Sisi Gelap

182 42 12
                                    

Setelah drama sakit berlarut-larut hingga 3 hari, Sky akhirnya menginjakan kakinya di universitas lagi. Kali ini, dia tergoda untuk mencari seseorang yang beberapa hari ini menjadi dokter pribadinya. Rain.

Melihat kesekitaran lapangan hingga seluruh sisi kampus, mata Sky belum juga mendapati sosok Rain. Ntah, kemana wanita aneh itu menghilang.

"Cari Rain?," tanya Nanon.

Sky hanya melihatnya sebentar dan mengangguk.

"Sepertinya dia tidak ada di sini. Atau, sedang ada ujian praktek?" Nanon mencoba untuk melerai pikiran negatif Sky.

Terlihat dari raut wajahnya, wanita itu mulai jengkel mencari Rain di seluruh kampus tapi tidak ada hasilnya.

Di sisi lain, Sky melihat seseorang yang tidak asing, yang selalu menempel di sisi Rain. Ya, itu Bright.

Sky menghampiri Bright, dan berdiri di depannya sambil terengah-engah.

"Rain kemana?"

Bright mengerutkan dahi.

"Aku tidak tahu Sky," kata Bright.

Oh tidak, kepala Sky mau pecah mendengar jawaban aneh dari Bright. Tidak tahu? Bagaimana bisa? Sementara Bright dan Rain selalu bersama sepanjang waktu.

"Sungguh aku tidak tahu Sky."

"Maksudmu? Bukankah kamu selalu bersama wanita itu?" Tanya Nanon. Pria itu bisa melihat ke arah wajah Sky yang begitu frustasi.

"Iya, tapi kali ini aku sungguh tidak tahu di mana dia. Ponselnya dimatikan, dan dia tidak ada di rumahnya."

"Oh? Itu Rain," kata Nanon tiba-tiba.

Sky dan Bright melihat ke arah yang sama. Di ujung lorong, dia bisa melihat bagaimana Rain berjalan sangat pelan dan menahan sakit.

"Rain? Kamu gapapa?" Tanya Sky yang begitu panik melihat Rain.

"Tidak apa. Aku baik-baik saja"

"Yak, Rain, kamu kenapa? Aku tidak bisa menghubungimu kemarin. Kemana saja?" Bright bertanya tergesa-gesa.

"Aku pergi ke rumah ayahku, lalu terjatuh di teras rumah ayahku"

Alasan apalagi itu. Sky menuntun wanita itu untuk duduk di sebuah bangku dan bertanya dengan penuh perhatian.

Sungguh gila degub jantung Rain saat ini. Dia merasa sesuatu akan keluar dari perutnya jika Sky memandanginya terus.

"Sakit sekali ya?"

Sky melihat ke arah kaki Rain. Melipat celana wanita itu ke atas sedikit untuk melihat seberapa parah lukanya.

"Kamu sudah mengobatinya?" Tanya Sky lagi.

"Sky, dia calon lulusan dokter terbaik di kampus ini, mana mungkin dia membiarkan lukanya memerah" kata Nanon.

Betul juga. Rain tidak mungkin sebodoh itu untuk mengabaikan lukanya yang cukup menyedihkan.

"Kamu sudah sarapan? Aku membelikanmu ini" Sky mengeluarkan roti isi blueberry.

Rain tersenyum dan meraih roti itu.

"Kamu harus menghabiskannya untuk mendapat energi"

Rain hanya mengangguk dan tersenyum. Tidak bisa menolak apapun lagi sekarang. Semuanya, jika sekalipun Sky memberinya roti busuk, Rain tetap akan menerimanya. Itu dari pujaan hatinya.

Kantin Kampus

Sky terlihat memandangi ponselnya dengan serius. Hah, rasanya lelah sekali harus menghapus ribuan foto yang sudah tersimpan rapih di ponselnya.

Sky Dan RainWhere stories live. Discover now