#09. Adopsi Ikan Patin

58 11 6
                                    

Boleh bantu penulis kecil ini berkembang yorobundeul?
Vote+comment jusseyooo

Boleh bantu penulis kecil ini berkembang yorobundeul?Vote+comment jusseyooo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

—"Kamu dilahirkan bukan buat jadi orang lain versi kedua. "—

•••|||•••

Sebenarnya Citra sudah terbiasa dengan keheningan karena sebagian besar waktunya ia habiskan untuk menyendiri bersama buku-buku di kamar. Tapi setelah kembali dari rumah sakit, kenapa hawa di rumah ikutan sepi senyap juga? Padahal kalau lagi kumpul semua, cuma Citra yang paling kalem. Terus belum lagi Zidan bibirnya sempat luka. Mas Yasa juga tidak biasanya cuma diam kalau bareng Zidan. Mama ditanya juga sama tidak tahu. Lantas ada apa gerangan dengan kedua mas-mas lanangnya ini?

"Mas Yasa sama Zidan abis Mama kasih apaan, Ma?" bisik-bisik Citra yang matanya masih oenuh tanda tanya melihat pemandangan tidak biasa di sana.

Apa-apaan hening, sunyi, senyap begini? Biasanya juga sebentar-sebentar ada yang teriak, ada yang ngadu ke mama. Pada sariawan kali ya?

"Sayur bayem sama bakwan, kenapa?" Sementara mama yang tidak paham konteks, jelas cuma jawab spontan.

Kalau masakan mama saja, Citra juga makan. Tapi dia tidak merasakan gejala apapun sampai menimbulkan panas dalam yang menyulitkan berbicara. Terus kenapa itu dua bujangan di sana kayak bocah SMA pacaran yang sebentar lagi hubungannya kandas?

Heran, deh.

Lalu Yasa sendiri bagaimana? Ya sama. Ketentraman yang ia bayangkan ternyata tidak semenyenangkan itu. Alam bawah sadarnya sudah terbiasa dengan kerusuhan dan keributan yang dilakukan orang sekitar. Sedangkan kondisinya bersama Zidan yang padahal duduk berdekatan di depan tv sama sekali tidak menggambarkan suasana tersebut. Mana adegan rebutan remotnya? Mana aksi brutal berebut toples isi kerupuk opaknya?

Sesekali bola mata Yasa mencuri pergerakan Zidan yang ubah posisi kaki. Selang lima menit anak itu kembali melakukan kesibukan kecil. Garuk-garuk perut.

"Udah lama nggak masak ikan patin, Ma," monolog Citra yang baru saja melihat acara makan-makan di tv yang manampilkan hidangan ikan patin dimasak jadi kuah kuning.

Sebagai mas yang siap siaga baut adik-adiknya, Yasa dengan seribu bayangan mengambil seluruh alat pancingnya. "Bangun! Berdua mancingnya, biar lebih cepet dapet ikan."

Zidan menatap masnya yang kelimpungan bawa kail pancingan dua, terus ember juga tak lupa. Ribet banget lihatnya. "Mas mau mancing ikan?"

"Tadinya iya, tapi kamu nanya gitu jadinya pengin mancing keributan aja. Udah tau ini atribut mancing dipake lengkap, malah nanya! Buru ah!"

Zidan menghela napas, tapi ujungnya tetap nurut apa kata masnya. Ya, walaupun sampai di empang juga cuma kedengeran suara kodok. Padahal Zidan ngiranya kalau dia ikut, mungkin bisa mengembalikan hubungannya dengan Yasa. Tapi apalah daya, kata maaf seolah tersangkut di ujung kerongkongan.

Matahari Di Langit TimurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang