02 : Awal Mula Kehancuran

4 3 0
                                    

Kelas Bahasa 1-2.

Berita yang baru saja disiarkan tadi membuat keadaan semua orang heboh, apalagi dengan murid-murid SMA Harapan Bangsa yang berada dekat dengan lokasi kejadian.

Kini beberapa siswi di kelas bahasa sedang sibuk dengan berita panas yang telah beredar luas di media sosial.

"Menurutmu, ini asli nggak?" Siswi berambut panjang yang di ikat itu bertanya, namanya Tirta Aruna Tiadista.

Temannya mengangguk, "gue percaya, karna itu halte bus depan gang sekolah." Sahut siswi lain bernama Safa Karfinata Hansara.

"Gue juga percaya, tadi kelas lain aja ada yang liat kejadiannya." Aseyra Qisthy, salah seorang siswi yang ikut serta dalam pembicaraan mereka menyetujui ucapan Safa.

"Lo tadi denger sirine ngga?" Tanya Safa yang dijawab gelengan oleh Tirta.

Dua orang perempuan berjalan mendekati mereka, mereka adalah Arizka Yunanta dan Gaitsa Arabella.

"Kita semua disuruh ke lapangan, kan?" Tanya Arizka.

Yang lain mengangguk menyetujui ucapannya. Gaitsa mendengus kesal, "kenapa harus di lapangan? Biasanya juga di Aula." gerutunya.

"Aula katanya ada pembangunan ulang, jadi terpaksa kita kumpul di lapangan." balas Qisthy.

"Oh iya, ada yang liat Oliv nggak?" tanya Arizka.

Tirta mengangkat tangannya, "tadi dia bilang mau cabut, tapi udah ngabarin lagi kalo ada yang mau di bicarain sama Rania kelas IPA 1-3."

"Oh iya, kita belum nemuin Fani." celetuk Gaitsa pada Qisthy.

"Nanti dilapangan bareng aja," Gaitsa mengangguk menyetujui.

Ding... Dong...

Suara seruan terdengar dari beberapa anak yang malas untuk beranjak dari tempatnya.

Tak lama, beberapa guru ditugaskan berkeliling untuk memastikan semua murid untuk berkumpul di lapangan upacara untuk pemberitahuan jadwal event yang akan mendatang.

***

'Selamat siang, maaf karena mengumpulkan kalian di sini dan bukan di Aula, dikarenakan Aula sedang ada pembangunan ulang jadi saya mengumpulkan kalian di sini. Sebelum itu, pengurus event akan menyampaikan beberapa point yang berkaitan dengan event yang akan dilaksanakan minggu depan.'

Sudah sekitar lima menit para siswa dan siswi menunggu, namun belum ada tanda-tanda pengurus event yang maju untuk menyampaikan pesan.

"Heh, gue lihat muka lo pucet amat, kenapa lo? Kerasa berak?" Tanya Rania menepuk tangan Oliv.

"Hooh, gimana nih." Panik Oliv.

"Yaudah sana ijin, pasti di bolehin kalo lo bilang alasannya."

"Kalo beneran jujur, gue yang malu ege."

'Sebentar ya anak-anak, sebentar lagi akan ada pengumuman untuk jadwal pelaksana-'

"AAAKH!"

Teriakan melengking dari arah kiri memotong ucapan guru, sontak membuat semua orang menoleh.

Seorang siswi yang meronta-ronta di tanah dengan paha yang mengucurkan darah, dia di timpa seorang wanita yang entah darimana asalnya. Pakaian yang wanita itu kenakan sudah tersobek-sobek dan bahkan penuh bercak darah, entah apa yang sudah terjadi kepadanya.

Orang-orang langsung membentuk kerumunan di sekeliling nya untuk menonton.

"LO GILA YA! ARGH!"

Walaupun siswi itu terus berteriak, tidak ada yang membantunya, bahkan tidak ada yang berani untuk mendekatinya.

Wanita itu berhasil di amankan, entah bagaimana bisa kekuatan wanita itu sangat kuat sampai dibutuhkan dua guru pria dan beberapa siswa untuk bisa menariknya mundur.

"Itu beneran bercak darah?!"

"Liat muka wanita itu nggak?! Mukanya membusuk!?."

"Sial, darahnya mengucur kemana-mana, jangan-jangan wanita itu kanibal?!"

"Panggil polisi, dia pasti orang gila!"

Bisikan-bisikan dari siswa siswi mulai terdengar. Mereka menatap takut wanita tersebut, namun mulut mereka mengucapkan ucapan yang kejam untuk wanita itu.

"Permisi! Keadaan Darurat!"

Perhatian mereka teralih kembali ketika seorang siswa berambut hitam legam mencoba menerobos kerumunan. Orang-orang bergegas memberi jalan dan lelaki itu berlutut di samping siswi itu.

"Jangan banyak bergerak." pemuda itu bernama Sahid Fauzi Adiputra, ia tampak mengamati luka yang menganga tersebut.

"Gigitannya nggak dalam, hanya merobek kulit. Tapi kenapa bisa sampai kotor begini," gumam Sahid. "Ada yang punya perban disini? Atau kain yang bisa dipake buat ngebalut pendarahannya?"

"Gue punya." Rania mengeluarkan segulung perban dari saku roknya, ia ikut berlutut di samping Sahid dan menyerahkan perban miliknya.

"Lo anak PMR?"

"Bukan." balas Rania singkat.

Tiba-tiba perempuan itu menjatuhkan tubuhnya hingga terdengar suara benturan, ia juga kejang-kejang dengan mengeluarkan suara aneh seperti tersedak dan menggeram.

"Heh, kenapa dia kaya gitu? Nggak mungkin kena serangan jantung kan?" Oliv menatap Sahid meminta penjelasan.

Sahid balas menatap sambil menggeleng. "Bukan. Kejang-kejang biasanya nggak kaya gini. Gue juga nggak tau dia kenapa, karena gue belum pernah lihat yang kaya gini."

Gerakan perempuan itu semakin liar, sampai membuat Sahid dan Rania harus berdiri dan menjauh daripada terkena tendangannya.

Orang-orang menatap heran sekaligus ngeri pada perempuan itu.

Perempuan itu perlahan berdiri, dengan tubuh yang masih menggeliat-geliat dan menggeram.

Waktu seperti berhenti ketika perempuan itu hanya diam berdiri, dan di iringi tatapan was-was berpuluh-puluh pasang mata.

Kemudian hal yang mengerikan terjadi.

Mata perempuan itu berubah menjadi Putih lalu urat-uratnya menebal. Dengan geraman buas, perempuan itu menggigit leher seorang siswi yang berada di sebelahnya, membuat darah seketika muncrat kemana-mana.

Pecah sudah keributan. Orang-orang berteriak panik, tidak percaya dengan pemandangan yang terjadi di depan mereka.

Beberapa orang berlari dengan panik untuk menyelamatkan diri mereka, sedangkan banyak murid yang diam di tempatnya akibat terpaku dengan kejadian baru saja.

Rania menutup mulutnya, sementara Oliv hanya bisa terpana disampingnya. Seragam kedua orang itu bahkan terkena cipratan darah dari siswi yang digigit tadi.

Setelah siswi itu tidak bergerak lagi, perempuan itu berhenti. Di iringi tatapan ngeri dari orang-orang sekitarnya, tatapan perempuan itu mengarah pada seseorang.

"RANIA LARI!"

***

Kini di rooftop terdapat seseorang yang merebahkan dirinya di atap sembari memainkan ponselnya.

Ketika dia mendengar suara lengkingan wanita, dia terdiam sebentar lalu bangkit.

"Oh? Udah dimulai? good luck deh kalian." Seseorang menatap kearah lapangan yang keadaan nya mulai ricuh.

Dia lalu menyeringai, "di sini, kita semua akan bermain akting." Lanjutnya sambil terkekeh kecil.

Kemudian terdengar suara gelegar tawa di rooftop sekolah itu. Seseorang itu tertawa dengan puas ketika melihat teman-teman sekelas nya berlarian untuk menyelamatkan diri mereka sendiri.

"So, welcome to hell, friends."

To Be Continued...

ESCAPE ; let's run togetherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang