Point 2: Reference

Start from the beginning
                                        

Upsss ....

Bibir gombrengnya kelepasan manggil Kasep. Ilfeel tidak, ya, makhluk Tuhan paling cakep ini? Kira-kira imej Kanisha tambah anjlok tidak? Harusnya, 'kan, dirinya menjaga sikap bak perempuan high class yang independen biar sesuai sama aura si kasep yang oke punya!

"Kamu Kanisha?"

"Eh?" Kanisha sampai mengerem dadakan. "Kok tahu?"

"Asisten pribadinya Pak Jeriko?" Tubuh tegapnya berbalik, sepenuhnya berhadap-hadapan dengan Kanisha. "Kemarin saya ada rapat di luar dan belum ngeliat kamu. Nama saya Jatmiko Baswara, panggil aja Miko."

Sebuah tangan terulur. Bibirnya yang lebih cerah dari masa depan Kanisha tersungging begitu ringan. Setelah dia membalas jabatan, desah napasnya terdengar.

"Saya senang punya rekan dan akhirnya Pak Jeriko punya asisten pribadi. Kasihan beliau keteteran beberapa waktu belakangan. Jadi, saya harap kita bisa jadi tim yang kooperatif dan dapat membantu pekerjaan beliau. Oh iya, saya juga mau minta maaf karena di lift tadi sempat bersikap defensif. Saya kira kamu salah satu anak magang yang katanya genit itu."

Kanisha belum berhenti melongo dari tadi. Agak kaget melihat kepribadian si kasep alias Miko yang ternyata sehangat mentari pagi. Seketika senyum cerahnya terbit. Kanisha tertawa kecil sambil mengibaskan tangan.

"Bukan perkara besar. Saya juga seneng bakalan punya temen buat gibahin sifat si Bapak yang mirip kayak Setan Alas."

"Setan Alas?" Miko membeo.

"Iya Setan Alas, alias Pak Jeriko. Kenapa ekspresi Mas Miko kayak gitu, sih? Sifat si Bapak, 'kan, emang nyebelin."

Alis Miko hampir menyatu. "Bapak emang tegas, tapi nggak nyebelin, kok. Kata Mbak Diana juga begitu. Saya yang baru semingguan di sini ngerasa justru Bapak, tuh, baik banget. Beliau lebih sering mengira-ngira kesanggupan dan kemampuan saya sebelum ngasih tugas. Jadi, semisalnya saya keteteran, beliau nggak bakalan ngebebanin tugas baru. Oh ... atau mungkin kamu belum bisa ngimbangin ritme kerjanya yang serba cepet?"

Thought atau reference dalam kajian ilmu yang mempelajari soal makna (Semantik), dijelaskan letaknya berada di otak masing-masing individu—semacam mental image. Bisa dibilang, pemahaman seseorang terhadap sebuah objek dapat berbeda-beda tergantung pengalaman yang melekat di memori. Sehingga, orang yang memiliki pengalaman kurang mengenakkan seperti Kanisha, jelas tidak akan selaras dengan anggapan Miko.

"Mungkin," jawabnya seraya mengalihkan pandangan. Biar bagaimanapun, Kanisha tidak bisa memaksakan sudut pandang. Namun, bahunya tetap turun ketika mengira Miko bukan rekan yang cocok diajak julid. Auranya terlalu positif untuk Kanisha yang awur-awuran. "Ya udah, deh, kalo gitu saya ke ruangan Bapak dulu mau naruh kopi sama sarapan."

"Oke, Kanisha. Semangat, ya. Kalo ada apa-apa jangan sungkan cerita ke saya."

Semula dirinya sudah melangkah, tetapi kakinya mendadak kembali ke tempat semula kala mendengar kalimat terakhir Miko. Kedua sudut bibirnya naik.

"Kalo saya boleh cerita apa aja ke Mas Miko, boleh minta nomer Whatsapp-nya? Biar enak gitu ceritanya."

Alih-alih ilang feeling, Miko justru tertawa hingga matanya menyipit. "Boleh, Kanisha. HP kamu mana?"

Aduh! Kenapa bisa ada malaikat tanpa sayap turun tepat di hadapannya begini? Kanisha, 'kan, jadi bamak alias baper maksimal!

Namun, sebelum Kanisha bereaksi berlebihan, ponsel di tangannya bergetar. Sebuah notifikasi tak terduga muncul di layar, membuat ekspresinya seperti dimanuver paksa.

Titisan Lee Je-hoon-ku Sayang 💞💋

Sayang, siang nanti aku landing di Jkt. Dinner yuk entar malem?

Predicate Where stories live. Discover now