Chapter 1

133 21 6
                                    

2 Bulan sebelum musim panas.

Chiquita pov

Aku bangun dari tempat tidurku, aku sangat tidak semangat menjalani hari-hari beberapa terakhir ini.

Aku beranjak dari tempat tidur dan menuju toilet yang masih berada di kamar. Aku melihat kearah luar jendela sejenak, cuacanya sangat indah dan semoga saja hariku juga indah hari ini. Mungkin berendam air panas bisa membuat pikiranku sedikit lebih rileks, walaupun kemungkinannya sangat kecil.

Setelah menyelesaikan ritual mandi air panas, kemudian aku keluar kamar mandi dengan handuk yang melilit ditubuhku.

Cuaca seperti ini sangat cocok bagiku untuk pergi piknik sendirian. Aku merindukan saat-saat dimana orangtuaku dan aku berpiknik di setiap musim semi seperti ini. Kami akan melewati sungai dan juga menggelar karpet di taman. Memakan masakan Ibu dan juga mendengar alunan gitar yang dipetik oleh Ayah. Sungguh masa-masa dimana aku sangat bahagia belum seperti sekarang.

Ayah selalu memanjakan diriku dengan sewajarnya, aku menjadi anak tunggal yang sangat bahagia di seluruh dunia saat itu. Berangkat sekolah dengan diantar oleh Ayah tidak lupa bekal yang disiapkan Ibu, dan juga ciuman dari mereka.

Sungguh aku sangat merindukan masa itu, tapi sekarang rasanya sudah berbeda. Sudah hampir dua tahun berlalu saat aku sedang menjalani ujian akhir tahun dibangku menengah pertama. Tuhan mengambil nyawa Ayahku dengan tragis, dimana saat itu ia baru saja mengantarku ke sekolah. Sedih rasanya ketika aku kehilangan semangat hidup.

Suara ketukan pintu terdengar cukup keras, seolah-olah menyuruhku untuk membukanya segera.

"Apa yang kau lakukan didalam? Aku mengetuk pintumu beberapa kali dan tidak ada sahutan sama sekali," ucap gadis berambut hitam lebat sepanjang pundak.

Aku menyadari bahwa tadi diriku melamun dan hampir tidak mendengar apapun, jika bukan karena pintu kamarnya diketuk sedikit kasar.

"Hei, apakah kamu tidak memperhatikan lawan bicaramu ketika bicara?" Gadis itu melambai tepat didepan wajahku.

"Maafkan aku, mungkin aku masih sangat lelah dan sedikit banyak pikiran," jawabku jujur.

"Oh ayolah Chiquita, usia sepertimu apa yang kamu pikirkan? Kau hidup dengan berkecukupan sekarang, cepatlah turun dan sarapan bersama dengan kami. Ayah dan Ibu menunggumu,"

Hidup dengan berkecukupan ya katanya, mungkin itu benar. Sekarang diriku jauh lebih berkecukupan dibanding dahulu saat masih ada Ayah, lebih tepatnya Ayah kandungku. Dan setelah Ibuku menikah lagi enam bulan lalu dengan Ayah tiriku, hidupku berubah drastis. Aku bisa membeli barang-barang mahal dan juga menghabiskan uang semauku, tetapi rasanya berbeda.

Ayah tiriku memiliki sebuah perusahaan pribadi dan ia juga mengelola beberapa hotel di tempat elit, berbeda dengan Ayah kandungku yang hanya menjabat sebagai manager di sebuah perusahaan. Aku tidak membandingkan mereka, hanya saja itu yang membedakan posisiku sekarang.

Terlebih lagi Ayah tiriku juga memiliki anak perempuan yang usianya tidak jauh dariku, kami hanya terpaut tiga bulan. Wajahnya sangat cantik, mungkin aku pikir dia pasti gadis idaman di sekolahnya.

Aku melihat Ibuku yang sedang menyiapkan makanan di meja makan, makanan cukup banyak untuk sekedar sarapan.

"Oh halo Chiquita selamat pagi, mari bergabung untuk sarapan,"

Itu bukanlah Ibu yang menyapaku, melainkan Ayah tiriku. Aku tidak membalas sapaannya, melainkan langsung mengambil alih kursi yang berada tepat disebrangnya.

"Hari ini cukup cerah, apakah kalian tidak ada rencana keluar bersama?" Ibu bertanya kepadaku dan saudara tiriku.

"Hari ini aku akan membeli beberapa perlengkapan untuk melukis,"

The Cruel Summer | ChiquitaWhere stories live. Discover now