01

54 29 69
                                    

"Apa? Gading mau tinggal di sini bareng sama kita? Lo mabok ya Ton?!" Hanin udah marah-marah saat dikasih tau Toni tentang rencana Gading tinggal bersama di apartemen ini.

Toni menggeleng. "Gue sepenuhnya sadar atas perkataan dan perilaku gue Hanindyah Saputri bawel," ujar Toni melangkah keluar dari kamar mandi. "Di kampus Gading tuh ada semacam pertukaran mahasiswa gitu dan Gading kepilih buat tuker di kampus deket sini, enam bulan aja dia juga bakalan nyumbang buat bayar apartemen kok."

"Dan lo nggak mikirin posisi gue selama enam bulan itu? Apa kata tetangga juga coba nanti.  Nggak ah suruh aja dia ngekos dimana kek, gue aduin Kak Sadam nih kalau lo masih ngotot aja."

"Plot twist-nya adalah Kak Sadam yang nawarin Gading buat tinggal bareng sama kita Hanin."

"Hah?!"

"Gue serius telfon aja kalau nggak percaya."

Demi apapun Hanin langsung menelepon kakak sulungnya. Dan benar saja, Sadam yang menyuruh Gading untuk tinggal di apartemen ini.

"Tapi kak, Hanin cewek sendirian jadinya."

"Ada Disa. Kakak suruh dia tinggal sementara di sana."

"Kak Disa? Kenapa? Bukannya kalian tinggal bareng ya, ngapain Kak Disa suruh ke sini?"

"Ceritanya panjang Hanin, ini kakak masih harus rapat nanti ya kakak ceritain semuanya. Kalau emang kamu takut diapa-apain kan ada Toni, lagian juga Gading gak mungkin berani sama kamu."

"Tapi tetep aja tau kak.."

"Udah dulu ya Nin, kakak matiin telponnya. Semua bakalan baik-baik aja kok lagian kejadiannya juga udah dua tahun yang lalu kan antara kamu sama Gading."

"KAK SADAM IH!" Sambungan telpon pun diputuskan oleh Sadam membuat Hanin menatap kesal ke arah benda pipih tersebut. Matanya melirik Toni yang saat ini sedang duduk di atas sofa sambil menaikkan satu alisnya, "gue bilang juga apa kan? Kak Sadam udah ngasih Izin tau," ucap Toni.

Mau nggak mau Hanin harus menerima Gading untuk tinggal bersama dengan mereka, lagian ini juga bukan apartemen milik Hanin. Sebenarnya yang membayar sewa tempat ini juga Sadam, jadi yang lebih punya hak adalah kakak sulungnya itu.

"Mulai kapan dia tinggalnya?" Tanya Hanin.

"Nanti sore, Gading barusan chat gue katanya masih perjalan ke sini."

"Tidur tempat lo ya dia."

"Iyalah! Yakali mau tidur di tempat lo?"

"Nggak gitu. Kamar disini kan cuma ada tiga, satu lagi nanti buat Kak Disa."

"Iya. Lo buruan beresin kamar yang mau dipake Kak Disa sana, gue mau beres-beres kamar gue juga." Toni berjalan melewati Hanin menuju ke kamarnya.

Hanin kembali mendumel sendiri. Susah payah Hanin untuk menata ulang kembali rasa patah hati dan malunya akibat ditolak Gading, pemuda itu malah kembali lagi di hidup Hanin.

"Emang harusnya gue tuh perginya ke luar pulau sekalian biar nggak ketemu lagi," gumam Hanin.

***

Sejak kedatangan Gading ke apartemen ini, Hanin sama sekali tidak keluar kamar. Ia hanya menyambut singkat tadi kedatangan Gading dan kembali masuk ke kamarnya lagi. Ia mendengarkan musik menggunakan earphone sambil menutup matanya karna tidak ingin mendengar suara obrolan Gading dan Toni di luar.

Kegiatan membosankannya ini berlangsung sampai Hanin tertidur. Bangun-bangun jam di dinding sudah menunjukkan pukul 7 malam.

Pintu kamarnya terbuka sedikit menampilkan Toni dengan rambut basahnya. "Udah bangun? Makan yuk Nin, laper."

hate... but love you Where stories live. Discover now