Kecelakaan

84 6 1
                                    

Sakuya memutuskan menelfon Mark siapa tau abangnya bersama Mark karena satu rumah sudah dia periksa sampai kolong meja juga.

Baru akan menekan kontak tiba tib telfon masuk dari orang yang sama

'Kebetulan sekali'

"Ass-"

"Assalamuallaikum"

"Waalaikumsallam, bang Mark lihat bang Jaem gak ??"

"Nanti abang jemput kamu siap siap pokoknya pakai pakaian hangat"

"Eh kenapa ??"

"Nanti abang Mark jelaskan, sekarang siap siap kita ketemu abang kamu"

"Ok"




Lima menit Sakuya berdiri di depan pagar rumah dengan kaos cream polos  di balut jaket merah cabai dan celana panjang.

Memandang ujung sneackers putih nya mencoba meredam kekhawatiran

Mendapat pesan abangnya kecelakaan Sakuya memilih membawa motor nya berbekal alamat rs yang Sion beri

Mortor melaju di atas kecepatan rata rata membelah jalanan subuh yang tak begitu hening.

'Banyak harapan sebelum datangnya kematian' pesan bunda mengiang di telingga Sakuya.

'Abang tunggu adek abang gak boleh kenapa napa abang harus bertahan abang biar adek aja bisa gak gantiin abang ada di sana ??"

Konsentrasi buyar kecepatan bertambah dengan fokus yang kurang

Tinttt....

BRAKK...

"Hah, apa apa an itu" matanya membulat menatap kecelakaan di depan sana tanpa menyadari fokusnya berubah.

BRAKKK...

Jleb

Sretttt....

Sakuya menggerjap beberapa kali mempertahankan kesadaran yang menipis saat darah dari kepalanya mengalir

Lengannya melempar helm lalu meraba perutnya yang perih.

Seseorang melihat kalung yang bertengger di leher remaja yang di tusuknya asal.

"Anjing, sial dia orang penting semuanya cabut"

Lima remaja itu berlari pergi saat warga menghampiri.

"Bisa bisanya"






Mark dan Jeno yang sudah di tengah jalan kaget melihat adanya kecelakaan lalu lintas di mana sebuah Bus oleng menanbrak sebuah motor di sebelahnya padahal posisi agak jauh.

Awalnya Mark maupun Jeno akan menunggu khawatir Sakuya sendiri tapi saat melihat motor ringsek itu Mark dan Jeno kedianya sadar bahwa itu adalah dia, Sakuya.

"Minggir dia adik teman saya, cepat masukkan ke ambulan" suara tegas Mark mengintrupsi.









"Dia datang Jaemin, pulanglah"

Jaemin menatap bunda dan Han sol bergantian.

"Pulang ke mana ??"

Bunda tersenyum transparan karena tubuh ibunya dan tubuh abangnya mulai memudar.

"Ke rumah yang mu saat ini, belum waktunya bunda bawa kamu sayang tapi bunda izin satu hal"







"Abang"

"Sakuya"

Jaemin duduk ber dua di kursi taman asri bak fantasi.

"Abang ayo pulang adek lelah, adek mau pulang adek gak kuat lagi adek pengen peluk abang, abang jangan pergi pergi lagi yang lain khawatir dan rindu"

"Berbahagialah selalu meski tanpa aku di sampingmu, abnag tau artinya ??"

Jaemin mengelus kepala sang adik di pangkuan.

"Tau, kamu harus seperti itu, abang sayang banget sama Sakuya jadi Sakuya jangan pergi kalau bunda ngajak Sakuya"

Sakuya terkekeh lalu mengangguk meski tak yakin

"Adek sayang abang dan kata tadi berlaku untuk abang apapun yang terjadi dan ada atau tak adanya adek abang harus bahagia, adek selalu sayang abang, adek selalu ingin di samping abang menemani abang sampai abang nikah adek pengen lihat cewek mana yang beruntung dapat abang"

"I love abang, senyum terus ya untuk adek"








Netra dengan bulumata lentik itu tampak menggerjap perlahan menyesuaikan cahaya yang masuk menusuk

Di lihatnya sekitaran tapi dengan cepat dia kaget saat seorang lelaki tersenyum lebar dengan mata sembab.

"Bang Jaemin udah bangun" teriakkan lumba lumba itu menggema membuat dirinya sediri langsung meringis karena dokter menegur.

"Ada yang sakit Jaem ??" tanya Mark

Kini Jaemin di kerumuni 7 lelaki yang merupakan teman se pergillaannya.

"Adek gue mana ??, tadi dia jemput gue di taman pas lagi main sama bunda" ucapan Jaemin membuat ke tujuhnya tersentak

'Terimakasih bunda tidak menjemput Jaemin' batin mereka bersyukur tapi mereka juga pastinya khawatir mengingat kondisi Sakuya.

"Sakuya kecelakaan lalulintas" beber Jeno

Seketika suasana dalam ruangan berubah dingin

Jaemin masih diam dengan air mata yang lolos begitu saja dari pelupuk matanya, jauh di lubuk hatinya dia hancur dan berharap semuanya akan baik baik saja .

"Dia pasti baik baik saja tenanglah Jaemin"





Di ruang operasi 6 remaja menunggu dengan gelisah dengan jejak air mata yang masih basah tertimpa lagi.

"Sialan orang orang itu akan aku habisi" Sion menggertakkan giginya geram.

"Retas CCTV lalulintas segera"

Para remaja itu hanya bisa memanjatkan doa kepada yang maha kuasa saat Sakuya mulai di pindah ke ICU karena kondisinya masih di sangat harus di pantau.

"Sakuya ayo semangat abang udah gak papa, kita main lagi ya ??"

Jaemin menggengam erat lengan Sakuya dia baru saja masuk saat dokter mengizinkan satu orang masuk dengan batas waktu 15 menit.

"Adek udah janji sama abang buat gak nerima ajakan bunda ayolah berjuang jangan sampe bunda bawa adek, abang kangen sama adek, abang nyesel pergi lama, abang pengen lihat adek senyum, ketawa lagi kayak dulu, ayo perbaiki apa yang kurang kita perbaiki semuanya bersama

Dek kita nungguin kamu, peluk abang adek, ayah nunggu, Ryo, Riku, Sion, Yushi, Jaehee, Minjae, dan yang lain juga nungguin, mereka khawatir sama kamu dek ayo bangun

Abang yakin adek abang bisa lawan semuanya ayo kita balas dendam, bangun ya abang belum jadi yang terbaik kita belum tour dunia abang belum bahagiain adek, kita lakuin banyak hal bareng kalau adek sudah bangun"

Cklek..

"Permisi, sorry ganggu tapi Om harus memeriksa dan waktu kunjungan sudah habis, Jaemin makan dulu kamu baru keluar rs" ucap seorang dokter ber name tag Ten itu tersenyum.

"Bentar Om, nana pamit dulu"

Jaemin menatap sekali lagi pangeram imutnya

"Jangan lama lama tidurnya nanti matanya bengkak, abang tunggu adek bangun nanti kita beli es cream lagi" satu kecupan mendarat di kening terbalut perban.

Jaemin melenggang pergi lalu tersenyum ramah pada Ten

"Doa nya di kencengin Jaem" Jaemin mengangguk lalu keluar membiarkan Om nya itu memeriksa sang adik.








Mau double up gak ??, satu chap lagi tamat.

12.33wib
Sabtu_27_04_2024

[1]My Anggle [END]Onde histórias criam vida. Descubra agora