Chapter 2

76 12 6
                                    

Author Pov

Angin pagi yang berhembus mampu menyalip kecelah-celah jendela maupun pintu rumah Chiquita. Jendela kamar Chiquita terbuka lebar hingga membuat gorden terhembus angin pagi yang cukup kencang. Suasana pagi yang menyegarkan dengan embun yang membuat daun-daun lebih cantik.

Di tempat tidur, Chiquita masih terbalut dengan selimut. Tubuhnya menikmati udara pagi hingga tidak terasa waktu sudah berganti pagi.

Dari luar terdengar seorang perempuan dewasa yang mengetuk pintu kamar Chiquita, memanggil nama Chiquita untuk membangunkannya. Namun karena tidak ada balasan sama sekali, wanita itu membuka engsel pintu dan ternyata tidak terkunci. Ia melihat wajah putrinya yang sedang terlelap, wajahnya sangat persis dengan suaminya dulu, seperti duplikat dengan versi berbeda. Ia mendekat dan menyentuh wajah tersebut, kemudian mengusap surai lebat Chiquita.

Chiquita merasa terusik dengan pergerakan Ibunya, matanya mengerjap mencari kesadaran. Kemudian ia menyadari Ibunya yang berada dipinggir kasur sedang mengusap lembut surai miliknya.

"Matamu sangat indah persis seperti mata Ayahmu, setiap kali Ibu melihatmu, Ibu selalu teringat Ayahmu,"

Chiquita hanya menatap Ibunya, dia hanya bingung akan menjawab apa karena efek bangun tidur.

Chiquita sangat berterimakasih kepada Tuhan telah menciptakan dirinya seperti Ayahnya, tetapi dilain sisi sebenarnya ia tidak menginginkan sifat Ayahnya yang berada dalam dirinya. Sifat egois, selalu ingin menang dan selalu ingin menghancurkan orang-orang yang mengganggu kebahagiannya seperti sekarang. Yang membuat Chiquita berbeda dengan Ayahnya adalah mengontrol emosi, Ayahnya selalu bisa mengontrol emosinya dan tidak selalu berlebihan dalam menunjukkan sifat aslinya.

"Ada apa Ibu ke kamarku pagi-pagi begini?"

"Ibu ingin membangunkanmu, mengapa jendela kamarmu tidak ditutup?"

"Aku hanya ingin tidur dengan udara malam,"

"Udara malam sangat tidak baik bagi tubuh, jangan ulangi lagi,"

Chiquita bahkan tidak menjawab, dia kembali menarik selimutnya dan menutup mata. Ini sudah masuk liburan musim semi, berhubung hari ini dan dalam beberapa hari kedepan libur, Chiquita akan menghabiskan waktu dengan berbaring di kamar. Jika biasanya ia akan pergi piknik bersama Ayah dan Ibunya, mungkin kali ini hal tersebut tidak akan terjadi, sebenarnya Chiquita tidak terlalu berharap.

"Bangunlah Chiquita, bersiaplah kita akan pergi bersama Ayah dan saudaramu,"

Mendengar kalimat itu entah angin apa yang membuat kantuknya hilang, matanya membulat seolah-olah baru saja mendengar berita buruk.

"Kemana kita akan pergi? Apakah kita akan berpiknik bersama?"

Dan kemudian Ibu Chiquita mengangguk.

"Benarkah? Itu bukanlah ide buruk, aku akan segera bersiap. Ibu tunggulah dibawah,"

Chiquita akan pergi berpiknik dengan keluarga barunya, tetapi ia tidak terlalu berharap banyak akan suasana harmonis yang nanti didapatkan. Ia hanya ingin mengingat kenangan ketika pergi piknik bersama keluarganya di musim panas ketika Ayahnya masih hidup.

Suara dering ponsel mengejutkan dirinya yang sedang memilih pakaian untuk ia gunakan.

Lee Dain.

Chiquita mengambil ponselnya dan menggeser tombol hijau untuk menjawab panggilan tersebut.

"Kau tidak lupa janji hari ini bukan?"

"Janji? Oh aku ingat Dain!"

Chiquita hampir melupakan bahwa setelah pulang sekolah kemarin Dain mengajaknya pergi. Secara bersamaan hari ini juga Ibunya mengajaknya untuk pergi.

The Cruel Summer | ChiquitaWhere stories live. Discover now