Prolog

145 16 6
                                    

Anak laki-laki yang baru menginjak usia delapan belas tahun itu berlari menuruni tangga rumah mewah milik keluarga nya.

Nerham Arsalan Putra (Pratama) Namanya, ia adalah anak tunggal dari sepasang kekasih yang bernama Ibu Ismi yang bekerja sebagai dokter di salah satu rumah sakit di kota Bogor, dan juga Ayah Firza yang mempunyai beberapa perusahaan dan juga bisnis kecil-kecilan.

Nerham berlari sambil membawa laptop yang masih menyala, raut wajah nya terlihat bahagia. "Ibu, Ayah," panggil nya seraya berlari menghampiri Ibu dan Ayahnya yang sedang menikmati hari libur mereka diatas sofa ruang keluarga, ditemani secangkir teh dan kopi susu.

Ibu Ismi menoleh saat anak bujang nya itu duduk di samping kanan nya. "Kenapa sih kamu adek?"

"Adek lolos, Bu. Adek masuk fakultas psikologi UI Bu, Yah," kata Nerham sambil memperlihatkan warna biru yang terlihat jelas di layar laptop nya. 

"Alhamdulillah," kata Ibu Ismi, tapi tidak dengan Ayahnya.

Nerham meletakkan laptop itu diatas meja kala Ibu nya ingin memeluk tubuhnya itu. "Selamat sayang, proud of you."

Nerham membalas pelukan hangat itu. "Terimakasih, Ibu."

"Nerham," panggil Ayah Firza.

Ibu Ismi melepaskan pelukan itu, "Iya Ayah?" tanya Nerham sambil menatap Ayah nya yang duduk di samping kiri Ibu Ismi.

"Ngapain kamu ngambil psikologi?" 

Ibu Ismi menepuk pelan paha Ayah Firza. "Ayah, support anak nya dong."

"Ayah udah bilang Bu, Nerham harus masuk Management business, siapa yang mau nerusin bisnis Ayah kalo Nerham masuk psikologi? Nerham anak kita satu-satu nya," ujar Ayah Firza.

"Ayah tuh egois banget ya? Apa salah nya sih Yah, Nerham tuh pengen punya jalan sendiri," ujar Nerham dengan mata yang sudah memerah.

"Ngga melulu ngikutin apa kata Ayah. Dari SD loh Nerham selalu ikutin kemauan Ayah, jadi Nerham minta tolong, kali ini aja tolong izinin Nerham buat punya jalan sendiri," lanjut Nerham.

"Ayah tuh kayak gini buat masa depan kamu, Nerham. Ayah gabakal kasih kamu restu dan gabakal biayain kuliah kamu, kalo kamu tetep mau masuk psikologi," ancam Ayah Firza lalu bangkit dari duduk nya dan berjalan menuju tangga lantai dua.

"Ayahh.." panggil Ibu Ismi.

Nerham bangkit. "Oke, kalo itu mau Ayah. Ambil semua fasilitas yang Ayah kasih ke Nerham. Nerham bakalan cari uang sendiri, buat kejar gelar sarjana psikologi." 

Mendengar hal itu membuat langkah Ayah Firza terhenti di anak tangga. Terlihat Nerham berjalan untuk keluar dari Rumah itu, "Adek, mau kemana dek?" tanya Ibu Ismi terdengar khawatir.

Ayah nya berbalik badan dan melihat anak tunggal nya yang berjalan meninggalkan mereka. Ia sesekali melirik istrinya yang menunduk sambil memijat pangkal hidung yang terasa pusing.

***

Nerham duduk di bangku taman belakang komplek nya, ia menatap langit Bogor yang tak terlalu cerah itu. "Kenapa sih Ayah gua egois banget?"

"Gua juga punya impian gua sendiri, punya ruang dan bidang tersendiri. Ayah tuh selalu maksa gua buat ngelakuin semua impian dan kemauan nya terus, emang gua ngga cape apa?"

Nerham menutup wajah nya menggunakan kedua telapak tangan.

Selang beberapa menit seorang gadis cantik dengan rambut yang di cepol asal duduk di samping nya. "Eham," panggil gadis itu.

Nerham menoleh, terlihat gadis itu merentangkan tangan nya, "Neysa tau, Eham pasti lagi sedih."

"Ney." Nerham memeluk tubuh sahabat nya itu.

Neysa menepuk punggung Nerham pelan. "Nangis aja, nanti abis itu cerita ya, oke?"

Nerham mengangguk pelan, air mata nya sudah mengalir sedari tadi. Pelukan Neysa benar-benar membuat nya merasa lebih tenang.

***

Eitsss.. aku up cerita Babang Nerham dulu yeahhhh...

Kalian yang belum follow akun pjk, segera follow dongss @asdfghpjk_ ada beberapa hal yang ngga aku masukin cerita lohhh.. uhuy

Oh iya, aku bakalan lanjut lagi kalo misal vote dan komen nya sampe tembus 50 vote dan 25 komen, muehehe...

See u neng neng geulis..

Sebuah PeranWhere stories live. Discover now