Point 2: Reference

Start from the beginning
                                        

Kangen bngt

Katanya skrng kmu pindah kerja di Jkt?

Share loc aja biar aku jemput, ok?

***

Pukul delapan kurang sepuluh menit, Jeriko tiba di kantor. Kanisha yang sejak jam kantor berakhir kemarin sudah bekerja sama dengan bagian resepsionis untuk memberikan informasi kedatangan si Setan Alas, telah pasang badan di dekat lift ekskutif dengan Ipad di tangan kanan. Pokoknya hari ini harus terbebas dari ocehan yang mirip luapan lahar gunung bos besar. Tekadnya untuk membuat si Setan Alas terkesima harus terealisasikan. Titik!

"Good morning, Sir." Kanisha membungkukkan sedikit badannya, kemudian mengikuti langkah panjang Jeriko yang sempat berdeham singkat membalas sapaannya. Tampaknya lelaki tersebut sedang terlibat percakapan serius, sehingga perhatiannya pada ponsel tidak teralihkan. Melihat itu, Kanisha segera membukakan pintu ruang kebesaran sang raja terhormat. "Saya sudah menyiapkan cold brew coffee dan croffle untuk sarapan Bapak hari ini. iPad Bapak yang ditinggal kemarin saya pastikan fully charged dan komputernya sudah siap pakai. Silakan Bapak duduk dan saya akan memaparkan jadwal hari ini."

Sebelum duduk, Jeriko sempat menatapnya lamat.

Hayo ... mau nyinyirin gue kek mana lo? Gue udah on point banget hari ini. Harusnya gue dapet perlakuan sama persis kayak yang lo kasih ke Mbak Diana dan Mas Miko. Kalo lo masih semena-mena, gue jitak juga lo!

"Did Diana teach you or did you have many discussions with Miko?"

"Hah?"

Jeriko menyeringai sambil mendaratkan tubuh. "I hope you've learned a lot," lanjutnya tanpa memedulikan ekspresi bodoh asisten pribadinya. Dia kemudian mulai menikmati sarapan dan alisnya yang rapi naik ketika menggigit croffle. "Enak. Saya suka manisnya yang pas. Besok belikan sarapan di tempat yang sama."

"I made it by myself."

Kembali, tatapan lamat itu tertuju padanya. Kanisha tidak bisa mendefinisikannya secara pasti. Jeriko punya mata yang sipit di balik kacamata. Tidak seperti kemarin yang jelas-jelas ingin menelannya hidup-hidup, kini sepasang indra penglihatan itu lebih mirip kubangan lumpur yang tenang, tapi bisa menenggelamkan. Kedalamannya tak dapat dipastikan dan maksudnya tak dapat ditangkap secara eksplisit. Kanisha jadi bingung dalam bersikap. Peri-peri cantik yang sering membisikkannya untuk berbuat kebaikan seakan ikut tersesat dan buta Maps.

"Jadwal saya apa saja hari ini, Kanisha?"

Kanisha berdeham lembut. Akibat sibuk menerka-nerka, sarapan Jeriko tersisa setengah dan dia masih berdiri seperti patung selamat datang di depan mejanya.

"Hari ini Bapak tidak memiliki jadwal keluar, tapi ada beberapa rapat dengan tim internal. Untuk itu saya telah menyiapkan ruangan, lengkap dengan kebutuhan rapat. Untuk makan siangnya nanti Bapak ingin dipesankan apa?"

"Paper bag di sofa itu isinya apa?"

"Huh? Bekal saya."

"Hanya satu?"

Maksudnya bagaimana, sih? Ke mana arah pembicaraan ini? Sumpah. Buat apa, sih, ngomong sepotong-sepotong begini? Lagian, 'kan, yang sedang ditanyai Kanisha itu Jeriko, kok malah balik nanya?

Mumet, deh, mumet.

Kanisha butuh robot yang bisa menerjemahkan isi kepala bosnya secara langsung.

"Saya punya masalah pencernaan dan nggak bisa semua makanan dari luar bisa saya konsumsi. Ada baiknya kamu bawakan saya bekal sekalian."

Tadi croffle, sekarang makan siang. Kok jadi maruk, sih? Memangnya bahan pokok belinya tidak pakai uang? Memangnya di Jakarta ada bahan pangan yang murah?

Kalau begini caranya Kanisha boncos!

"Saya akan anggarkan khusus untuk makan saya, Kanisha, kamu nggak perlu pasang muka kayak ibu-ibu yang cuma dikasih uang belanja sepuluh ribu sehari begitu. Tapi untuk hari ini saya mau makanan apa saja yang berkuah dan tidak pedas. Ini ...." Sebuah kartu disodorkan di atas meja. "Simpan dan pakai kartu ini untuk membeli semua keperluan saya. PIN-nya 111304."

Loh ... loh memang boleh begini sebelum Kanisha sempat mengabsen isi kebun binatang dalam hati?

"Baik, Pak." Mari bersikap tunduk saja dulu. Jangan sampai ada surat peringatan jilid dua mampir di mejanya lagi hari ini. Perjalanan misinya masih panjang. "Terkait dokumen-dokumen, kata Mas Miko akan menyerahkannya sendiri, Pak."

"Ya. Kamu cukup luangkan jadwal saya satu atau dua jam sebelum jam kantor berakhir untuk tugas administratif, biar Miko yang menyerahkan dokumennya sendiri kepada saya. Sementara kamu boleh mengelola email dan surat-surat atas nama saya yang masuk. Silakan kamu menyusun tanggapan dan penjelasan yang diperlukan. Biasanya surat-surat dan email yang masuk berupa surat bisnis, pemberitahuan, undangan, permintaan, penawaran, email penjadwalan, follow-up, persetujuan, dan sejenis. Pokoknya kamu harus membantu saya memastikan komunikasi yang efektif dan profesional."

"Siap, Pak." Kanisha memberikan hormat. Kali ini senyumnya terbit tanpa paksaan. "Tapi, apakah saya boleh meminta bimbingan Bapak langsung untuk hal ini? Atau saya hanya perlu belajar dengan Mas Miko?"

"Kamu bisa tanya ke saya langsung, Kanish."

Duh, Mak!

Apa sebutan yang lebih manusiawi dari Setan Alas kalau si bos dalam mode malaikat begini? Sweety Pie? Honey? Hubby?

Eh?!

Kok yang muncul panggilan macam orang punya hubungan khusus, sih! Amit-amit!

Walau Chindo kaya raya adalah tipe cowoknya, jangan sampai hatinya terpaut dengan Setan Alas yang punya jurus seribu tipu muslihat ini. Lihat saja mata sipitnya yang menyimpan seribu makna itu. Bisa-bisa dia hipertensi karena over thinking nerjemahin mata lumpur yang kosakatanya nggak ada di lexical entry!

 Bisa-bisa dia hipertensi karena over thinking nerjemahin mata lumpur yang kosakatanya nggak ada di lexical entry!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Note:
1. Lexical entry: kamus


Aku double up ya, sila scroll dan jangan lupa tinggalkan vote dan comments ❤️

Predicate Where stories live. Discover now