalan cepat.

“Zer, Zera!”

“Kalau mau ngomong yah ngomong aja, biasanya juga lo cerecos!”

Selang beberapa menit, kedua gadis itu masih dengan santai berjalan beriringan di koridor.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 02 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

AZHERLIN (ON GOING)Where stories live. Discover now