Gagal

24 4 0
                                    

Kedua netranya mulai terbuka. Melihat langit-langit bercat putih, serta merasakan tangan kanannya terpasang salah satu benda. Yang tidak terduga adalah melihat wanita tengah tertidur di sisi ranjang, seraya memegang tangannya. Masih mengenakan seragam sekolah.

Adam, sudah sadar dari tidurnya. Melihat Rania yang tertidur pulas di sisi ranjang tidurnya, Adam tersenyum dan mengusap rambut gadis itu.

“Terima kasih, sudah menemani diriku.”

Pelan-pelan Rania terbangun dan langsung memeriksa kening Adam. Adam yang sedang menikmati buah apel, terdiam melihat perlakukan Rania.

“Adam? Sudah sadar? Aku panggilkan Tante Sofia. Tunggu, di sini!”

Rania berlari menuju ruangan Sofia. Melihat tingkah Rania, Adam kembali tersenyum. Benar-benar menggemaskan.

Rania memasuki ruang kerja Sofia dengan perasaan gembira. Begitu mengetahui kabar dari Rania, Sofia segera ke ruang perawatan Adam.

Setelah tiba di dalam kamar perawatan Adam, Sofia memeriksa kondisi anaknya.

“Rania, bisa tinggalkan kami berdua? Tante ingin mengobrol dengan Adam.” Rania mengerti dan menunggu di luar.

Kini, Sofia dan Adam memiliki waktu untuk berbicara dari hati ke hati.

“Mama minta maaf, karena ceroboh mengenai kesehatanmu,” ucap Sofia. Adam tidak menyalahkan siapapun di sini. Baginya, peran kedua orang tua sudah sangat sempurna untuk dirinya dan juga Naira. Terbukti, dari usia mereka kecil, Sofia selalu merawat Adam dan Naira seorang diri, tanpa bantuan pengasuh.

“Mom, don't worry. Bagi Adam dan Naira, kalian berdua sangat sempurna. Adam ceroboh di sini, tidak bertanya terlebih dahulu. Tidak ada yang perlu disalahkan.”

“Sejak kalian berdua masih kecil, Mama dan Papa selalu menjaga kalian. Beruntungnya Mama mendapatkan suami dan dua anak yang sangat sempurna.”

Adam meraih tangan ibunya dan meletakkan di wajah Adam.

“Adam sangat menyayangi Mama, Papa, dan Naira. Tangan ini jangan terlalu lelah. Sudah berapa banyak pasien yang disembuhkan oleh tangan ini. Adam ingin menjadi dokter yang memiliki kedua tangan seperti Mama. Mengobati pasien, tanpa memandang status sosial dan tidak peduli berapa uang yang sudah dikeluarkan untuk kesembuhan pasien.”

Sofia memeluk Adam erat. Adrian melihat Sofia dan Adam melalui kaca pintu kamar perawatan tersenyum. Kedua anaknya yang memiliki sifat berbeda. Meski sifat yang berbeda, dimata Adrian, kedua anak kembarnya sangat sempurna. Teringat, perjuangan Sofia merawat kedua anaknya seorang diri, tanpa bantuan pengasuh.

“Kamu nggak mau pakai pengasuh? “

“Tidak usah, aku mau jadi sosok Ibu yang sempurna bagi mereka.”

“Rania, sebaiknya kamu pulang, sudah jam delapan malam. Besok, kesini lagi. Adam harus istirahat.”

Rania menurut, Sofia menyuruh Pak Warno untuk mengantar dan memastikan keselamatan Rania di perjalanan pulang. Rania mencium kedua tangan Sofia dan Adrian, lalu pamit pulang.

“Biar aku yang jaga Adam, kamu pulang. Naira sendiri di rumah.” Adrian menyarankan istrinya pulang ke rumah. Biar dirinya yang menjaga Adam.

“Jangan telat makan, minum vitamin. Pakaianmu ada di lemari ruanganku. Jangan lupa sholat isya. Aku pulang, I love you.” Sofia mencium pipi Adrian dan pamit pulang.


***


Sementara itu, ayah Jeno marah besar kepada anaknya yang ceroboh terhadap makanan tadi siang. Ayah Jeno sendiri tidak menyangka, jika Adam memiliki riwayat alergi.

School Diary [On Going]Where stories live. Discover now