LOVE IS NOT FOR US

3 1 0
                                    

"Wah, ini enak banget! Gue baru tau ada bakso seenak ini di sekitar kampus kita. Makasih ya!"

"Sama-sama."

Nathasa terus menyeruput kuah baksonya hingga tidak ada sisa. Perempuan itu terlihat bahagia memakan bakso yang baru pertama kali ia coba.

"Terus, gimana kelanjutan cerita lo?" tanya Nathasa.

"Ya gini, stuck. Pusing."

Nathasa meletakan garpu dan sendoknya. Gadis itu sudah selesai memakan bakso yang di traktir oleh temannya itu.

"Intinya kan perasa lo, Bagas. Mau balikan atau engga, kenapa mesti pusing?"

Bagas menghela nafasnya. "Satu sisi gue pengin balikan, tapi satu sisi gue ngeraguin diri gue sendiri. Gue takut gagal lagi sebagai pasangan."

Bagas dapat melihat Nathasa yang sepertinya sedang berfikir.

"Selama gue hidup, satu-satunya nasihat orang tua gue yang gue pengang dan selalu terbukti sampe sekarang adalah, jangan melakukan hal apapun ketika diri sendiri masih ragu. Karena kalo kita mulai dengan perasaan yang gak siap, hasilnya juga jadi ancur. Jadi, kalo gue mau ngelakuin apapun, usahain gue udah bener-bener mantep. Gue harus berulangkali ngeyakinin diri gue sendiri, entah dalam waktu yang lama ataupun yang singkat. Dan, sekalipun itu hal yang sangat pengin gue gapai sekarang."

Mendengar kalimat Nathasa, Bagas sedikit mempertimbangkan hal yang selama ini membuat hatinya bimbang.

"Setiap hal juga punya resiko masing-masing kali. Apapun yang di perbuat ya harus di terima."

Bagas masih diam tak bersuara, masih ingin mendengar masukan apa lagi yang akan Nathasa keluarkan.

"Gimana?" tanya Nathasa.

"Apanya?"

Bukannya menjawab, Bagas malah kembali bertanya pada Nathasa.

"Sinting lo ya? Gue udah ngasih nasihat segitu panjangnya!" Nathasa sedikit kesal dengan respon Bagas.

Bagas memutar matanya malas.

"Ya gimana? Gak tau. Baru juga di kasih saran, gak mungkin gue langsung ngambil keputusan."

Nathasa mengangkat kedua pundaknya acuh.

Hening. Tidak ada percakapan apapun sekarang, keduanya sama-sama merasa canggung.

Entah dari kapan Bagas dan Nathasa menjadi dekat, yang pasti sekarang waktu Bagas lebih banyak bersama Nathasa. Gadis gila yang selalu membuat Bagas kebingungan.

"Em, gini deh, dari pada lo galau mulu gimana kalo nanti lo ikut gue?"

"Kemana?" tanya Bagas.

"Event kepenulisan. Lumayan ntar di sana lo bisa ketemu cewe-cewe cakep, siapa tau ada yang nyantol."

"Males. Gue gak suka baca buku."

Nathasa mengerutkan keningnya. "Heh, jelek! Yang nyuruh lo baca buku siapa? Gue cuma ngajak ke sana, liat-liat. Kalo gak mau ya udah."

Nathasa bangkit dari duduknya, dan meninggalkan Bagas seorang diri.

"Eh, Mang, berapa ini?" tanya Bagas pada penjual bakso.

"Jadi 30 ribu, Mas."

Dengan cekatan Bagas langsung mengeluarkan uang yang ada di sakunya.

"Uang pas ya, Mang."

"Makasih, Mas."

Bagas mengangguk sebagai jawaban iya. Setelah itu, laki-laki berpostur sedikit tinggi itu langsung pergi meninggalkan tempat.

LOVE IS NOT FOR USWhere stories live. Discover now