Three

32.6K 2.2K 253
                                    

Hy. Ini part ke 3nya. Astaga, aku ga tau kenapa, tapi aku sebagai penulisnya pun nge fans banget sama Kiri dan Dimitri.
Jadi aku semangat banget lanjutin cerita ini.

Gambar di atas adalah sosok Dimitri. Wdyt?

Jangan lupa vote and comment as always. I love you guys. Thx

Happy reading~

***

Menoleh lah! Kau akan menemukan seseorang yang mencintaimu, sedang memandangimu dari tempat yang tidak pernah kau duga. Mereka perduli, memahami, dan ada untuk mu. Jadi mulai sekarang peka lah! Kau tidak tahu, mungkin saja orang yang mencintaimu merasakan sakit karena ketidak tahuanmu. Mungkin saja mereka sedang menunggumu untuk setidaknya menyadari mereka. Jangan sampai, kau masih juga tidak merasakan cinta mereka, ketika mereka pergi. Jadi, peka lah!

***

Kiri mengambil parfum yang baru ia beli dari lemarinya. Ia juga mengambil jaket varsity yang belum pernah ia pakai. Lalu dengan langkah cepat ia keluar kamar dengan senyum yang lebar.

Mata Kiri menoleh ke arah jam dinding besar yang menempel di dinding ruang keluarganya. Sekarang sudah jam setengah 7. Ia harus cepat. Ibu kiri yang sedang duduk di sofa sambil menikmati serial drama di TV, melihat bingung ke arah Kiri.

“Kiri, mau kemana?” Ibu Kiri agak berteriak saat Kiri sudah sampai di depan pintu, hendak keluar rumah.

Kiri tidak menoleh, mencari sandalnya di rak sepatu yang ada di dekat pintu rumah. “Ibu, sendal Kiri ada di mana?” Tanya Kiri dengan nada kesal. Ia sampai tidak menjawab pertanyaan Ibunya.

Ibu kiri bangkit dari duduknya, dan menghampiri Kiri yang kini sedang tengkurap di dekat pintu untuk melihat ke bawah rak sepatu, mencari sandalnya. Ibu Kiri tersenyum geli lalu menyuruh anaknya untuk bangun. Kiri menurut dan menatap Ibunya dengan pipi mengembung karena kesal.

“Mau kemana?” Tanya Ibu Kiri sambil mengelus puncak kepala putra bungsunya itu dengan lembut.

Kiri meraih tangan Ibunya karena tidak suka saat Ibunya memperlakukannya seperti itu, Kiri selalu merasa seperti anak kecil. Meski anak bungsu, Kiri paling tidak suka di manja-manja. Meski terkadang, naluri anak bungsunya keluar dan membuatnya menjadi sangat manja. Tapi itu jarang sekali. Kiri lebih sering menunjukkan sikap yang bandel dan sok berandalan. Kiri pernah bilang ke Ibunya, bahwa itu cara Kiri melindungi diri. Kiri tidak mau jadi bahan tindasan di sekolah. Jadi, walau sikap asli Kiri tidak berandalan dan nakal, Kiri harus terlihat seperti itu agar tidak jadi target pembullyan di sekolah.

“Ke rumah Dimitri, Bu. Sandal Kiri mana?” Tanya Kiri dengan mata yang jelalatan mencari letak sandalnya.

Ibu Kiri mengerut bingung melihat tingkah aneh anaknya. Apalagi dengan botol parfum dan jaket di tangannya. “Mau apa ke rumah Dimitri? Itu untuk apa?” Tanya Ibu Kiri. Kiri berdecak kesal.

Kiri mengecup pipi Ibunya lalu segera melesat keluar dengan bertelanjang kaki. Ibu Kiri berteriak-teriak memanggil nama Kiri namun jagoan imutnya itu tidak menoleh. Ibu Kiri hanya menggeleng-gelengkan kepalanya tidak habis fikir dengan tingkah Kiri.

Kaki telanjang Kiri yang kurus berlari cepat menyebrangi jalanan komplek, menuju rumah Dimitri yang berada persis di depan rumahnya. Kiri mengetuk pintu rumah Dimitri yang tertutup. Lalu tidak lama kakak perempuan Dimitri yang terlihat seperti pria membukakan pintu. Namanya, Dini Arinta Roint, sangat feminim kalau kita lihat dari namanya. Tapi ia justru hanya mau menoleh kalau di panggil Ari, panggilan yang lebih cocok untuk pria. Ari memang lebih terlihat tangguh ketimbang anggun.

Bestfriend. Sorry, But I Love You. (Selesai)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora