Fifteen - Kupon perintah ketiga.

24.3K 1.5K 254
                                    

Hanya sunyi yang ada di sana. Meski jelas, di dalam ruangan itu ada dua orang pemuda yang saling berpelukan. Menangis dan berbagi rasa sakit, saling memberitahu satu sama lain bahwa mereka takluk serta kalah oleh perasaan cinta. Mengiraukan waktu, walau suara detikan jarum jam terdengar kencang sekali mengingatkan mereka. Tapi yang mereka ingin lakukan hanya saling berpelukan, saling memberi kekuatan.

Kiri masih terisak di dada Dimitri. Perasaannya seperti terhubung dan ada garis tak kasat mata yang mengikat mereka, dan sekarang garis itu seperti akan menghilang atau putus, jelas sakit rasanya. Ia meyakinkan dalam hati, menolak Bastian adalah sesuatu yang paling benar. Cinta bukan hanya tentang mencari pasangan untuk bersenang-senang, tapi mencari pasangan untuk hati dan jiwanya. Bastian mungkin bisa untuk menjadi pasangan bersenang-senang, tapi tidak untuk hati dan jiwanya. Hanya Dimitri yang cocok, yang pas dan mengena. Kiri rela menunggu lagi, bahkan sampai waktu di mana dia sudah tidak sanggup.

Dimitri melepas pelukannya sebentar, sekedar untuk mengusap pipi Kiri yang banjir air mata. Lalu pria tampan itu memeluk Kiri lagi. Diam-diam merasa sedih walau tak ada air mata di pelupuknya. Menurutnya, perjalanan uniknya bersama Kiri mungkin sudah berakhir. Kini mereka murni teman dan Dimitri tidak bisa lagi berharap lebih. Dimitri tetap mengira Kiri sudah ada yang memiliki sekarang, Bastian. Orang itu sudah bergerak cepat darinya yang notabene lebih dulu berada di dekat Kiri. Tapi yang Dimitri tidak tahu, bahwa Bastian pulang dengan perasaan hancur, karena Kiri menolak orang itu hanya demi menunggunya.

Sahabat yang memendam rasa cinta, namun mulutnya terlalu takut untuk bicara. Mungkin terdengar bahwa Dimitri sangat dramatis dan lambat dalam bersikap. Namun ketahuilah, menyukai orang yang sudah menjadi sahabatmu selama bertahun-tahun, berbeda dengan menyukai orang yang baru kau kenal. Dimitri punya banyak kekhawatiran yang tidak di rasakan orang lain. Punya banyak pertimbangan, karena satu hal yang ia inginkan adalah bersama Kiri untuk waktu yang lama.

“Maafkan aku, Dim.” Gumam Kiri di sela isakkannya, tangannya yang melingkar di pinggang Dimitri semakin erat terasa. Rasanya membuat Dimitri semakin sesak.

Dimitri mengerut karena perasaan sedih semakin menelannya. Salah mengartikan maksud dari kata singkat Kiri. Sebenarnya Kiri meminta maaf karena ia sudah berani bertemu Bastian, dan membuat pria itu mengatakan cintanya tanpa sepengetahuan Dimitri. Sedangkan di telinga Dimitri itu terdengar seperti, Kiri meminta maaf karena ia tidak bisa menunggu lebih lama dan memilih bersama orang lain.

Sungguh, hati Dimitri bagai di remas tanpa ampun. Sakit. “Tidak usah bicara.” Bisik Dimitri dengan suara rendah.

Suara Kiri memang tidak akan membantu apa-apa sekarang, ia meraung dan meminta maaf sampai suaranya habispun tidak berarti lagi. Semuanya sudah berakhir, dan Dimitri hanya ingin mencoba menerima dan membiasakan bahwa kini mereka tidak bisa seperti dulu lagi.

Dimitri melirik ke arah pintu saat seorang suster masuk dengan wajah kaget saat melihat mereka berpelukan. Tapi sedikitpun, tidak ada niat dalam hati Dimitri untuk melepaskan pelukannya di tubuh Kiri yang kini sudah mulai sedikit tenang. Pria imut itu tidak tahu, kalau ada seseorang di pintu dan sedang melihati mereka.

Pipi suster itu terlihat sedikit merona saat melihat adegan romantis di depannya, sangat senang dan tidak menyangka bisa melihat hal seperti itu. “Sedikit lagi waktu jenguk habis. Sabarlah, besok kalian bisa pelukan lagi.” Bisik suster tersebut sambil menahan tawa.

Telinga Kiri mendengar suara itu dan dengan gerakan cepat ia berbalik. Matanya sedikit terbelalak saat melihat suster cantik berdiri di sana, melihatinya dan Dimitri seperti mereka adalah emas. “Maaf, aku memang sudah berniat pulang.” Gumam Kiri sambil mengusap pelan pipinya.

“Kau manis sekali!!” Pekik suster itu tertahan.

Kiri menoleh ragu-ragu pada Dimitri yang bersikap datar dengan wajah tanpa ekspresi, meminta bantuan untuk bisa keluar dari sini. Dimitri tersenyum kecil karena mengerti sinyal yang diberikan Kiri.“Suster, Kiri mau pulang. Biarkan dia lewat.” Ujar Dimitri pelan.

Bestfriend. Sorry, But I Love You. (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang