LOVE IS NOT FOR US

1 1 0
                                    

Suara gitar mengiringi beberapa lagu yang sedang di nyanyikan oleh 4 lelaki. Di temani dengan cemilan kacang asin, minuman kemasan, dan beberapa rokok batangan.

"Galau banget gue liat-liat," ucap Ari pada Bagus.

Bagas terus memainkan gitarnya dengan bernyanyi lagu milik Budi Doremi yang berjudul mesin waktu.

Setelah menyanyikan sampai tuntas, Bagas meletakan gitarnya dan mulai menghisap rokoknya.

"Beneran putus emang?" tanya Ari.

"Kenapa sih?" Bagas kembali bertanya, sambil menghembuskan asap rokoknya.

"Cewe gue rewel, katanya Dini tantrum mulu, nangisin lo."

Bagas menghela nafasnya panjang, ia membuang beberapa sisa rokoknya sembarang.

"Dia yang minta, dia yang tantrum. Dasar cewe aneh!" kata Bagus.

"Ajak balikan gih," suruh Ari.

"Lah?" bingung Bagas.

"Udah biarin, nanti juga cape sendiri."

Bagas menatap Habib, teman sedesanya yang sedang ikut nimbrung di rumahnya.

"Cewe tuh emang gitu, gak jelas. Padahal mau apa-apa tinggal bilang, kenapa-napa tinggal bilang. Gak usah pake ngambek-ngambek segala, ngata-ngatain cowo gak peka. Ya kita mana tau isi hati mereka, emang kita Tuhan?" kata Habib.

"Eh, itu namanya kita harus inisiatif bloon!" Ari menonyor kepala Habib.

"Gak kurang-kurang. Tapi emang kita selalu ngerti dan selalu harus inisiatif? Kita gak paham semua hal bro. Kalo semisal kita udah inisiatif sama hal ini, dan hal selanjutnya ternyata kita gak tau, dia pasti ngambek. Padahal tinggal ngomong, nanti juga kita sebagai cowo bakal belajar."

Bagus menyetujui perkataan Habibi.

"Gimana menurut lo, Gi?" tanya Bagas pada Hagi yang sendari tadi hanya diam melihat ponselnya.

"Gak tau, males mau beli truck!"

"Lah, kenapa lo?" tanya Ari.

Hagi menatap 3 manusia itu secara bergantian.

"Gue di diemin Agnes."

Perkataan itu jelas membuat 3 anak manusia itu penasaran.

"Kok bisa?" tanya Bagas.

"Tadi sore gue jalan sama Agnes. Sampe di rumah dia ngambek ke gue, awalnya gue gak tau dia kenapa. Gue tanya-tanya katanya pikir sendiri, gue udah mikir keras tapi gue benar-benar gak ngerti. Perasaan semuanya aman-aman aja," cerita Hagi.

"Terus?" kepo Habib.

"Gue kasih waktu dia 5 menit, eh WhatsApp gue di blokir. Gue DM di instagram cuma di baca. Maksud gue ngasih dia waktu kan supaya emosinya meredam, tapi malah makin jadi."

"Coba lo tanya baik-baik, "mau apa sayang?" atau "coba ngomong baik-baik sayang" coba deh." Ari memberi saran.

"Udah, Ri. Tapi malah gue di suruh mikir lagi."

Dengan kompak, 4 lelaki itu menghela nafasnya panjang.

"Baru aja di omongin, udah ada contohnya aja." Habibi tersenyum lemah.

"Sabar deh, Gi. Nanti juga kalo moodnya udah baik bakal buka blok WA lo." Ari berusaha menenangkan.

Keadaan saat ini, membuat Bagas menarik ulur perasaannya. Satu sisi ia sangat sedih karena Dini sudah tidak lagi ada untuknya, satu sisi lagi rasanya sudah lelah menghadapi resiko yang akan di terima saat ia kembali menjalin asmara.

LOVE IS NOT FOR USWhere stories live. Discover now