Chpt 3: The ballerina's

4 0 0
                                    

"Jaga posisi tubuh kalian agar tidak bersandar ataupun condong ke arah sisi kaki penopang di hadapan kalian." Seorang wanita memastikan gerakan yang mereka lakukan benar. "Shira, perbaiki posisi tubuh Lunette."

"Baik." Shira segera melakukan apa yang Astrid katakan.

"Hah yang benar saja aku lelah, lebih baik aku memanjat pohon dari pada melakukan hal membosankan ini." Lunette merengek dan mengeluh.

"Lakukan saja Lunette!" Bisik Shira.

"Lalu kenapa kau masuk ke kelas ballet kalau memang membosankan?" Ucap Astrid, seorang instruktur ballet yang mengajarkan Shira dan yang lainnya. Dari semua instruktur ballet yang pernah mengajari mereka mungkin wanita ini adalah instruktur yang paling dekat dengan Shira, Isabella, Zielle, Leora, Lunette, Yara dan Shira.

"Kau tahu, ini bukan kemauan ku."

"Lalu kemauan siapa?" Ucap Astrid. Wanita yang mengenakan leotard berwarna ungu itu berkacak pinggang.

"Tuan Edmund ... dia mendaftarkan aku ketempat ini kerena dia bilang aku seperti laki-laki." Wajah Lunette semakin masam karena kesal. "Semua teman-temanku bisa memilih, tetapi hanya aku yang tidak bisa."

"Baiklah kalau begitu, kau mau melanjutkan belajar menari ballet dengan kami atau pergi ketempat dimana kau bisa bersenang-senang?" ucap Astrid.

"Entah."

"Tidak masalah, lakukan saja apapun yang kau suka Lunette .... Jika hatimu bahagia dalam melakukan sesuatu aku yakin hasilnya akan lebih dari sempurna."

Lunette berpikir keras, "Tidak, aku akan melakukannya untuk tuan Edmund karena ini keinginannya."

"Baiklah, kita lanjutkan ... Lunette posisikan dirimu dengan benar, jangan bersandar atau condong ke sisi penopang." Astrid berkeliling mengitari anak-anak yang sedang ia latih. "Oke cukup."

Semua berkumpul di dekat Astrid dan duduk mengelilinginya. "Baiklah, apa nama gerakan terakhir yang kalian lakukan? Yang tahu silakan angkat tangan!" ucap Astrid.

Zielle mengangkat tangannya, "Nama gerakannya battement tendu devant."

"Pintar." Zielle, anak perempuan penyuka ballet itu terlihat begitu bahagia.

"Apa ada kompetisi ballet dalam waktu dekat?" tanya Leora.

"Nanti aku tanyakan pada guru lain."

"Jika ada boleh aku ikut?" ucap Sachi.

"Tentu."

"Aku juga."

"Aku juga."

"Aku juga, aku ingin menjadi seorang ballerina yang terkenal." Zielle besorak gembira.

"Aku?" Ucap Leora.

"Bersama Leora tentunya."

Ditengah riuhnya ruangan terdapat dua orang anak yang hanya terdiam, tak berniat melakukan apa yang teman-temannya lakukan. "Yara, Lunette? Kenapa? Kalian tak ingin ikut kompetisi?"

"Tanya Yara saja kenapa dia tidak mau, kau buang-buang waktu jika bertanya padaku, kau sudah tahu jawabannya." Ucap Lunette.

"Baiklah ... Yara sayang kau kenapa?"

"Aku malu, aku tak bisa melakukannya." Wajah Yara tampak murung.

"Kenapa kau mengatakan itu?"

"Kerena sebenarnya aku lebih suka menanam dan memepelajari tumbuhan."

"Lalu kenapa kau ke tempat ini?" ketus Zielle.

"Karena kalian ada disini."

"Terserah." Zielle menutar bola matanya.

The 7 BallerinaWhere stories live. Discover now